Staf Ahli ESDM: Kebijakan Migas Nasional dan Potensi Pengembangan Migas di Indonesia
Oleh Medhira Handinidevi
Editor Medhira Handinidevi
Wiratmaja memulai pidatonya dengan menjelaskan posisi Indonesia di dunia global. Dengan kemajuan ekonomi mencapai 6,4% di tahun 2013, Indonesia kini dihormati oleh negara asing lainnya. Dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi ditambah pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia sebesar 1.5% maka konsekuensinya adalah kebutuhan energy yang besar. Menurut perkiraannya, laju pertumbuhan kebutuhan energy ini mencapai 7,1%. Kebutuhan akan energy ini harus dibarengi dengan produksi yang semakin besar pula. Tantangan bangsa Indonesia adalah menjadikan potensi sumber daya yang terkubur di perut bumi menjadi cadangan energy yang dapat langsung dinikmati masyarakat luas.
Catur Dharma Energi
Catur Dharma Energi dapat dibilang merupakan visi dari arah kerja Kementerian ESDM. Empat hal yang tercantum didalamnya adalah:
1. Tingkatkan produksi minyak dan gas
2. Kurangi konsumsi bahan bakar Minyak dan Lakukan Diversifikasi ke gas dan batu bara
3. Percepatan penggunaan energy terbarukan
4. Penghematan dan konservasi energy
Meningkatkan produksi minyak dan gas adalah hal yang mudah diucapkan namun tak mudah untuk dijadikan kenyataan. Hal ini karena, kembali pada sifat dasar atau karakteristik bisnis minyak dan gas yang memiliki kerumitan tinggi. Mulai dari modal, resiko, teknologi, hingga pengalaman tingkat tinggi semuanya harus dipenuhi jika ingin terjun dan total dalam upaya meningkatkan produksi minyak dan gas. "Padat modal, padat resiko, padat teknologi, dan padat pengalaman. Jika belum memiliki empat hal tersebut, lebih baik jangan berpikir untuk terjun ke bidang ini," ungkap Wirat. Empat karaktersitik tersebut jugalah yang menyebabkan banyaknya perusahaan asing yang melakukan eksplorasi di tanah air ini. Pemain-pemain besar (Big Boy) seperti BP, Total, Chevron, dan banyak lainnya adalah pihak-pihak yang berani bermain dengan resiko besar dan tidak gentar jika kehilangan dana hingga ratusan triliun rupiah.
Untuk mendukung hal tersebut, kebijakan migas berfungsi sebagai alat untuk menjamin ketersediaan pasokan minyak dan gas, menjaga kestabilan harga serta merumuskan kebijakan distribusi agar siklus permintaan dan penawaran di bidang migas ini berlangsung lancar. Harapannya, di masa yang akan datang Indonesia mampu menerapkan energy mix. Hal ini penting agar konsumsi bahan bakar minyak tidak terlampau boros dan bisa dialihkan ke sumber energi lainnya. Ini terkait dengan catur dharma energi kedua, yaitu kurangi konsumsi bahan bakar minyak dan lakukan diversifikasi ke gas dan batu bara.
Berkaitan dengan diversifikasi energi atau energy mix, pemerintah menargetkan bahwa di masa yang akan datang konsumsi minyak yang tadinya mencapai 46,77% akan berkurang hingga 20%, sedangkan konsumsi gas yang tadinya 24,29% akan naik hingga 30%, selain itu juga untuk sumber energi batu bara dari sebesar 23% didorong hingga mencapai 33%. Sisanya, yaitu sebesar 17% ditargetkan berasal dari energi baru dan terbarukan.
Wirat memaparkan, saat ini Indonesia membutuhkan ahli-ahli baru khususnya untuk menangani perihal energi baru dan terbarukan. "Shale gas dan CBM adalah jenis energi baru yang akan dikembangkan. Opsi ketiga baru menggunakan energi nuklir," ujar Wirat. Selain itu, dengan letak geografis Indonesia yang berada di antara dua samudera, arus laut dalam Indonesia menjadi sumber energi terbarukan yang potensial selain potensi geothermal sebesar 40% dari seluruh dunia.
Di akhir pidatonya, ia menghimbau kepada mahasiswa-mahasiswa agar mengabdi pada negara. "Jadilah pegawai negeri. Kalau gak ada yang jadi PNS, siapa yang urus negara?," tantang Wirat menutup pidatonya.