Terapkan Teknologi Biohidrokarbon, ITB-Pemkab Musi Banyuasin Teken Nota Kesepahaman Bersama

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana



BANDUNG, itb.ac.id – Institut Teknologi Bandung (ITB) menjalin nota kesepahaman bersama dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Musi Banyuasin (Muba) dalam bidang penerapan dan pemanfaatan teknologi biohidrokarbon berbasis kelapa sawit sebagai upaya menghasilkan energi baru terbarukan biofuel dari sawit.

Nota kesepahaman tersebut ditandatangani langsung oleh Rektor ITB Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA., dengan Bupati Muba, Dodi Reza Alex Noerdin di Raung Rapat Pimpinan (Rapim) A, Gedung Rektorat ITB Jalan Tamansari No. 64 Bandung, Kamis (28/3/2019).

Dijelaskan Bupati Muba, saat ini pihaknya tengah menggalakkan pengembangan biofuel. Daerah Muba sendiri dikenal sebagai penghasil sawit. Hampir 80 persen mata pencaharian masyarakat di sana bergantung kepada sawit. Untuk itu, kerjasama dengan ITB sangat penting dilakukan karena ITB sudah banyak melakukan pengembangan dalam pengolahan biofuel.

“Kami memandang kerjasama ini adalah sangat penting dan strategis di satu pihak adalah ITB yang mempunyai teknologi dan pengalaman, dengan pemerintah Muba yang memiliki strong commitment untuk memberdayakan para petani sawit melalui teknologi hidrokarbon ini,” ujarnya. 

Pihaknya pun berencana akan membuat kilang-kilang mini “stand alone” untuk lebih mendekatkan pengolahan sawit dekat dengan sumbernya. “Melalui nota kesepahaman ini, merupakan wujud komitmen dari kami terhadap kemajuan teknologi dan keberlangsungan pemanfaat sumber daya alam di Musi Banyuasin,” ujar Dodi.



Sementara itu, Rektor ITB menyambut baik atas kerjasama yang dilakukan. Menurutnya, urusan energi adalah urusan yang fundamental saat ini. ITB sendiri memiliki Lab Industri-Katalis Pendidikan yang telah menghasilkan katalis yang mengubah sawit menjadi biodiesel, bioavtur, dan biogasoline.

“Dengan katalis yang mereka hasilkan, ketika sawit ditransformasi menjadi biofuel, itu bisa menghasilkan avtur dengan titik beku -70 derajat celcius. Padahal pesawat itu hanya membutuhkan -47 sampai -49 derajat celcius. Jadi ini sudah jauh lebih bagus dari kebutuhan minimum penerbangan. Dengan sawit yang ada di Musi Banyuasin Insya Allah kita akan tingkatkan kualitas avtur di negeri kita,” katanya.

Rektor juga mendukung rencana kerjasama kedepannya yang akan dijalin, sebagai upaya menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia mampu menghasilkan yang terbaik dalam urusan energi baru terbarukan. “Kami mendukung sepenuhnya apa-apa yang direncanakan ini bukan urusan kecil tapi strategis,” katanya.



Industri-Katalis Pendidikan yang berada di Laboratorium Teknik Reaksi Kimia dan Katalisis (TRKK) Fakultas Teknologi Industri (FTI), ITB, telah menghasilkan produk-produk inovasi di bidang katalis. Penelitian pengembangan katalis ini sebenarnya sudah dirintis sejak 35 tahun lalu oleh Prof. Subagjo dan para peneliti di Teknik Kimia bersama sejumlah mahasiswa program studi Teknik Kimia S1, S2, dan S3 di ITB. Keberadaan laboratorium tersebut menjadi bukti bahwa produk penelitian Indonesia mampu menjawab tantangan kemandirian bangsa.

Dengan katalis tersebut, sawit yang begitu melimpah di Indonesia dapat dimanfaatkan secara maksimal. Lab tersebut diresmikan oleh Menristekdikti Prof. Moh Nasir dengan nama Industri-Katalis Pendidikan. Terhitung, sudah ada tujuh menteri di pemerintahan Presiden Joko Widodo yang berkunjung ke Industri-Katalis Pendidikan tersebut.