Sudah Amankah Kampus ITB Kita?
Oleh David Samuel
Editor David Samuel
BANDUNG, itb.ac.id- ITB merupakan salah satu perguruan tinggi di Indonesia dengan tingkat kesibukan yang sangat tinggi. Terdapat banyak sekali kegiatan yang mengharuskan sivitas akademik untuk hadir dan berada di ITB dalam jangka waktu yang cukup lama. Ada banyak sekali sarana pendukung yang memfasilitasi mereka sehingga nyaman berada di lingkungan ITB dan dapat berfokus pada kegiatan akademis maupun non-akademis di lingkungan kampus ITB. Namun seiring dengan berkembangnya waktu, timbul masalah baru yang cukup mengkhawatirkan, yaitu masalah keamanan. Artikel berikut memaparkan seputar masalah keamanan di ITB, beserta kiat-kiat dan himbauan bagi segenap sivitas akademik untuk dapat turut menjaga keamanan kampus ITB.
Salah satu sarana pendukung yang cukup penting Di ITB adalah lapangan parkir. Kampus ITB di jalan Ganesha 10 memiliki tiga buah lapangan parkir utama, yaitu lapangan parkir barat, utara, dan timur. Ditemui di kantornya, Wawan Surahman selaku Koordinator Perparkiran ITB menjelaskan, bahwa sampai bulan ini, sudah terjadi tiga kali kehilangan kendaraan bermotor di lapangan parkir sepanjang tahun 2008. Dua di antara tiga kasus kehilangan tersebut disebabkan oleh kelalaian pengendara kendaraan bermotor itu sendiri. “Mereka sering lupa dan meninggalkan kunci kontak tergantung di motor mereka,” kata Wawan. Sedangkan satu kasus lagi menggunakan modus baru, yaitu mengganti plat nomor kendaraan bermotor dengan plat nomor lain, sehingga pada saat dilakukan pengecekan, oknum pelaku kejahatan dapat lolos dari pemantauan. Sampai saat ini, tindakan yang bisa diambil oleh jajaran petugas parkir adalah dengan memeriksa kembali tiket masuk kendaraan beserta STNK. Walaupun angka kehilangan ini termasuk kecil, namun tetap perlu mendapat perhatian, sehingga tidak akan lagi terjadi kasus kehilangan kendaraan bermotor yang terjadi di lingkungan ITB.
Masalah lain yang ada menyangkut lapangan parkir adalah mengenai jam operasional. Lapangan parkir Barat ITB beroperasi setiap hari Senin – Jumat dari pukul 6.00 sampai 18.00. Lapangan parkir utara ITB beroperasi setiap hari Senin-Sabtu dengan jam operasional yang sama. Sedangkan lapangan parkir timur beroperasi setiap hari selama 24 jam penuh. Ini untuk memberikan pelayanan kepada mahasiswa maupun dosen yang harus berada di kampus sampai larut malam. Wawan memberikan himbauan kepada seluruh masyarakat kampus ITB yang memiliki keperluan sampai larut malam, untuk memindahkan kendaraannya ke lapangan parkir timur ITB sebelum jam operasional tutup. Hal ini adalah untuk menjaga keamanan dan kenyamanan bersama. “Yang saya sayangkan, ada oknum yang sampai merusak gembok di lapangan parkir barat, karena menaruh kendaraannya sampai larut malam, dan lupa memindahkan kendaraannya. Akibatnya di tahun ini saja sudah terjadi pergantian gembok 5-6 kali,”ujar Wawan. Hal ini membuktikan dibutuhkan suatu infrastruktur yang baik untuk menunjang penjagaan keamanan, terutama di lapangan parkir ITB.
Masalah keamanan kedua adalah di dalam lingkungan ITB sendiri. Kali ini yang menjadi narasumber adalah Sriwanto sebagai Kepala Satuan Pengamanan ITB. “Masalah kehilangan yang paling sering terjadi adalah kehilangan barang pribadi seperti laptop, Handphone, dompet, dan barang pribadi lainnya. Kasus yang dilaporkan mencapai jumlah puluhan,” jelas Sriwanto. Mengenai permasalahan ini, Satuan Pengamanan ITB sudah bekerja ekstra keras untuk dapat meminimalkan angka kehilangan. Kasus lain yang sering juga terjadi adalah kasus yang sama yang sering terjadi di lapangan parkir ITB, yaitu meninggalkan kunci kendaraan bermotor tergantung di kontak begitu saja. Sudah berkali-kali hal ini terjadi, dan jika hal itu terjadi, kunci kontak langsung diamankan guna mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. “Semua harus dimulai dari diri sendiri, kami tidak bisa satu-persatu memeriksa barang bawaan semua orang. Kita harus bisa menjaga dan bertanggung jawab menjaga barang sendiri,” himbau Sriwanto. Kehilangan laptop adalah hal yang akhir-akhir ini marak terjadi, dan tempat favorit kehilangan laptop adalah di mushola. Hal ini terjadi akibat ketika mahasiswa sedang menunaikan ibadah, mereka otomatis sedang khusyuk dan bisa jadi lalai dengan barang bawaannya. Satuan Pengamanan ITB, yang saat ini berjumlah 93 orang, berupaya keras untuk dapat mencegah hal yang tidak diinginkan terjadi. “Mengingat area kampus yang sangat luas, kami tentu tidak bisa mengawasi setiap jengkal daerah di kampus ITB, apalagi banyak jalan-jalan kecil, lorong, dan puluhan gedung di sini, sedangkan personel Satuan Pengamanan hanya berjumlah 93 orang”, tandas Sriwanto lagi. Peran Satuan Pengamanan ITB memang sudah tidak diragukan lagi. Mereka bahkan berhasil menangkap basah beberapa orang maling, yang memang non-ITB, dan beroperasi dalam sebuah sindikat yang terorganisasi. Sriwanto memberikan himbauan dalam upaya meningkatkan keamanan di wilayah kampus ITB, agar seluruh masyarakat ITB dapat setidaknya menjaga keamanan barang bawaannya sendiri, dan mengadakan pelatihan-pelatihan dan seminar pada jajaran personil Satuan Pengamanan ITB, sehingga dapat menjalankan tugasnya secara lebih profesional lagi. Selain itu, kehadiran infrastruktur pembantu, seperti palang pintu otomatis, dan sistem kamera pengawas, tentu akan lebih membantu tugas Satpam dalam menjaga keamanan di wilayah kampus ITB tercinta.
Dan masalah keamanan yang ketiga datang dari perpustakaan pusat. Masalah pencurian buku perpustakaan masih saja sering terjadi. Dikdik Suhendi sebagai koordinator bagian E-journal dan jurnal fisik memberikan keterangan bahwa pencurian buku perpustakaan pusat masih saja terjadi. Pelakunya ada yang dari kalangan mahasiswa ITB, maupun non-ITB. Kehadiran Security System yang menanamkan chip elektromagnet di setiap buku memang banyak membantu. Apabila ada orang yang hendak mengambil buku, dan membawa keluar tanpa izin, maka dapat diketahui dengan alat tersebut. Namun modus operandi menjadi semakin kreatif. Terkadang buku dilepas dari sampulnya, sehingga alat ini tidak dapat mendeteksi adanya pencurian. Hal ini banyak terjadi di lantai 3 dan lantai 4. “Jumlah personil pustakawan memang sedikit, kami setidaknya memerlukan sistem sekuriti yang lebih canggih.”kata Dikdik. Bagi oknum yang ketahuan mengambil buku tanpa sepengetahuan, tetap diadili dan diberikan sanksi dari ITB. Hal ini sebagai bentuk pelajaran bagi mereka, agar tidak melakukan hal yang tidak baik itu lagi di kemudian harinya.
Setelah pemaparan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa diperlukan kesadaran dari setiap pihak untuk membantu menjadikan ITB sebagai kampus yang aman dan nyaman untuk proses kegiatan akademis, karena ITB adalah milik kita semua. Jadi, sudah amankah kampus ITB kita?