University Lecture #3 Road to IDF 2021, ITB Tanggapi Masalah KEK dan KI

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id – Institut Teknologi Bandung (ITB) menerima undangan Kementerian PPN/Bappenas untuk hadir pada University Lecture #3. Acara ini diselenggarakan dalam rangka Road to Indonesia Development Forum (RIDF) 2021. ITB hadir sebagai katalisator inovasi pengembangan kawasan industri dan ekonomi bersama empat institut teknologi lain.

University Lecture #3 ini mengangkat tema “Strategi Pengembangan Kawasan Industri dan Kawasan Ekonomi Khusus untuk Mendorong Pemerataan Pertumbuhan Pusat-Pusat Ekonomi Baru” pada Kamis (22/07/2021). Acara dipandu oleh Plt. Direktur Regional III Bappenas Ika Retna Wulandary. Kemudian, dibuka oleh J. Rizal Primana sebagai Penanggung Jawab Indonesia Development Forum (IDF) 2021 sekaligus Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Bappenas.

Sebagai narasumber yang mengawali sesi diskusi, Deputi Bidang Pengembangan Regional Bappenas Rudy S. Prawiradinata dan Deputi Bidang Ekonomi Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti secara bergantian membahas tentang pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Kawasan Industri (KI) di Indonesia.

Arah kebijakan pembangunan kawasan strategis yang tertuang pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020—2024 mengisyaratkan untuk meningkatkan keunggulan kompetisi pusat-pusat pertumbuhan wilayah melalui pengembangan kawasan strategis prioritas, termasuk KEK dan KI.

Sesuai dengan UU No. 39 Tahun 2009, KEK sendiri dikembangkan dengan tujuan supaya mendorong hadirnya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru di luar Pulau Jawa. Saat ini, terdapat total 18 KEK yang tersebar di seluruh Indonesia. Secara kumulatif, 14 KEK di antaranya telah menghasilkan realisasi investasi sebanyak Rp52,23 triliun dan penciptaan lapangan pekerjaan dengan jumlah 22.968 tenaga kerja sampai pada triwulan I tahun 2021.

“Kenapa kita ingin mendorong KEK, karena dengan investasi yang baru dan kemudian penyerapan tenaga kerja diharapkan dalam jangka panjang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat baik di lokasi maupun penduduk di lokasi lain,” jelas Rudy.

Di samping itu, pengembangan Kawasan Industri (KI) juga turut didorong untuk menyelaraskan kebutuhan perluasan wilayah industri untuk menumbuhkan pusat pertumbuhan baru dengan daya saing yang dimiliki dan dikembangkan. “Industrialisasi penting untuk menjadikan suatu negara untuk menjadi negara yang berpendapatan tinggi,” ujar Amalia Adininggar.

Salah satu kawasan industri yang telah sukses memberikan dampak sosial ekonomi yang besar adalah KI Morowali. Pendapatan per kapita Kabupaten Morowali yang semula Rp114 juta per tahun pada 2015, kini mencapai lebih dari Rp170 juta per tahun. Pergeseran share subsektor industri dari low technology industry menjadi high technology industry merupakan salah satu faktor terjadinya perkembangan ekonomi tersebut.

Integrasi dan Sinergi

Pada sesi tanggapan, Ketua Program Studi Magister dan Doktor Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung Ir. Sony Sulaksono Wibowo, M.T., Ph.D. menyinggung tentang isu transportasi dalam pengembangan KEK dan KI. “Suatu produk dari industri harus didukung oleh transportasi,” ujarnya.

Sony menyebutkan, dukungan fasilitas transportasi merupakan salah satu kunci keberhasilan KEK dan KI. Oleh karena itu, perlu untuk menghubungkan antara tawaran dari pengembangan KEK dan KI dengan transportasi. Contohnya dalam peninjauan access to destination dan transportation in destination pada suatu kawasan strategis.

“Lokasi menjadi penting, tetapi integrasi jaringan transportasi perlu disinergikan. Perlu adanya sinergi dari pembagian peran dan tanggung jawab,” jelas Sony.

Reporter: Achmad Lutfi Harjanto (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2020)