SKG BMG ITB: Pasta Gigi Degradasi Struktur Alami Saliva

Oleh Nida Nurul Huda

Editor Nida Nurul Huda

BANDUNG, itb.ac.id - "Daripada sakit hati lebih baik sakit gigi." Ungkapan tersebut  secara tidak langsung ditepis oleh dr. Medi Kamia dalam sebuah seminar bertajuk Peranan Saliva bagi Keseimbangan  Flora Mulut, Selasa (05/05/15). Seminar ini diselenggarakan oleh UPT Pelayanan Kesehatan ITB di Aula Bumi Medika Ganesha (BMG). Seminar Kesehatan Gigi (SKG) yang ditargetkan berlangsung selama 2 jam ini dihadiri oleh peserta dari berbagai kalangan mulai dari dosen dan karyawan ITB, petugas BMG, hingga masyarakat umum. Seminar ini diharapkan dapat memberi pengetahuan seluas-luasnya mengenai urgensi kesehatan gigi dan mulut. Hal tersebut dikarenakan masyarakat belum memiliki  kesadaran untuk mengutamakan kesehatan gigi dan mulut, dan masih mengutamakan rasa malas untuk memeriksa dan merawat gigi dengan bantuan dokter.
Saliva dalam Proteksi Mulut dan Gigi
Mulut sebagai organ pertama saluran masuk makanan dari luar tubuh harus mempunyai proteksi yang sangat kuat dalam melawan zat-zat asing yang berupa kontaminan, seperti virus, bakteri, dan jamur. Secara alami, manusia dapat mengetahui layak dan tidaknya makanan dari struktur dan karakterisitik eksternal. Namun sensitivitas atau kepekaan yang manusia miliki belum cukup untuk memastikan makanan tersebut bebas dari patogen dan sumber penyakit lain. Untungnya, manusia mempunyai kelenjar penghasil ludah (saliva) yang dapat memproteksi zat-zat asing tersebut.

Saliva dapat melawan berbagai bakteri dan virus  karena saliva menggandung protein-protein tertentu. Salah satunya  adalah lisozim yang mampu membuat dinding sel bakteri pecah (lisis). Saliva juga memiliki berbagai fungsi lain, seperti melumasi rongga mulut, dan strukturnya yang mampu menyeimbangkan pertumbuhan bakteri dalam mulut. Maka dari itu, jika tidak terdapat saliva, pencernaan pada mulut akan sangat terganggu.


Degradasi Struktur Kimiawi Saliva
Masyarakat zaman dahulu  tidak bersentuhan dengan pasta gigi, namun kesehatan mulut dan giginya tetap terjaga dengan baik dibandingkan masyarakat zaman sekarang. Ternyata hal ini disebabkan adanya perubahan jenis dan struktur makanan. Jenis makanan dengan banyak modifikasi membuat struktur protein yang terkandung pada saliva terdenaturasi. Proses produksi saliva dipengaruhi oleh pencernaan mekanik yang distimulasi oleh makanan yang berstruktur. Sementara itu, seiring berjalannya waktu, makanan semakin lembut, sehingga dapat mengurangi  proses mekanisasi pada pencernaan.

Hal yang tidak kalah penting yang membedakan kesehatan gigi orang zaman dahulu adalah pada penggunaan pasta gigi dan obat kumur. Senyawa penyusun pasta gigi dan obat kumur yang bersifat membunuh bakteri (antiseptik) mampu mengubah struktur kimiawi ludah. Selain itu, pasta gigi mengandung detergen yang akan membuat kondisi mulut berubah menjadi semakin basa.
"Hanya ada beberapa kasus yang boleh menggunakan obat kumur dan tidak terlalu lama. Kalau kita terlalu lama menggunakan obat kumur, pertama bisa terjadi perubahan warna pada gigi dan bisa juga mengiritasi gusi," jelas dr. Medi.

Ludah yang mengalami kerusakan dapat menyebabkan perkembangan bakteri tak terkendali, plak pada gigi, serta penyakit gigi dan mulut seperti sariawan, radang gusi, dan bau mulut. Maka dari itu, dr. Medi menyarankan untuk mengonsumsi colostrum, yaitu cairan (susu) pertama yang dihasilkan oleh mamalia yang baru saja melahirkan dan mengandung immunoglobulin yang dapat membantu sistem pertahanan tubuh manusia. "Pengaruh utama kesehatan mulut dan gigi bukanlah penyusun struktur organ yang berkaitan, namun pola hidup manusia itu sendiri," tutup dr. Medi.


Cintya Nursyifa J S
ITB Journalist Apprentice 2015

Sumber gambar: http://i59.tinypic.com/jb5j11.jpg