Studium Generale: Peran Standardisasi untuk Meningkatkan Daya Saing Bangsa

Oleh Yasmin Aruni

Editor Yasmin Aruni

BANDUNG, itb.ac.id - Akhir tahun 2015, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau yang lebih dikenal dengan sebutan ASEAN Economic Community (AEC) akan secara resmi berlaku. Hal ini merupakan sebuah kesempatan sekaligus tantangan bagi setiap negara, tidak terkecuali Indonesia. Dengan berlakunya MEA, maka akan terjadi perputaran barang secara bebas (ASEAN Free Trade Area atau AFTA). Untuk dapat bersaing di dunia internasional, barang yang diproduksi haruslah memiliki kualitas yang baik serta memenuhi standar.

Pada Rabu (04/11/15), diadakan Studium Generale dengan tema 'Peran Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian untuk meningkatkan Daya Saing Bangsa'. Kuliah umum yang diadakan di Aula Barat dari pukul 09.00-11.00 ini menghadirkan Prof. Dr. Ir. Bambang Prasetya, M.Sc. selaku Kepala Badan Standardisasi Nasional. Kuliah diberikan melalui web conference karena Prof. Bambang sedang berada di Milan, Italia.

Acara dibuka oleh Prof. Dr. Ir. Bambang Riyanto selaku Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi, dan Kemitraan (WRRIM). "Tujuan untuk memberikan wawasan yang lebih luas untuk mahasiswa untuk melengkapi pengetahuan maupun keterampilan yang sudah diperolah di kuliah ataupun praktikum, sehingga pada saatnya nanti mahasiswa diharapkan lebih siap untuk menghadapi dunia kerja. Dilaksanakan untuk melengkapi kemampuan softskill dan hardskill," tutur Prof. Bambang.

Jalannya Studium Generale dipandu oleh Drs. Kukuh S. Ahmad, M.Sc. selaku Deputi Bidang Penelitian dan Kerjasama Standardisasi BSN. "Ada banyak sekali institusi yang mengelola akreditasi. Tahun lalu kita semua baru saja mengesahkan UU No 20 Thn 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian. Isinya memberikan gambaran tentang hal-hal yang berkaitan tentang standardisasi dan conformity assessment yang akan dilakukan untuk tiga tujuan utama: (1) standardisasi untuk melindungi kita semua baik dari segi keamanan, (2) Memastikan produk nasional bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri, (3) Added value meningkat sehingga dapat bersaing dengan produk-produk internasional," tutur Drs. Kukuh saat memberikan pengantar.

Peran Standardisasi dan BSN

Standardisasi merupakan proses penentuan spesifikasi suatu produk (ukuran, bentuk, dan karakteristik lainnya). kegiatan standardisasi yang meliputi standar dan penilaian kesesuaian (conformity assessment) secara terpadu perlu dikembangkan secara berkelanjutan khususnya dalam memantapkan dan meningkatkan daya saing produk nasional, memperlancar arus perdagangan dan melindungi kepentingan umum. Untuk membina, mengembangkan serta mengkoordinasikan kegiatan di bidang standardisasi secara nasional menjadi tanggung jawab Badan Standardisasi Nasional (BSN).

Tujuan utama standardisasi adalah melindungi produsen, konsumen, tenaga kerja dan masyarakat dari aspek keamanan, keselamatan, kesehatan serta pelestarian fungsi lingkungan, pengaturan standardisasi secara nasional ini dilakukan dalam rangka membangun sistem nasional yang mampu mendorong dan meningkatkan, menjamin mutu barang dan/atau jasa serta mampu memfasilitasi keberterimaan produk nasional dalam transaksi pasar global. Dari sistem dan kondisi tersebut diharapkan dapat meningkatkan daya saing produk barang dan/atau jasa Indonesia di pasar global.

"Seorang engineer dalam membangun sesuatu perlu untuk memahami dan mengerti standar standar yang dipakai. Apakah itu diperlukan untuk keamanan, desain yang baik, membangun suatu sistem yang bertahan lama," tutur Prof. Bambang. Selain menjelaskan mengenai fungsi dan tujuan dari standardisasi, Prof. Bambang juga memberikan pemaparan mengenai kondisi perekonomian Indonesia serta pentingnya peran standardisasi agar barang produksi Indonesia dapat bersaing di dunia internasional.

"Standar adalah Akses Untuk Pasar"

Prof. Bambang memaparkan beberapa standardisasi yang sudah secara sukses diterapkan, dan terbukti telah membantu para pengusaha, baik industri kecil, menengah, maupun besar, dalam menembus pasar. Salah satunya adalah sertifikasi verifikasi legalitas kayu. "Dengan dikeluarkannya sertifikasi ini, semua negara bisa menerimanya (kayu, -red), dan terdapat kejelasan bahwa ini adalah kayu yang legal dan ditanam dengan cara yang baik. Hal ini menolong banyak pekerja," ujar Prof. Bambang.
 
Contoh lainnya adalah standardisasi yang dilakukan untuk pandai besi tradisional Gunung Kidul.
Pasarnya cukup besar, khususnya membuat tiruan pedang samurai di Jepang. Dengan dilakukannya standardisasi, para pengrajin dapat memenuhi kebutuhan buyer, dan melakukan produksi dengan rantai suplai yang baik. Prof. Bambang berkata, "Sertifikasi menolong kegiatan ekspor, tenaga kerja, dan masyarakat. Selain itu, SNI adalah akses UKM (Usaha Kecil dan Menengah) untuk bisa masuk ke industri besar."

Studium Generale dilanjutkan dengan peresmian SNI Corner di UPT Perpustakaan ITB lantai 3, yang dihadiri oleh Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Alumni dan Komunikasi, Dr.Miming Miharja, S.T., M.sc.Eng.