Wajah Baru Keamanan ITB: Kol (purn.) Satoto
Oleh Krisna Murti
Editor Krisna Murti
Warga ITB -utamanya yang berurusan dengan urusan keamanan ITB- mungkin sedikit terkejut karena kini terdapat wajah baru di Kantor Satuan Pengamanan (Satpam) ITB. Wajah baru itu adalah Kol (purn.) Satoto. Purnawirawan perwira AURI ini menggantikan posisi Heri Dalyari sebagai Komandan Satpam ITB terhitung sejak 31 Mei lalu melalui upacara serah terima jabatan sederhana. Tugasnya terdengar sederhana tapi tidak mudah dilaksanakan, "meningkatkan kualitas sistem pengamanan di ITB."
Satoto yang akrab dipanggil Pak Toto memang akrab dengan dunia sistem pengamanan. Tanggung jawab terakhir yang diampunya pada akhir masa kerjanya di di PT Dirgantara Indonesia (dulu IPTN) adalah keamanan. Di sana Satoto bertanggung jawab atas sistem keamanan PT DI, mulai dari pemeriksaan identitas, operasional CCTV, hingga manajemen patroli. Saat genting PT DI di mana terdapat demonstrasi besar-besaran tahun 2002, Satoto adalah orang yang berada di depan barisan, berhadapan dengan pendemo.
Selepas pensiun, Satoto bersama rekan mendirikan perusahaan jasa keamanan, Sentinel. Di sini lagi-lagi Satoto berkutat pada masalah pengamanan, utamanya mengenai pendidikan dan manajemen satpam. Itu sebabnya bapak dengan satu putri dan dua putra ini dapat bercerita banyak mengenai berbagai macam kasus, masalah, dan isu yang harus dibereskan dalam hal pengamanan suatu situs, baik instalasi atau kantor. Wawasannya mengkerucut dari pengalaman langsung di lapangan selama bertahun-tahun.
Posisinya di Sentinel dan pengalaman bertahun-tahun di bidang keamanan inilah yang kemudian membuat ITB memutuskan untuk merekrut Satoto sebagai Komandan Satpam yang baru. Bagi Satoto sendiri, ini adalah tantangan, "Tanggung jawab ini saya terima karena saya tertantang," tuturnya, "Pengamanan ITB itu unik. Kampus ini terbuka, semua orang boleh masuk. Tapi tetap harus aman." Pengamanan sebuah kampus terbuka seperti ITB diakui sebagai pengalaman baru bagi Sentinel dan bagi Satoto sendiri.
Bagi ITB sendiri, perekrutan Satoto merupakan langkah pertama dalam usaha "outsourcing" lainnya. Prof. Djoko Santoso, Rektor ITB, memang berkeyakinan bahwa warga akademik ITB harus fokus pada kegiatan akademiknya, jangan sampai direpotkan oleh urusan-urusan lain. Kini Satoto dalam tahap observasi mengenai pemetaan kekuatan sistem keamanan ITB. "Saya sedang menghitung kebutuhan satpam, menentukan kerawanan gedung, dan mempelajari manajemen keamanan ITB," katanya. Ia lalu menunjukkan beberapa titik lemah dan kritiknya terhadap keamanan ITB. "Contohnya, pengamanan di gedung BPI (Balai Penelitian Indonesia) itu sangat kurang. Yang bertugas di sana hanya tiga satpam dalam tiga shift. Itu artinya kompleks gedung itu hanya dijaga satu satpam bergantian setiap 12 jam." katanya, "Padahal itu kantor MWA (Majelis Wali Amanah) dan MGB (Majelis Guru Besar). Pasti orang-orang dan data-data yang di sana sangat penting untuk dijaga keamanannya."
Mengenai kondisi pengamanan dalam kampus sendiri, Satoto berkomentar mengenai para satpam ITB yang performa dan disiplinnya menurun. "Itu karena mereka sudah lama tidak dibina," katanya. Menghadapi itu, Satoto merencanakan akan ada pembinaan Satpam ITB yang berkala dan teratur. Rencananya Satoto akan mulai 'bertindak' pada Juli 2007 nanti. "Nanti akan ada appraisal test untuk mengukur kemampuan Satpam," katanya, "Data dari tes itu, bersamaan dengan data hasil analisis saya dan data lainnya akan menjadi dasar untuk mengambil kebijakan selanjutnya." Kebijakan selanjutnya yang dimaksud Satoto adalah keputusan penambahan jumlah satpam, pengaturan pangkat satpam, dan implementasi sistem penunjang keamanan lainnya.