BANDUNG.itb.ac.id - Mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) kembali mencetak presetasi gemilang di tingkat internasional. Prestasi ini diraih oleh tim Chloratullations yang meraih juara umum ketiga dan meraih medali emas untuk kategori full paper dalam ajang Student Innovation in Climate, Energy, and Sustainability (SICLUS) 2024.
Tim ini diketuai oleh Firdaus Ilham (Rekayasa Hayati) dengan anggota Hanif Yusran Makarim (Rekayasa Pertanian 2022) dan Delon Davidson (Rekayasa Hayati 2022).
SICLUS 2024 merupakan lomba kolaborasi antara Universitas Hasanuddin Makassar dengan negara mitra kampusnya yaitu FIlipina, Australia, Sudan, dan Norwegia. Tahun ini SICLUS 2024 mengusung tema “Visioning a City of the Future: Pioneering Innovations in Infrastructure, Affordable Energy Solutions, Green Mobility, and Circular Material Flows to Create a Future-ready Metropolis” dan menyediakan lima subtema lomba, antara lain SDGs, Maritime, Infrastructure, Economy, dan Residential.
Tim Chloratullations memilih tema residential yang fokus pada permasalahan limbah lingkungan yang membuat lingkungan tidak layak huni, yang sebenarnya limbah tersebut dapat dioptimalkan menjadi energi bersih.
Tim Chloratullations memiliki keprihatinan terhadap limbah cair yang kerap menimbulkan masalah kesehatan bagi masyarakat. Hanif menerangkan timnya juga prihatin atas bauran energi baru terbarukan yang masih sangat rendah di Indonesia, yang artinya konversi potensi yang sangat kecil dari sumber sampai dapat diolah menjadi energi atau material. Dari permasalahan itu, Hanif dan tim menggagas ide berjudul CYRIL (Chlorella Yield Utilization for Renewable Industrial Lifecycle). CYRIL merupakan teknologi terintegrasi untuk mengubah microalga menjadi listrik.
Hanif menjelaskan bahwa CYRIL mengintegrasikan tiga teknologi dalam sistemnya. “Kami menggunakan teknologi Direct Air Capture (DAC), fotobioreaktor untuk mikroalga dalam bentuk Green Wall Panel, dan instalasi kompleks antara anaerobic digester, biogas, Organic Rankine Cycle - Internal Combustion Engine (ORE-ICE). Kelebihannya teknologi ini sangat minim emisi,” ujar Hanif.
Dalam sistem tersebut, terdapat tiga proses dari CYRIL, yaitu kultur GWP di bagian upstream yang berfokus di penggunaan industrial wastewater dan CO2 emisi untuk kultur mikroalga. Setelah itu, mikroalga yang dihasilkan digunakan untuk sintesis biogas menggunakan anaerobic digester melalui mekanisme ORC-ICE. Dari situlah dihasilkan listrik yang dapat digunakan untuk power up industri yang menggunakan CYRIL ataupun dijual ke PLN sebagai IPP.
Dalam menggarap paper lomba tersebut, Hanif mengungkapkan bahwasanya kesibukan masing-masing anggota tim menjadi kendala dalam pengerjaan paper tersebut. Jarak juga menjadi kendala, walhasil final pitching yang dilaksanakan secara luring didelegasikan pada satu orang saja, yaitu Ilham, ketua tim. Meskipun demikian, tantangan tersebut masih dapat diatasi hingga akhirnya bisa menjadi juara.
Banyak pelajaran yang diperoleh Hanif dan tim dari mengikuti perlombaan ini, mulai dari persiapan hingga akhirnya dapat menjadi juara. Menurutnya, tekad belajar yang kuat, keyakinan, berani mengambil risiko, serta mampu memetakan kemampuan masing-masing individu dalam tim menjadi hal yang penting saat memutuskan untuk mengikuti ajang perlombaan.
Kisah inspiratif dari Hanif dan tim dapat menjadi motivasi bagi mahasiswa lainnya untuk turut mengikuti jejak kesuksesannya. Harapannya, hasil karya yang diciptakan tidak hanya menjadi sebuah ide saja, tapi dapat direalisasikan untuk mendukung akselerasi energi terbarukan di Indonesia.
“Kami berharap dapat terus berkarya dan berkontribusi secara nyata dalam upaya transisi energi terbarukan untuk Indonesia yang lebih bersih dengan energi yang berkelanjutan, serta menginspirasi lebih banyak insan akademis,” ujar Hanif.
Reporter: Nur Asyiah (Rekayasa Pertanian, 2021)