Webinar SAPPK Bahas Isu Energi Terbarukan dan Metaverse
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id—Menyambut teknologi dan zaman yang terus berkembang, Kelompok Keahlian Teknologi Bangunan (KKTB) dari Prodi Arsitektur ITB kembali melanjutkan seri webinar mereka. Webinar yang berada di bawah payungan tema besar “Sustaibable Built Environment” ini merupakan salah satu cara SAPPK ITB ikut andil dalam pembangunan dan perkembangan global.
Webinar KKTB hybrid yang pertama ini dibawakan dengan tema “Realita Baru dalam Teknologi Bangunnan: Energi Terbarukan dan Metaverse” dan akan mengusung 4 topik utama yang saling berkaitan.
Dilaksanakan Kamis, 28 Juli 2022, seminar yang berlangsung selama 150 menit ini dilaksanakan secara hybrid di Lantai 2 Labtek IXB Gedung Arsitektur ITB dan via zoom. Webinar ini dihadiri secara terbuka oleh mahasiswa dan dosen dari berbagai universitas di Indonesia. Beberapa bahkan mengikuti dari luar negeri, seperti Jepang dan Jerman.
Acara dibuka dengan salam dan doa dari ketua KK Teknologi Bangunan, Prof. Dr. Ir. Sugeng Triyadi S., M.T. Beliau juga memperkenalkan singkat keempat narasumber yang akan membagikan ilmunya.
“Diharapkan via kanal diskusi ini, kita dapat menseminasikan pemikiran dosen dan para ahli, baik dari dalam maupun luar SAPPK. Ini juga merupakan forum diskusi untuk menyeleseaikan masalah lingkungan binaan di Indonesia maupun global. Hari ini merupakan seri yang spesial karena kita juga mengundang expert dari dunia profesional,” ujar Dekan SAPPK dalam sambutan yang dibawakannya.
Dimoderatori Dewi Larasari, S.T., M.T., Ph.D., dosen dari KK Teknologi Bangunan ITB, keempat topik ini akan dibawakan masing-masing oleh narasumber yang berbeda. Di setiap awal presentasi, Dewi akan membacakan curriculum vitae singkat dari narasumber yang akan membagikan presentasinya.
Materi yang pertama dibawakan oleh Dr. Ir. Yuli S. Indartono dari FTMD ITB. Dr. Yuli merupakan Ketua LPPM ITB dan Ketua PP Energi Baru dan Terbarukan ITB. Dalam sesi presentasi 20 menitnya, ia membawakan presentasi berjudul “Energi Terbarukan pada Bangunan”. Dalam sesinya, ia menjelaskan mengenai pentingnya menggunakan energi terbarukan di Indonesia dan strategi untuk menurunkan emisi CO2 dari sektor bangunan.
Sesi kedua dibawakan oleh Chandra Asmara, S.T., M.M., dari New Energy and Manufacture Pertamina Power Indonesia. Materi bertajuk “Energy Transition & Decarbonization Trends” ini membahas mendetail terkait kekuatan tren energi dan industri global. Menurutnya, Indonesia punya potensi besar dalam industri energi terbarukan, tinggal kita (masyarakat, akademisi) yang mendorong dan mensinergikan hal ini.
“Indonesia ditargetkan bisa mencapai net zero transition di tahun 2060, bersama beberapa negara lainnnya,” jelasnya.
“Selain ada sebagai pemenuhan target global dan keuntungan net worth pengguna, renewable energy ini patut diperbanyak, selain karena memang fasilitas dan trend kini umumnya meminta industri untuk menereapkan renewable energy di salah satu tahap produksiny,” tambahnya dalam sesi tanya jawab.
Lanjutnya, Fauzan Alfi A., S.T., M.T., dari KK Teknologi Bangunan ITB membawakan materi yang ditunggu-tunggu dari seri ini. Beliau membawakan presentasi informatif dengan judul “Menemukenali Metaverse Bagi Lingkungan Binaan”. Anggota muda KK Teknologi Bangunan ini menjelaskan peranan metaverse dalam dunia arsitektur dan perancangan masa depan. Menurutnya, karena masih relatif baru, istilah metaverse masih identik dengan banyak hal. Namun, secara singkat metaverse ini berarti adalah internet itu sendiri.
“Ironinya, situasi pandemi inilah yang malah memungkinkan metaverse ini. Masyarakat mencari tahu cara untuk berkomunikasi dengan orang lain tanpa harus tatap muka,” jelasnya diawal presentasi.
Sesi terakhir dibawakan oleh mahasiswa doktoral Arsitektur ITB, Anjar Primasetra, S.T., M.T., yang membagikan sedikit hasil risetnya. Presentasi dibawakan dengan judul “BIM dan Rumah Susun Terjangkau”. Dalam presentasinya, beliau menjelaskan tiga kunci utama dari penelitiannya, yaitu isu degradasi lingkungan akibat industri konstruksi, pembangunan apartemen murah besar-besaran dan disrupsi teknologi informasi di bidang industri konstruksi.
“Indonesia menyumbang emisi terbesar utamanya dalam industri konstruksi. BIM (building Information modelling) ini membantu arsitek dan perencana menghitung nilai emisi bangunan, jauh ketika masih ada di tahap pra-desain. Hal ini tentunya dapat membantu karena kita dapat mencoba dan memvariasikan model desain untuk mencapai efisiensi energi tertinggi,” ujarnya.
Reporter: Madeline Abigail Lukito (Arsitektur, 2020)