UPT Bahasa ITB Selenggarakan Pelatihan Pengajar BIPA

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana



BANDUNG, itb.ac.id – Para Pengajar Bahasa Indonesia kepada Penutur Asing (BIPA) sangat dibutuhkan akhir-akhir ini, baik untuk ditempatkan di luar negeri maupun di dalam negeri. Untuk itu, Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Bahasa Institut Teknologi Bandung (ITB) menyelenggarakan Pelatihan Pengajar BIPA selama empat hari dari tanggal 11 – 14 Maret 2019.


Pelatihan yang diikuti 78 peserta itu, berfokus dalam pengembangan metode dan media pengajaran BIPA berbasis teknologi informasi. Dengan pengembangan tersebut, para pengajar BIPA nantinya diharapkan bisa lebih mudah dalam mengajarkan bahasa Indonesia. “Kegiatan ini sangat penting terutama dalam rangka menyebarkan bahasa Indonesia kepada dunia,” kata Ketua UPT Pusat Bahasa ITB, Dr. Dana Waskita. 

Dalam pelaksanaannya, kegiatan ini berkolaborasi dengan Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan (PPSDK) Kemendikbud RI. Selain itu, juga menghadirkan pemateri lainnya dari Unpad dalam hal kebahasaan, UPI dalam metode pengajaran, dan FSRD-ITB dalam hal pemanfaatan media pengajaran karena terdapat jurusan Desain Komunikasi Visual.

“Kegiatan ini tujuannya dalam rangka mempersiapkan para pengajar BIPA. Peserta diberikan semacam tips untuk belajar mengajar BIPA di luar negeri dan di dalam negeri. Selain memberikan tips, juga memberikan metode pengajaran BIPA yang baik, sekaligus diajarkan pula mengevaluasi pembelajaran BIPA yang telah dilakukan,” ujar Dr. Dana Waskita.

Pesertanya pun tidak hanya dari Bandung, tapi berasal dari Sabang sampai Merauke. Ada juga peserta dari Luar Negeri seperti dari Queensland, Australia. Dijelaskan Dr. Dana Waskita, pelatihan ini memang dibuka untuk umum dengan para pesertanya dari beragam latarbelakang keilmuan. Seperti dari bidang bahasa, bidang ekonomi, bisnis, teknik sipil dan teknik industri.



“Materi pelatihan pengembangan media pengajaran BIPA ini dibagi dua materi, ada media digital online dan offline, dan analog seperti penggunaan kertas atau media konvensional pada umumnya. Media digital online dikenalkan beberapa aplikasi, sementara offline berhubungan dengan tampilan slide dan bentuk lain yang offline yang pada prinsipnya memudahkan dalam memahami konten yang akan disampaikan kepada penutur asing,” tambahnya.

Pelatihan untuk yang ketiga kalinya ini, berlangsung selama 32 jam pelajaran. Dengan hasil harapan dapat menghasilkan pengajar-pengajar yang potensial, atau mumpuni di dalam pengajaran BIPA baik di dalam maupun di luar negeri, mengingat keberadaan para pengajar BIPA saat ini mulai banyak butuhkan. “Kita mempunyai beberapa alumni yang lolos mengajar BIPA di Amerika, Rusia, Vietnam, Kamboja dan Thailand, sebagai salah satu tolok ukur keberhasilan dari pelatihan ini,” katanya.