Guru Besar ITB, Prof Suhono, Jabarkan Konsep Kota Cerdas sebagai Solusi Masalah Perkotaan
Oleh Gilang Audi Pahlevi
Editor Gilang Audi Pahlevi
BANDUNG, itb.ac.id- Perkembangan kehidupan manusia membuat kompleksitas permasalahan yang terjadi di kota turut berkembang cepat. Metode pemecahan masalah yang konvensional sudah tidak dapat lagi mengimbangi kecepatan pertumbuhan masalah yang timbul di kota-kota modern sehingga dibutuhkan solusi-solusi baru yang lebih inovatif dan memiliki jangkauan pemecahan masalah yang lebih besar. Salah satunya adalah dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi yang dewasa ini semakin mutakhir dan efisien. Namun penggunaan teknologi tersebut bukanlah satu-satunya kunci penyelesaian masalah di perkotaan sehingga butuh lebih banyak pendekatan lainnya untuk mencapai hasil optimal.
Prof. Dr. Ir. Suhono Harso Supangkat M.Eng membahas upaya pemecahan masalah kota-kota modern ini melalui konsep Smart City pada Selasa (12/09/17) . Acara yang merupakan kerjasama antara Jakarta Smart City, University of Technology Sydney dan Institut Teknologi Bandung ini terdiri dari seminar dan workshop untuk meningkatkan kesadaran akan kebutuhan penerapan konsep Smart City. Adapun yang ditekankan pada acara ini adalah peran warga kota dalam mendukung berjalannya konsep Smart City.
Langkah Holistik Penerapan Smart City
Secara definisi, Smart City adalah kota yang dapat mengelola semua sumberdaya secara efektif dan efisien dalam menyelesaikan berbagai tantangan, menggunakan solusi inovatif, terintegrasi dan berkelanjutan. Pengelolaan tersebut semata-mata untuk meningkatkan kualitas hidup warga kota. Dari definisi tersebut, ciri solusi dalam Smart City yaitu berupa pemikiran-pemikiran baru, terintegrasi, antar lembaga pemerintah hingga lembaga non-pemerintah, responsif terhadap persoalan kota serta solusi yang dirancang untuk menjadi solusi berkelanjutan, bukan hanya solusi sesaat.
Model Smart City dipaparkan oleh Suhono, setidaknya meliputi tiga aspek, yakni smart economy, smart society dan smart environment. Smart economy meliputi pengembangan industri, usaha kecil dan menengah, turisme, hingga perbankan. Smart society meliputi pengembangan kesehatan, pendidikan, layanan publik dan keamanan. Smart environment meliputi sektor energi, pengelolaan air, lahan dan udara, pengolahan limbah dan manajemen tata ruang. Aspek-aspek ini dapat tercapai apabila terjadi hubungan yang baik antara tiga komponen yakni resources, enabler dan process. Resources merupakan sesuatu yang tersedia dan dapat digunakan oleh kota tersebut. Enabler adalah teknik atau metode apapun yang memungkinkan terlaksananya suatu proses atau aktivitas. Sedangkan Process adalah inisiatif atau kegiatan yang dilakukan oleh enabler.
Infrastruktur, Warga dan Pemerintah
Kunci keberhasilan Smart City menurut Suhono adalah penerapan seluruh komponen secara holistik. Namun demikian, komponen yang paling penting untuk mengakselerasi penerapan Smart City tidak hanya terletak pada smart infrastruktur, melainkan juga pada warga dan pemerintah kota. Lebih lanjut Prof. Suhono menegaskan bahwa Infrastruktur, warga, dan pemerintah kota merupakan enabler yang perlu ditonjolkan. Tidak sedikit kota yang terjebak hanya mengembangkan teknologi/aplikasi namun mengabaikan enabler. Contohnya sebuah kota yang sudah memiliki Command Center , tapi tetap saja, kemacetan masih terjadi.
Kurangnya edukasi terhadap warga untuk mengubah perilaku keseharian, menjadikan kesiapan penggunaan teknologi menjadi kurang maksimal. Beberapa kota yang sudah dan sedang membangun Command Center, dikatakan Suhono lebih lanjut yaitu, Bandung, Surabaya, Denpasar, Makasar, Jakarta, Sleman, Menado, Binjai, Pontianak, dan Bogor, namun beberapa masih belum efektif untuk menyelesaikan persoalan kota.
Penerapan Smart City menuntut adanya sebuah forum komunikasi yang disebut sejenis Dewan Smart City. Kebutuhan ini muncul karena dalam mengintegrasikan semua komponen kota, seorang walikota tidak sepenuhnya memiliki kewenangan mutlak. Integrasi dengan seluruh komponen kota, termasuk masyarakat kota harus dilakukan untuk mencapai sinergi yang dapat mengoptimalkan Smart City.
Dewan Smart City berperan dalam beberapa hal seperti koordinasi antar semua komponen kota (pemerintah, non-pemerintah, masyarakat), menyusun rancang bangun Smart City, menyusun program kerja Smart City, dan mengevaluasi pencapaian program-program tersebut. Dewan Smart City tidak mengeksekusi proyek, namun mengkoordinasikan komponen kota agar proyek tersebut rampung
Mengukur Pencapaian
Setelah mengoptimalkan seluruh komponen kota dan mengeksekusi proyek-proyek yang dibuat, maka diperlukan suatu metode untuk mengukur pencapaian Smart City. Setidaknya terdapat dua indikator utama yakni indikator kualitas hidup dan indikator tingkat kematangan pengembangan Smart City. Indikator kualitas hidup mengukur hasil akhir dari berbagai upaya yang diharapkan akan meningkatkan kualitas hidup. Indikator tingkat kematangan pengembangan Smart City mengukur sejauh mana tingkat kematangan kita secara efektif, efisien, terintegrasi, berkelanjutan dan terukur untuk menghasilkan layanan kepada warganya.
Komponen-komponen kota dapat dijadikan titik acuan dalam mengukur pencapaian Smart City. Dari aspek sumber daya dan enabler, dapat ditelusuri berapa banyak potensi sumber daya kota yang sudah dimanfaatkan dan apakah enabler telah menggunakan sumber daya secara efektif dan efisien. Dari aspek pengembangan dan pengelolaan kita, dapat dievaluasi bagaimana pemerintah kota mengelola semua potensi kota dan manajemen potensi tersebut untuk menciptakan layanan yang berkualitas. Dari aspek layanan kota, dapat dilihat layanan apa saja yang sudah diberikan pemerintah kota untuk meningkatkan kualitas hidup warganya.
Pada akhirnya, konsep Smart City mengajarkan kepada kita bahwa setiap orang memiliki perannya masing-masing untuk mengusahakan kepentingan komunal. Sebuah kemajuan yang signifikan tidak akan tercapai selama pihak-pihak terkait masih saling menyalahkan, tapi kemajuan akan terwujud apabila pihak-pihak terkait saling bersinergi dan bahu-membahu mengupayakan pelayanan yang terbaik. “Saat ini ITB dan Metrotv sedang bekerjasama untuk menilai kecerdasan pemerintah kota dalam melayani warga. Penilaian ini akan diumumkan di bulan Oktober mendatang”, demikian tutup Suhono.