Tingkatkan Kesehatan Mental di Tengah Pandemi COVID-19, Dosen ITB Buat ruangempati.com
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id – Pandemi COVID-19 tidak hanya menimbulkan permasalahan dari sisi ekonomi, namun juga kesehatan mental masyarakat. Hal ini disebabkan oleh perubahan pola hidup yang drastis. Oleh karena itu, tim dosen Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) dan Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB bekerja sama dengan Psikiater RS Melinda 2 menghadirkan situs untuk konsultasi virtual dan terapi seni ruangempati.com guna menjaga kesehatan mental.
“Kami berpikir bahwa mungkin sisi psikologis masyarakat belum menjadi fokus pemerintah atau masyarakat luas, yang terpikirkan itu biasanya mengenai alat pelindung diri. Padahal sisi mental itu penting, karena kalau mental jatuh imun bisa turun dan jika imun turun menjadi rentan terhadap sakit. Oleh sebab itu, kami sepakat untuk membantu di wilayah kejiwaan,” ujar Dr. Ira Adriati S.Sn, M.Sn dosen Seni Rupa ITB saat diwawancara Reporter Humas ITB.
Sejak 18 Maret 2020, tim sudah mulai membahas bentuk layanan kejiwaan yang akan dihadirkan. Karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk tatap muka, media yang ingin dihadirkan adalah dalam berbentuk website. Proses pembuatan website tentu memerlukan waktu dan persiapan yang cukup panjang. Untuk itu dihadirkan pula sosial media berupa akun Instagram @ketik.hasaka.
Website ruangempati.com menghadirkan dua fitur utama yaitu konsultasi dan psikoterapi seni. Untuk konsultasi akan disediakan kontak psikiater sehingga pengguna dapat langsung berkonsultasi. Sedangkan untuk psikoterapi seni akan disediakan aktivitas-aktivitas seni rupa untuk menyalurkan emosi dan diharapkan setelah melakukan kegiatan seni tersebut mental pengguna akan menjadi lebih baik. Pengunjung juga bisa bercerita mengenai kondisinya di ruangempati.com dengan pendamping-pendaming yang sudah terlatih dan siap.
“Psikoterapi seni itu ingin mengurangi kecemasan orang dengan aktivitas seni, terkadang orang-orang tidak sadar bahwa seni bisa jadi proses terapeutik, contohnya mewarnai, sebetulnya saat melakukan aktivitas seni itu emosi kita tersalurkan. Kemudian juga kalau konsultasi tidak semua orang terbuka, ada yang malas bicara dan tidak bisa ngobrol dengan orang yang tidak dikenal tapi merasa butuh orang, butuh teman, dengan media seni mereka mengerjakan dan bisa dibaca kondisi emosinya seperti apa, dan mereka bisa dibantu tanpa orangnya harus cerita, menggunakan bahasa-bahasa visual dari karya yang dikerjakan,” ujar Dr. Ira.
Ia melanjutkan, penggunaan seni dalam terapi untuk mengurangi kecemasan memang memiliki panduan tersendiri yang digunakan oleh ahlinya. Oleh sebab itu, tim merekrut relawan untuk dilatih mengenai psikoterapi seni termasuk di dalamnya membaca hasil dan dihubungkan dengan kesehatan mental. Nantinya, jika pengguna dirasa perlu berkonsultasi berdasarkan hasil psikoterapi seninya, maka akan dikonsultasikan dengan psikiater.
Pada tahap awal, pengguna fitur psikoterapi seni masih terbatas sekitar 20 orang dalam sehari, karena keterbatasan jumlah relawan untuk mendampingi pengguna. Untuk pengunjung websitenya sendiri tidak terbatas, di dalam websitenya juga akan disediakan informasi mengenai tips and trick berupa video atau tulisan untuk menghadapi kondisi sekarang agar kondisi kesehatan mental tetap sehat, dan diharapkan muncul ide-ide sendiri mengenai kegiatan yang bisa dilakukan untuk menyalurkan emosi sehingga tidak harus berkonsultasi dengan psikiater.
“Websitenya gratis, tidak ada biaya yang harus dikeluarkan pengguna sama sekali, konsultasi ke psikiaternya juga gratis. Betul-betul ini adalah pengabdian kepada masyarakat,” pungkasnya.
Adapun, tim yang tergabung dalam proyek ruangempati di antaranya Dr. Irma Damajanti, Dr. Intan M ( FSRD), Dr. Yusep (STEI), dr. Teddy Hidayat, Sp K., dr Elvien, Sp. K, dan Dr. Shelly. Website ruangempati sendiri diluncurkan secara resmi pada tanggal 2 Mei 2020 dan telah mendapat apresiasi dari Dansatgas Kesehatan RS Darurat COVID-19 Brigjen Agung Hermawanto, Sp.Kj. Saat ini pengguna ruangempati dapat melakukan konsultasi secara online.
Reporter: Indah Lestari Madelin (Teknik Lingkungan, 2017)