Mahasiswa Teknik Mesin ITB Kembangkan Thresher Lipat Pertama yang Bisa Dipanggul

Oleh Maharani Rachmawati Purnomo - Mahasiswa Oseanografi, 2020

Editor M. Naufal Hafizh

Alat perontok padi yang bisa dilipat ini memudahkan mobilisasi petani di daerah yang curam dan berundak-undak. (Dok. HMM ITB)

BANDUNG, itb.ac.id — Kondisi geografis lahan pertanian di Jawa Barat umumnya berbentuk terasering atau sistem yang berundak-undak, tak terkecuali di Desa Cimarga, Kecamatan Cisitu, Kabupaten Sumedang. Hal ini menimbulkan kesulitan bagi petani ketika musim panen datang. Berangkat dari permasalahan tersebut, Himpunan Mahasiswa Teknik Mesin (HMM) ITB menggagas thresher atau alat perontok padi lipat yang bisa dipanggul.

Thresher ciptaan mereka menggunakan mekanisme pedal dan pemanfaatan gir roda belakang sepeda (freewheel) beserta rantainya sebagai penggerak utama.

”Pedal yang ditekan akan menggerakkan tangki perontokan secara rotasional. Mekanisme pedalnya mirip dengan mekanisme mesin jahit yang bergerak bolak-balik. Material rangka utamanya terbuat dari besi hollow persegi. Bagian perontoknya menggunakan paku dan kayu yang disusun secara zig-zag agar mengoptimalkan proses perontokan padi. Sementara alat penggeraknya, memanfaatkan bagian-bagian sepeda, seperti rantai, freewheel, dan bearing. Alatnya memiliki ukuran panjang 135 cm, lebar 80 cm, dan tinggi 90 cm yang sudah disesuaikan dengan tinggi badan rata-rata penduduk Indonesia agar lebih mudah melakukan proses perontokkan padi. Dimensinya sudah cukup ideal dan memiliki bobot sekitar 20 kg untuk alat yang dapat dipindahkan,” ujar Kadiv Community Development HMM ITB, Bagus Ryan Prabowo (Teknik Mesin, 2020).

Masyarakat selalu dilibatkan dalam proses pembuatan thresher lipat dari tahap ide sampai perancangan prototipe. (Dok. HMM ITB)

Sebelumnya, pernah ada pengembangan thresher lipat di Indonesia. Namun, HMM ITB mencoba menawarkan inovasi agar thresher lipat juga dapat dipanggul sehingga memudahkan mobilisasi petani dengan gendongan seperti mekanisme strap tas punggung.

Wakil Ketua Community Service HMM ITB, Muhammad Farhan (Teknik Mesin, 2020), menjelaskan bahwa mereka mencari material yang mudah diperoleh di desa dan mengedepankan proses manufaktur sederhana dari segi desain agar thresher ini dapat diproduksi ulang oleh masyarakat.

Selain itu, pemilihan desain dari material yang digunakan juga mengurangi kemungkinan eksploitasi alat untuk tujuan bisnis pribadi atau kelompok di antara warga desa. Keunggulan lainnya, thresher garapan mereka dirancang agar mudah dan murah untuk diperbaiki (repairability) sehingga dapat diperbaiki secara mandiri oleh petani jika rusak.

Ide ini telah digodok sejak awal tahun 2024 dan mendapat banyak masukan dari masyarakat Desa Cimarga melalui focus group discussion (FGD). Dalam implementasinya pada bulan Mei lalu, para mahasiswa turut melibatkan masyarakat dalam proses pembuatannya sehingga tercipta 4 thresher lipat untuk 4 kelompok tani di Desa Cimarga.

”Kami sudah melakukan uji coba untuk menakar tingkat efisiensinya. Untuk padi yang dirontokkan menggunakan metode tradisional, memakan waktu sekitar 2 menit. Sementara dengan menggunakan thresher yang kami kembangkan, rata-rata waktu yang dibutuhkan hanya 40-50 detik,” tutur M. Falah Aryasatya (Teknik Mesin, 2020).

Ketua Departemen Sosial dan Masyarakat HMM ITB itu menyebutkan, alat tersebut telah dipamerkan di tingkat kecamatan dan mendapat apresiasi dari kalangan pejabat setempat. Falah berharap, inovasi yang dihadirkan dapat meningkatkan produktivitas pertanian, khususnya pertanian padi di level Kabupaten Sumedang.

”Semoga pengabdian masyarakat yang kami inisiasi ini bisa menggugah semangat masyarakat untuk terus berkembang dan mencoba mengentaskan permasalahan mereka. Pembuatan satu unit thresher ini hanya dibandrol harga sekitar Rp 1,2 juta saja dengan bahan-bahan yang mudah didapatkan. Harapannya thresher lipat yang dapat dipanggul ini bisa dikembangkan lagi sehingga bisa deskalasi ke desa-desa lainnya di Jawa Barat, yang masih menggunakan perontok manual/gebot,” ujarnya.

Reporter: Maharani Rachmawati Purnomo (Oseanografi, 2020)

#inovasi #himpunan mahasiswa teknik mesin #hmm itb #thresher #alat perontok padi lipat