Tantangan Pariwisata Nasional Menyongsong Indonesia Emas 2045

Oleh M. Naufal Hafizh

Editor M. Naufal Hafizh

BANDUNG, itb.ac.id - Program Magister Studi Pembangunan dan Magister Perencanaan Kepariwisataan, Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung (SAPPK ITB) menggelar Seminar Nasional "Prospek SDM Indonesia dalam Kontestasi Kecerdasan Buatan (AI) dan Keberlanjutan Pembangunan Menuju Indonesia Emas 2045", di Lantai 2 Gedung CRCS, ITB Kampus Ganesha, Jumat (8/12/2023).

Pengamat Pariwisata Nasional dan purnadosen Magister Perencanaan Kepariwisataan, SAPPK ITB, sekaligus Advisory Board Member Magister Perencanaan Kepariwisataan, Dr. Myra Puspasari Gunawan, S.T., M.T., menjadi pembicara dalam seminar tersebut. Beliau membahas materi berjudul "Masa Depan Pariwisata Nasional: Keberlanjutan dan Kesiapannya".

Dr. Myra mengawali materinya mengenai platform kepariwisataan oleh Jafar Jafari. Beliau membahas berbagai aspek, seperti manfaat ekonomi dari pariwisata, peringatan terhadap bahaya lingkungan, ekonomi, dan sosial yang ditimbulkan oleh pariwisata, hingga adaptasi melalui pariwisata alternatif untuk mendukung UMKM dan pembangunan skala besar.

Menurut data Travel & Tourism Development Index dari World Economic Forum, Indonesia berada di urutan 8 di Asia Pasifik. Bahkan, Forbes meletakkan Indonesia di urutan pertama untuk kategori The Most Beautiful Country in the World.

   

Terkait hal itu, Dr. Myra mengajukan pertanyaan mengenai masa depan pariwisata Indonesia, “Apakah pariwisata akan tetap menjadi sektor unggulan? Sejauh mana pembelajaran dari pengalaman 50 tahun terakhir dapat diaplikasikan?”

Beliau menekankan bahwa keberhasilan atau kegagalan pariwisata sangat bergantung pada tindakan politik dan administratif, bukan hanya pada keahlian ekonomi atau bisnis.

Selain itu, beliau menyoroti kemajuan pembangunan kepariwisataan sebagai fungsi dari kemajuan sektor lainnya. Dr. Myra juga mengaitkan pembangunan kepariwisataan dengan visi misi Indonesia 2045, yang mencakup transformasi sosial, ekonomi, tata kelola, supremasi hukum, stabilitas, dan ketangguhan diplomasi.

Dalam konteks kepariwisataan Indonesia 2045, penting untuk menerapkan peralihan dari boosterism ke knowledge-based. SDM pariwisata dinilai sebagai kunci, dengan penekanan pada hospitality, penelitian, studi, dan pendidikan pariwisata.

Beliau mengatakan, kebutuhan untuk mengubah cara pandang terkait prioritas destinasi, strategi pengembangan, dan keterlibatan masyarakat, harus tetap mempertimbangkan kelestarian lingkungan dan pemajuan budaya.

Penulis: Hafsah Restu Nurul Annafi (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2019)