UPT E-Learning ITB Adakan Experience Sharing Seminar Seputar Online Learning
Oleh Abdiel Jeremi W
Editor Abdiel Jeremi W
BANDUNG, itb.ac.id - Teknologi informasi dan komunikasi yang terus berkembang terbukti dapat menjadi katalis proses pendidikan. Ini terbukti dengan adanya e-learning. E-learning adalah sebuah sistem pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dalam belajar mengajar. Akan tetapi, penerapan e-learning di Indonesia belum cukup efektif. "Seminar ini adalah tupoksi Unit Pelaksana Teknis (UPT) E-Learning ITB dalam mensosialisasikan E-Learning," ujar Dr.Ir. Mervin Tangguar Hutabarat M.Sc. selaku Kepala UPT E-Learning. Karena itu, UPT E-Learning ITB mengadakan sebuah Experience Sharing Seminar pada Rabu (08/11/17). Seminar ini dihadiri oleh dosen maupun praktisi dari berbagai institusi, seperti Universitas Indonesia (UI), Polikteknik Negeri Bandung (Polban), dan Universitas Padjadjaran (Unpad). Seminar yang bertempat di Studio UPT E-Learning (Gedung CRCS) ini memberikan kesempatan bagi para pesertanya untuk berdiskusi dengan para pemateri.
Seminar ini dibuka dengan presentasi oleh Bryan Ranger, MSE dari Massachusetts Institute of Technology (MIT). Bryan membagikan pengalamannya seputar "Merging Education, Research, and Industry: Teaching Biomedical Engineering Design for Social Impact" di D-Lab MIT. D-Lab adalah sebuah workshop bagi proyek pengabdian masyarakat antarnegara oleh mahasiswa MIT. Mahasiswa MIT yang mengambil mata kuliah Proses Desain akan menggunakan workshop tersebut dalam menghasilkan karya yang inovatif dan solutif. Salah satu contohnya adalah pembuatan prostetik bagi warga negara berkembang. Dalam perancangan desain, peserta kuliah memulai dari bayangan desain yang kasar (sketsa) hingga penggambaran secara detil menggunakan piranti computer-aided design (CAD).
Belajar Online Learning dengan Telekonferensi
Sesi kedua berlangsung dengan unik, karena menggunakan metode telekonferensi. Sesi berjudul "Online Learning" tersebut dibawakan oleh Dr. Martin J. Bliemel dari University of Technology Sydney, Australia. Para dosen yang biasanya menjadi pemberi materi melalui online learning menjadi penerima pembelajaran pada sesi tersebut. Martin menyampaikan presentasinya dengan pendekatan tiga pilar universitas, yakni penelitian, pendidikan, serta keterlibatan (terutama dalam industri). Ia memberikan dua buah contoh metode pengajaran. Pertama, kelas yang terbalik luar dalam. Ini berarti membalik posisi konten pembelajaran dan diskusi. Konten pembelajaran yang biasanya berada di kelas dipindahkan ke media online (daring), sedangkan diskusi tatap muka diperbanyak. Selain itu, pembelajaran juga diperkuat oleh adanya pemateri tamu, yang memberikan pengalaman maupun studi kasus kepada peserta. Peserta juga dapat diberikan latihan-latihan praktis yang menambah pengalaman mereka.
MOOC sebagai Masa Depan Perkuliahan bagi Siapapun, Kapanpun, dan Di Manapun
Kedua, memanfaatkan Massive Open Online Courses (MOOC). MOOC adalah mata kuliah daring yang dapat diakses oleh siapapun. Para dosen dapat memanfaatkan hal ini dengan memberikan inti-inti materi dan menggerakkan peserta kuliah untuk mempraktikkannya. Menurut Martin, mempraktikkan pelajaran membuat peserta kuliah mengingat hingga 75% materi yang ia terima.
Materi terakhir dibawakan oleh Dr. Allya P. Koesoema. Allya menyampaikan presentasi seputar MOOC. Allya dan Martin telah bekerja sama dalam merancang MOOC berjudul "How to validate your Startup idea" bagi University of New South Wales (UNSW) Australia. Menurut Allya, MOOC tidak hanya berisi video, tetapi juga interaksi baik antarpeserta maupun peserta dengan pengajar. Beberapa contoh MOOC di Indonesia adalah IndonesiaX dan Sistem Pembelajaran Daring (SPADA) Indonesia. Perkuliahan dengan MOOC menekankan pada pembelajaran yang berakar pada kehendak peserta (self-directed and self-paced learning), sehingga peserta dapat menentukan waktu penyelesaian kursus yang diambil. Materi mengenai MOOC
menutup keberjalanan seminar sharing pengalaman tersebut.