Tuntaskan Permasalahan Transportasi Indonesia melalui Smart Commute Development

Oleh Syardianto

Editor Syardianto

BANDUNG, itb.ac.id - Bertempat di Gedung Aula Timur ITB, Sabtu (13/02/16) Seminar Akbar yang di selenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Mesin (HMM ITB) digelar. Merupakan bagian acara dari Mechanical Festival 2016, Seminar ini mengundang pembicara-pembicara handal dibidangnya seperti Ir. Hermanto Dwiatmoko, MSTr (Kementrian Perhubungan), Ir. Harum Al Rasyid Lubis, M.Sc, Ph.D ( Dosen Pakar Rekayasa Transportasi Teknik Sipil ITB) dan Prof. Dr. Ir. Muljo Widodo Kartidjo (Dosen Pakar Pengembang Mentro Capsule Teknik Mesin ITB). Mengusung tema " Smart Commute Development, Transportasi Masa Depan di Kota Besar Indonesia," seminar akbar ini dihadiri oleh ratusan peserta tidak hanya dari mahasiswa ITB sendiri namun dari berbagai kalangan dan komunitas di Bandung.

Melalui pokok kajian mengenai transportasi, telah didefenisikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bahwa pengangkutan barang oleh berbagai jenis kendaraan sesuai dengan kemajuan teknologi dinamakan Transportasi. Perkembangan sistem transportasi ini akan menyesuaikan dengan kondisi suatu negara seiring dengan perkembangan teknologi yang terjadi. Munculnya berbagai jenis mobil yang canggih dari era 90-an menjadi salah contoh bagi perkembangan transportasi negeri ini. Namun, kondisi perkembangan yang signifikan memunculkan suatu problematika yang tidak bisa dilihat dengan mata sebelah.

Hermanto Dwiatmoko pada pemaparannya sebagai Jendral Perkeretaapian periode 2014-2019 menuturkan, ada beberapa hal yang menjadi masalah dari munculnya perkembangan pesat transportasi di beberapa wilayah di Indonesia. Kecendrungan permasalahan ini dilihat dari pertumbuhan populasi dimana tingkat nartalitas (angka kelahiran) lebih besar daripada mortalitas (angka kematian) dan tingkat urbanisasi pola dari desa ke kota terus meningkat. Fakta ini dipekuat dengan data dan isu pada tahun 2013 mengatakan penduduk Indonesia mencapai 240 juta dan diprediksikan pada tahun 2030 mencapai 300 juta. Pertumbuhan populasi yang terus meningkat ini akan berbanding lurus dengan budaya konsumerisme terhadap penggunaan transportasi. Hermanto melanjutkan bahwa pertumbuhan penggunaan transportasi ini mencapai 12% tiap tahunnya.

Dilihat dari trennya, penggunaan kendaraan transportasi yang berlebihan ini akan mengurangi budaya positif yang diajarkan oleh bangsa Asia yaitu berjalan kaki. Secara otomatis, penggunaan kendaraan yang signifikan akan membumi hanguskan budaya pejalan kaki dan memunculkan salah satu dampak yang tidak asing lagi oleh negara ini ketahui yaitu kemacetan. Kemacetan yang terjadi di Indonesia terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung dan Surabaya menjadi problematika yang mengerutkan pikiran pemimpin negeri ini. Ironis, jika bangsa ini mengeluh pada kemacetan jalan namun tetap nyaman pada pola penggunaan transportasi berlebihan, terlebih pergerakan transportasi di negeri ini terus berkembang dengan munculnya berbagai inovasi dan pengembangan teknologi yang canggih, maka wajar jika dikatakan permasalahan ini bukanlah permasalahan biasa.

Tantangan terhadap Permasalahan

Telah diketahui bahwa kondisi penggunaan kendaraan transportasi yang berlebihan menimbulnya kemacetan terutama pada jam sibuk, kondisi dimana pegawai negeri maupun swasta, anak sekolahan, pekerja wiraswasta dan berbagai elemen masyarakat berbondong-bondong menuju dari satu tempat ke tempat lain dengan kendaraan yang akan menimbulkan intensitas yang berlebih, jalan raya dipadati oleh kendaraan roda dua ataupun roda empat bahkan menumpuk dijalan tanpa ada pergerakan.

Kondisi tersebut tidaklah berhenti di satu titik. Tantangan negeri ini akan mengacu pada penggunaan bahan bakar kendaraan. Fakta mengatakan, di Indonesia, sektor transportasi merupakan konsumen Bahan Bakar Minyak (BBM) terbesar jika dibandingkan dengan sektor lainnya seperti sektor industri, rumah tangga ataupun transportasi non darat. Angka menunjukan proporsi transportasi mengkonsumsi BBM paling bear yaitu sekitar 48% dari konsumsi nasional. Dari diagram sebesar 100%, untuk sektor transportasi, konsumsi BBM digunakan untuk angkutan jalan sebesar 88%. Pemakaian BBM untuk moda transportasi angkutan jalan hampir 50% dikonsumsi oleh mobil pribadi dan sepeda motor, diikuti oleh angkutan barang. Peningkatan pemilikan terhadap kendaraan meningkat akan berbanding lurus terhadap konsumsi bahan bakar. Jelas dikatakan, bahwa efek ini akan mengarah pada kurangnya ketersediaan bahan bakar.
Kondisi ini terus diperkuat dan memburuk jika pemakaian bahan bakar berlebihan akan mengarah pada gangguan kesehatan masyarakat. Pasalnya, emisi gas buang dari kendaraan bermotor dapat mengancam kesehatan masyarakat dan lingkungan terutama timbulnya penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).

Kebijakan dan Strategi terhadap Permasalahan

Berdasarkan program dan kebijakan pemerintah penataan transportasi perekonomian di Indonesia, telah dikatakan bahwa dalam menangani permasalahan transportasi ini dilakukan beberapa strategi diantara melalui 3 program (avoid, shift, dan improve). Avoid yang berarti kurangi perjalanan jauh menggunakan transportasi terutama moda transportasi pribadi, Shift yang berarti mengganti yaitu pindah pada moda transportasi angkutan umum, dan Improve mengembangkan dan meningkatkan fasilitas pelayanan publik.

Dalam menangani permasalahan ini, dilakukan program kebijakan angkutan umum. Peningkatan penggunaan angkutan umum akan mengarah pada pengembangan sistem angkutan yang modern dan tarif yang terjangkau. Program ini diarahakan agar mampu memberikan pelayanan setara dengan angkutan pribadi. Integrasi efektif antar moda angkutan, sistem informasi penumpang yang baik pada semua tingkat perjalanan, penerapan sistem tiket yang komprehensif, armada angkutan umum yang selalu diperbaikki, memenuhi persyaratan kenyamanan, dan keselamatan, manajemen operasional yang mampu meningkatkan keteraturan, mekanisme waktu perjalanan yang singkat dan efesien, diharapkan melalui kebijakan angkutan umum tersebut dapat menangani masalah penggunaan kendaraan pribadi berlebih dan mengurangi kemacetan jalan.

Hermanto menuturkan melalui program yang akan direncanakan kedepannya di Indonesia akan dicanangkan angkutan sejenis Trem (kereta yang memiliki rel khusus di dalam kota),  Kereta Rel Listrik (KRL), Kereta Rel Diesel (KRD), Light Rail Transit (LRT), dan Mass Rapid Transit (MRT) . Untuk program LRT akan di rencanakan di Palembang dan Jabodetabek, Trem berada di surabaya dan untuk MRT berada dikawasan bandara dan daerah sekitar Jakarta. Harapannya dengan solusi kebijakan dan strategi angkutan umum ini dapat mengurangi kemacetan sehingga masyarakat dapat beralih mengurangi penggunaan transportasi pribadi dan juga akan mengurangi penggunaan bahan bakar serta emisi gas buang dapat di minimalisir. Karena solusi ini bekerja bukan karena sistemnya melainkan karena elemen masyarakatnya.

 

 

sumber foto: google