Sterilisasi Kampus Menuai Kritik

Oleh Krisna Murti

Editor Krisna Murti

Bandung, itb.ac.id - Sabtu (7/4) lalu, kampus ITB ditutup untuk umum. Ratusan aparat keamanan yang menjaga perimeter kampus ini mengistilahkannya dengan 'sterilisasi'. Penutupan kampus ini dipicu oleh acara kuliah umum yang akan diberikan oleh Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla. Kuliah umum ini diselenggarakan oleh Alur Studi Pertahanan, sebuah spesialisasi dalam program pascasarjana Studi Pembangunan ITB. Protokoler kepresidenan dan Paspampres mengambil alih (pengamanan) kampus. Salah satu keputusannya adalah hanya panitia dan peserta undangan kuliah umum tersebut yang diperbolehkan masuk kampus. Keputusan penutupan kampus ini diakui oleh Heri Dalyari, Komandan Satuan Pengamanan (Satpam) ITB, mendadak. Pada Kamis sore, Satpam ITB turut membantu mengedarkan surat pemberitahuan yang dikeluarkan oleh Biro Sarana dan Prasarana ITB mengenai sektor-sektor di kampus yang masih akan dibuka selama Jusuf Kalla ada dalam kampus. Dalam surat bernomor 420/K01.05.02/SP.07.6/2007 ini, bahkan dinyatakan "Untuk selama kurun waktu persiapan dan pelaksanaannya, keluar masuk kampus ITB melalui pintu gerbang Utara.." Tampak dalam peta surat tersebut hanya sektor sekitar Aula Barat yang akan ditutup. Menurut Heri, pada Jumat sore terdapat surat baru dari Biro Sarana dan Prasarana yang menganulir surat sebelumnya. Dalam surat tersebut juga dinyatakan bahwa seluruh kampus ITB akan ditutup mulai dari hari Jumat malam hingga Sabtu (7/4) pukul 03.00 WIB. Perubahan keputusan inilah yang sosialisasinya buruk. Akibatnya nyaris semua masyarakat kampus tidak mengetahui mengenai ditutupnya kampus ITB. Ratusan mahasiswa dan beberapa dosen yang tidak mengetahui hal ini tertahan di gerbang utama kampus ITB (gerbang selatan). Sempat terjadi beberapa protes keras dan emosional karena ada mahasiswa atau dosen yang bersikeras ingin masuk kampus. Beberapa mahasiswa biologi tampak panik karena tidak diperbolehkan masuk kampus. "Kami harus ngasi makan hewan penelitian kami!" ungkap Prima, mahasiswi Biologi. "Harusnya kami ujian kompre," tutur Ami, mahasiswa Teknik Kelautan, "Tapi ujiannya dibatalkan." Dr. Rina Ratnasih, seorang staf pengajar Biologi terpaksa menyelenggarakan Ujian Tengah Semester (UTS) beralaskan tikar di selasar Masjid Salman. "Bahkan saya pun mengambil soal ujian ini, di ruangan saya, dikawal oleh aparat," akunya, "saya merasa agak risih; soalnya itu kan ruangan saya sendiri dan saya hanya mengambil soal." Dia kemudian menyayangkan tidak adanya sosialisasi yang baik mengenai penutupan kampus. "Saya tidak tahu tentang penutupan kampus ini," tuturnya. Seluruh acara-acara yang ada diselenggarakan di kampus pada hari itu dipindahkan ke luar kampus. Kuliah umum Sekolah Bisnis Manajemen ITB yang sedianya akan dilaksanakan di Auditorium SBM dipindahkan ke gedung MBA, gelap nyawang. Seminar Kemandirian Indonesia yang menghadirkan Amien Rais dipindahkan ke Sasana Budaya Ganesa. Namun terdapat beberapa acara yang tidak sempat dipindahkan karena panitianya tidak tahu menahu mengenai penutupan kampus ITB. "Kami sudah bikin janji audiensi dengan wakil Unesco di Campus Center," tutur Sano, aktivis U-Green ITB, "Terpaksa pertemuannya dimulai terlambat dan dipindah secara mendadak." Para asisten Comlabs juga mengalami hal yang sama. Mereka yang sedianya akan mengadakan teleconference dengan puluhan perguruan tinggi dalam jaringan Inherent pukul 11.00 WIB terpaksa membatalkan acaranya. "Ini bakal bikin nama ITB jelek," ungkap Adhi, salah satu asisten. "Kami gak tau bahwa kampus akan ditutup," tutur asisten lain, "Ini 'mah' udah kelewatan." Hal yang sama diungkap oleh mahasiswa lain. "ini berlebihan deh," tutur Nina seorang mahasiswi Biologi yang akhirnya harus menerima kenyataan bahwa pengamatan bakterinya hari ini harus batal. "Bahkan untuk keperluan TA (Tugas Akhir) pun kita aku boleh masuk," tambahnya. Dimintai pendapatnya, beberapa dosen menyiratkan kekecewaan. "Seharusnya panitia menyadari konsekuensi besar yang muncul akibat mengundang seorang wakil presiden ke kampus," tutur Bambang Setiadji, dosen Teknik Geodesi. "Acara ini harus dievaluasi supaya hal yang sama tidak terjadi lagi," tambah dosen lain. Beberapa mahasiswa juga mempertanyakan mengapa pengawalan Wapres Jusuf Kalla sedemikian ketatnya. "Megawati, Amien Rais, dan SBY pernah masuk kampus ITB dengan pengawalan yang biasa-biasa aja," tutur seorang mahasiswa, "Bahkan, Menristek Iran datang ke kampus ITB gak seheboh ini." Sementara itu, seorang pejabat tinggi Kodam Siliwangi hanya menjawab ringan, "Namanya juga tamu VIP. Ini semua ya bagian dari prosedur standar keamanan seorang wapres."