Talkshow OSKM ITB 2015: Mencetak Insan Akademis yang Peduli Realita Bangsa

Oleh Natasha Agustina

Editor Natasha Agustina

BANDUNG, itb.ac.id - Mahasiswa sebagai insan harapan bangsa untuk membangun Indonesia di masa depan haruslah dipersiapkan sedini mungkin untuk menjadi insan yang tak hanya unggul dalam kemampuan akademis. Namun, juga sadar akan realita bangsa Indonesia saat ini dan siap menjadi penyedia solusi di masa mendatang. Orientasi Studi Keluarga Mahasiswa (OSKM) ITB 2015 hadir untuk memberikan sarana bagi mahasiswa baru ITB tahun akademik 2015/2016 untuk mengenal lebih jauh peran apa yang dapat mahasiswa berikan untuk Indonesia selama dan sesudah mengenyam pendidikan di ITB salah satunya dalam bentuk Talkshow pada Kamis (20/08/15) yang bertemakan "Insan Akademis dan Realtias Bangsa" pada sesi 1 dan "Mahasiswa dan Kemahasiswaan" pada sesi 2.
Bertempat di Auditorium Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), talkshow ini menghadirkan pembicara-pembicara mumpuni. Sesi pertama menghadirkan Arif Budiman selaku Finance Director dari Pertamina, Taty Purwati Suandi selaku psikolog, Dr. Ir. Hetifah Sjaifudian, MPP selaku anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, dan Arif Nur Budiman selaku Country Manager for General Electric Indonesia. Para pembicara yang memiliki latar belakang profesi yang berbeda-beda ini saling berbagi kisah mengenai pentingnya mengenal realita bangsa Indonesia dari sudut pandang keprofesian masing-masing lalu memberi tantangan bagi mahasiswa untuk mencari solusi untuk memperbaikinya.

Arif Budiman yang mendalami bidang energi di Indonesia menyampaikan besarnya peranan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terhadap kesejahteraan bangsa. Dengan memilih topik Membangun Kedaulatan Energi Indonesia, Arif memaparkan bahwa kondisi mahasiswa saat ini kurang berminat untuk berkarir di BUMN karena kalah saing dengan perusahaan multinasional. Hal yang serupa juga dipaparkan oleh Hetifah selaku politisi yang merasa minat mahasiswa untuk menjadi politisi masih rendah. Di sisi lain, Hetifah menyampaikan besarnya peranan politik mengingat masih terdapat empat hal yang belum dapat terpenuhi di Indonesia yang menyebabkan Indonesia masih belum mampu menjadi negara maju yaitu politik yang kokoh, ekonomi yang stabil, militer yang perkasa, dan teknologi yang unggul. Hetifah juga mengajak mahasiswa untuk melek politik dan peduli terhadap keadaan politik di Indonesia.

Tak kalah seru dengan sesi pertama, sesi kedua juga menghadirkan pembicara-pembicara berprestasi yang merupakan alumni muda ITB. Mereka adalah Fauzan Reza Maulana, S.T selaku Mahasiswa Berprestasi Kedua Tingkat Nasional 2014 dan penyandang Ganesha Prize 2014, Agathon Chandra S., S.T, M.T selaku Ketua Kongres ITB 2011/2012, M. Sena Luphdika, S.T selaku perwakilan Tim Darurat/ITB in Move, Herry Dharmawan, S.T selaku Ketua Keluarga Mahasiswa (K3M) ITB 2010/2011, dan Habib Mailul Afif selaku Ketua Gebrak Indonesia. Sebagai alumni ITB yang memiliki segudang pengalaman dalam kegiatan kemahasiswaan di ITB, para pembicara menyemangati mahasiswa baru untuk turut serta dalam pergerakan mahasiswa di ITB bahkan di Indonesia, alih-alih menjadi mahasiswa yang apatis terhadap keadaan sekitar.

Reza Fauzan Maulana juga menyampaikan bahwa prestasi bukanlah memiliki IPK tinggi, gaji tinggi atau Curriculum Vitae yang tebal. Namun, mahasiswa  berprestasi adalah mahasiswa yang mampu mengenal dirinya dan mengetahui passion masing-masing lalu memberikan usaha maksimal untuk mengerjakan sesuatu yang bermanfaat sesuai dengan kesukaannya. "Yang harus kita kejar ketika kita sudah mendapatkan happiness (passion) adalah yang penting kerjanya maksimum. Itu pasti akan berujung sesuatu," tutur Reza. Tak kalah menginspirasi, Herry Dharmawan juga mengajak 3688 mahasiswa baru tersebut untuk mau peduli terhadap kebijakan di kampus bahkan di Indonesia. Serupa dengan pembicara lainnya, Agathon berpesan sekaligus menutup talkshow tersebut bahwa insan akademis harus bermanfaat bagi masyarakat dengan modal akal, hati dan niat.