Mahasiswa FTMD ITB Fakhrianda Aswin Lakukan Riset Energi Bersih di KAUST, Dukung Transisi Energi Indonesia

Mahasiswa Teknik Mesin ITB, Fakhrianda Aswin Luthfia Zufar (Dok.FTMD ITB)

BANDUNG, itb.ac.id – Salah satu mahasiswa Teknik Mesin angkatan 2020 Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung (FTMD ITB), Fakhrianda Aswin Luthfia Zufar, mendapatkan kesempatan untuk menjalani riset tugas akhir di King Abdullah University of Science and Technology (KAUST), Arab Saudi, selama satu semester.

Hal ini juga sekaligus menjadi komitmen FTMD ITB untuk mendukung mahasiswanya meraih pengalaman belajar dan wawasan global melalui berbagai program international mobility.

Dengan skema yang beragam, mahasiswa FTMD dapat mengeksplorasi peluang di kancah internasional, baik melalui pertukaran pelajar, kolaborasi riset, maupun research internship yang memungkinkan mereka terlibat langsung dalam penelitian mutakhir.

Kesempatan ini berawal dari Fakhrianda, yang kerap dipanggil Fakhri, saat ia sedang menyelesaikan tugas akhir di bawah bimbingan dosen dari Kelompok Keahlian (KK) Ilmu dan Rekayasa Termal, Dr. Eng. Firman Bagja Juangsa S.T., M.Eng., di Lab Pendingin ITB. Adapun yang menjadi fokus penelitian adalah pada bidang combustion dan pemanfaatan energi bersih.

Perjalanan menyelesaikan tugas akhir membawanya pada kesadaran akan pentingnya kolaborasi internasional. Di Indonesia, transisi ke energi bersih masih dalam tahap awal, dan dukungan fasilitas riset khusus masih terbatas. Fakhri melihat adanya kebutuhan transfer pengetahuan dari lembaga-lembaga yang telah maju dalam riset energi bersih, sehingga hasilnya bisa dibawa kembali ke Indonesia untuk mendukung pengembangan studi di bidang ini.


“Menariknya, dari banyak literatur yang digunakan selama di ITB ternyata berasal dari penelitian di KAUST, yang memiliki platform riset energi bersih (Clean Energy Research Platform) dan reputasi kuat dalam pengembangan teknologi di bidang tersebut,” ujarnya.

Hal ini pun pada akhirnya membawa ia sebagai salah satu Visiting Student Research Program di KAUST, yang terhitung mulai bulan Juli – Desember 2024. Proses penerimaan di KAUST pun tidak mudah. Fakhri melalui tahapan seleksi ketat, dari mulai korespondensi dengan profesor hingga wawancara Human Resource (HR).

Ia juga mendapatkan dukungan dan bantuan dari Ditho Ardiansyah Pulungan, S.T., M.Sc., Ph.D., dalam proses pengajuan, yang membantunya hingga berhasil diterima. “Meski ITB belum memiliki perjanjian kerjasama formal dengan KAUST, reputasi global ITB dan jaringan alumni yang luas menjadi pintu pembuka bagi peluang berharga ini,” ungkapnya.

Berbeda dari program pertukaran pelajar yang umumnya berfokus pada pembelajaran di kelas, di sini ia terlibat langsung dalam penelitian yang didukung oleh fasilitas riset mutakhir. Kesempatan mengakses alat-alat riset canggih ini sangat mendukung pengembangan riset yang ia tekuni, sekaligus memperkaya pengalaman akademisnya.

Program yang ia ikuti sepenuhnya dibiayai oleh KAUST, yang mencakup seluruh biaya akomodasi, transportasi, dan tempat tinggal. Dia mengungkapkan bahwa keputusannya mengikuti program tersebut amat tepat. “Hal ini karena universitas ini tidak hanya memiliki rekam jejak penelitian yang relevan, tetapi juga menawarkan fasilitas penunjang yang lengkap, mulai dari sport center hingga campus diner, yang mendukung keseimbangan antara kegiatan akademik dan non-akademik,” lanjutnya.

Selain menyediakan fasilitas teknologi mutakhir, KAUST juga menawarkan hiburan dan kesempatan berwisata, seperti layanan shuttle bus gratis ke Mekkah, Madinah, Laut Merah, dan destinasi wisata lainnya, yang menambah pengalaman hidup di KAUST menjadi lebih lengkap dan berkesan.

“Lingkungan di sana juga sangat multikultural, dengan mahasiswa dari berbagai negara seperti India, Cina, dan negara-negara lainnya, yang memperluas wawasan dan pengalamannya. Meski cuaca bisa mencapai hingga 40 derajat Celsius, saya terkejut melihat bahwa orang-orang di sana tetap antusias berjalan kaki dan saya pun mulai terbiasa dengan kebiasaan baru ini,” ucapnya.

Selain itu, ia juga merasakan berbagai keuntungan sebagai mahasiswa FTMD ITB yang membuatnya mampu beradaptasi di lingkungan KAUST. Ilmu dan keterampilan teknis yang diperolehnya di FTMD ITB terbukti sangat bermanfaat di lingkungan internasional ini. Hal tersebut pun membuktikan bahwa kurikulum dan silabus FTMD ITB cukup kuat untuk bersaing dengan universitas kelas dunia.

Fakhri juga memberikan saran kepada adik-adik tingkat yang tertarik untuk mengikuti program serupa agar mempersiapkan diri dengan baik, terutama dalam tahap wawancara.

“Setelah mendapat persetujuan dari profesor melalui email, kandidat masih harus melewati wawancara dengan pihak HR, yang terbilang cukup ketat. Banyak kasus di mana profesor menyetujui, tetapi kandidat gagal di tahap HR. Oleh karena itu, persiapan wawancara sangat penting untuk memastikan keberhasilan,” pungkasnya.

Sumber: FTMD ITB