Training Konseling Pasien: Efektifkan Konseling Melalui Ilmu Psikologi dan Komunikasi
Oleh Christanto
Editor Christanto
BANDUNG, itb.ac.id - Selain meningkatkan pengetahuan pasien tentang penggunaan obat, konseling pasien juga merupakan suatu sarana untuk mewujudkan pharmaceutical care yang berkualitas. Atas dasar itulah, Himpunan Mahasiswa Farmasi (HMF) 'Ars Praeparandi' ITB menyelenggarakan Training Konseling Pasien (TKP) seri I, pada Sabtu (30/04/11) di Ruang Edukatorium Sekolah Farmasi ITB.
Dalam kesempatan tersebut, Trianindari, M.Psi yang merupakan seorang psikolog di rumah sakit, menyampaikan bahwa kepribadian seorang pasien akan mempengaruhi cara menghadapi pasien tersebut. Seorang ekstrovert misalnya, akan cenderung berpikir mengenai hal-hal secara objektif dan luas, sedangkan seorang introvert lebih berpikir ke arah subjektif atau dirinya sendiri.
"Ketika berhadapan dengan orang ekstrovert, berilah banyak masukan dan dukung terus mereka. Namun, ketika bertemu dengan orang introvert, buat dahulu mereka nyaman dan berikan data atau fakta yang logis," katanya.
Menurut Trianindari, hal lain yang tak kalah penting dalam menghadapi seorang pasien adalah membangun kepercayaan kepada mereka. Hal tersebut penting karena pasien membutuhkan dukungan dari berbagai pihak demi kesembuhannya. "Ketika kita sudah membentuk suatu kepercayaan, maka dapat timbul semacam sugesti atau efek terapi pada pasien," ujarnya.
Komunikasi Efektif
Selain mempelajari ilmu psikologi, konseling kepada pasien juga membutuhkan cara komunikasi yang efektif. Menurut Siti Saidah, M.Si., Apt. dari Instalasi Farmasi RSUP Hasan Sadikin Bandung, komunikasi penting dalam konseling, karena tujuan konseling untuk meningkatkan hasil terapi dan memaksimalkan penggunaan obat yang tepat.
Ketika memulai suatu konseling misalnya, seorang pasien harus melakukan perkenalan diri dan identifikasi terhadap pasien, barulah menerangkan maksud konseling obat. Selain itu, konseling juga harus diakhiri dengan mengkaji pengertian pasien dan meringkas kembali informasi kepada pasien. "Intinya, komunikasi dalam konseling harus menggunakan metode komunikasi yang efektif," terang Siti.
Tanggung Jawab Masyarakat
Hubby Nasrullah selaku Ketua HMF 'Ars Praeparandi' ITB menyampaikan bahwa belajar berkomunikasi yang baik dan efektif merupakan elemen yang penting dalam mengaplikasikan ilmu kefarmasian. Ia juga mengingatkan bahwa seorang farmasis memiliki tanggung jawab kepada masyarakat, sehingga harus punya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain.
Melalui pelaksanaan TKP yang akan digelar selama empat seri ini, HMF 'Ars Praeparandi' ITB berharap dapat mempersiapkan wakil-wakil ITB dalam kompetisi Patient Counseling Event (PCE) yang akan digelar. "TKP menjadi penting, karena kita dapat mengasah kemampuan kita untuk berhubungan dengan pasien khususnya," ujar Hubby.
"Ketika berhadapan dengan orang ekstrovert, berilah banyak masukan dan dukung terus mereka. Namun, ketika bertemu dengan orang introvert, buat dahulu mereka nyaman dan berikan data atau fakta yang logis," katanya.
Menurut Trianindari, hal lain yang tak kalah penting dalam menghadapi seorang pasien adalah membangun kepercayaan kepada mereka. Hal tersebut penting karena pasien membutuhkan dukungan dari berbagai pihak demi kesembuhannya. "Ketika kita sudah membentuk suatu kepercayaan, maka dapat timbul semacam sugesti atau efek terapi pada pasien," ujarnya.
Komunikasi Efektif
Selain mempelajari ilmu psikologi, konseling kepada pasien juga membutuhkan cara komunikasi yang efektif. Menurut Siti Saidah, M.Si., Apt. dari Instalasi Farmasi RSUP Hasan Sadikin Bandung, komunikasi penting dalam konseling, karena tujuan konseling untuk meningkatkan hasil terapi dan memaksimalkan penggunaan obat yang tepat.
Ketika memulai suatu konseling misalnya, seorang pasien harus melakukan perkenalan diri dan identifikasi terhadap pasien, barulah menerangkan maksud konseling obat. Selain itu, konseling juga harus diakhiri dengan mengkaji pengertian pasien dan meringkas kembali informasi kepada pasien. "Intinya, komunikasi dalam konseling harus menggunakan metode komunikasi yang efektif," terang Siti.
Tanggung Jawab Masyarakat
Hubby Nasrullah selaku Ketua HMF 'Ars Praeparandi' ITB menyampaikan bahwa belajar berkomunikasi yang baik dan efektif merupakan elemen yang penting dalam mengaplikasikan ilmu kefarmasian. Ia juga mengingatkan bahwa seorang farmasis memiliki tanggung jawab kepada masyarakat, sehingga harus punya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain.
Melalui pelaksanaan TKP yang akan digelar selama empat seri ini, HMF 'Ars Praeparandi' ITB berharap dapat mempersiapkan wakil-wakil ITB dalam kompetisi Patient Counseling Event (PCE) yang akan digelar. "TKP menjadi penting, karena kita dapat mengasah kemampuan kita untuk berhubungan dengan pasien khususnya," ujar Hubby.