UPT Bahasa ITB Gelar BICOLE 12

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana

BANDUNG, itb.ac.id – Senin, (23/7/2018), Unit Pelaksana Teknis (UPT) Bahasa Institut Teknologi Bandung (ITB) bekerjasama dengan the University of Leeds  dan  the British Council in Indonesia menyelenggarakan 12th Bandung International Conference on Language & Education (BICOLE 12) di Aula Timur Kampus ITB, Jalan Ganesa, Bandung.

Konferensi ini dilaksanakan selama dua hari sampai dengan 25 Juli 2018. Tema yang diangkat yaitu Active and Autonomous Learning for the Millennial Generation (‘kids zaman now’).

Utari Gunta Pertiwi selaku Ketua Pelaksana Acara mengatakan, tema yang diangkat dalam konferensi kali ini lebih menekankan terhadap pembelajaran mandiri. Karena zaman sekarang, sangat dibutuhkan karakter sumber daya manusia yang mau untuk terus belajar, tidak berhenti hanya di tataran sekolah saja. 

Belajar menurut Gunta (nama panggilannya) harus menjadi kebutuhan sehari-hari. “Jadi tema di sini membahas tentang pembelajaran mandiri, tidak hanya bagi siswa yang belajar Bahasa Inggris tetapi juga untuk guru, bagaimana guru itu juga tetap belajar,” katanya.

Hadir sebagai pembicara utama  BICOLE 12 adalah, Dr. Anne Wiseman dari British Council, Dr. Martin Lamb dari University of Leeds, dan Hywel Coleman yang juga dari University of Leeds. Sementara itu pembicara dari ITB adalah Dr. Gumawang Jati dan Lusia M. Nurani Ph.D., dan Raden Assagaf dari Universitas Hasanuddin Makasar. 

Acara ini diikuti kurang lebih 270 orang peserta terdiri atas para guru bahasa di sekolah dan universitas, pendidik guru, desainer kurikulum, spesialis pengujian bahasa, administrator dan manajer pendidikan, pembuat kebijakan, peneliti, mahasiswa (sarjana dan pascasarjana), dan profesional lain yang peduli terhadap masalah yang berkaitan dengan pembelajaran aktif dan dampak inovasi.

Selama dua hari mereka mengikuti seminar dan workshop. Melalui konferensi ini pula, Gunta berharap bisa memberikan kontribusi bagi pendidikan di Indonesia terutama dalam bahasa Inggris.

“Sekarang ini harus ada sinergi antara universitas dan sekolah-sekolah agar terjadi kesinambungan. Guru-guru juga harus mau update pengetahuannya tentang perkembangan pengajaran Bahasa Inggris, masalah yang dihadapi, dan penelitian-penelitian yang dilakukan sehingga bertambah wawasannya,” kata Gunta.

Salah satu pembicara, Hywel Coleman dari University of Leeds menambahkan, tujuan utama konferensi ini ialah pengembangan cara belajar supaya siswa bisa belajar mandiri dan disesuaikan dengan zaman sekarang di mana setiap orang sudah melek akan teknologi. Diharapkan, melalui kegiatan ini setiap peserta bisa berbagi pengalaman dan pulang dengan gagasan-gagasan baru. 

“Pertemuan ini untuk yang ke-12 kalinya. Jadi setiap tahun dua kali pertemuan, dan tema yang dibahas adalah mengenai pendidikan bahasa,” ungkapnya.

Pentingnya Bahasa Inggris.

Direktur British Council Indonesia, Paul Smith OBE menambahkan, bahwa salah satu latar belakang kenapa digelarnya konferensi ini ialah, karena pentingnya bahasa Inggris. Menurutnya, Bahasa Inggris sangat bermanfaat untuk muda-mudi Indonesia, sebab mereka akan mendapatkan pekerjaan bagus, kemudahan di lapangan pekerjaan, dan dapat berperan aktif untuk menghubungkan dunia. 

“Bahasa Inggris bagian yang sangat penting bagi masa depan Indonesia. Bahasa Inggris punya peran untuk pekerjaan dan bisnis. Ketika orang-orang belajar bahasa Inggris, maka  kita dengan mudah belajar teknologi informasi. Sebab, teknologi informasi dan bahasa Inggris sangat diperlukan untuk (era digital) seperti sekarang,” ucapnya.

Dia pun lebih lanjut mengatakan, Indonesia punya peluang bagus dalam bisnis. Sekitar 15 juta pekerjaan baru diprediksi dapat dibuat dalam jangka waktu 15 tahun kedepan, sehingga bisa menjadi negara yang sukses. Oleh karenanya, penguasaan Bahasa Inggris dinilai penting. Dalam dunia pendidikan, Bahasa Inggris juga digunakan untuk riset penelitian, artikel, jurnal dan lainnya. 

Penggunaan Bahasa Inggris akan mempermudah komunikasi dengan dunia dalam setiap aspek. Oleh karenanya,  ia berharap agar kesenian, budaya, industri kreatif, sosial kewarganegaraan, semuanya dapat menggunakan bahasa Inggris. “Dan saya sangat senang karena bisa ngobrol di Language Center ITB. Dan itu membuat pelajar menjadi mudah untuk belajar bahasa inggris,” pungkasnya.