104 Tahun PTTI, Peran ITB Kembangkan Teknologi Bahan Bakar Nabati untuk Kemandirian Energi Nasional

Oleh Muhamad Ramdhani Husaini Fikri - Mahasiswa Teknik Kimia, 2020

Editor M. Naufal Hafizh

BANDUNG, itb.ac.id - Institut Teknologi Bandung (ITB) menggelar Sidang Terbuka Peringatan 104 Tahun Pendidikan Tinggi Teknik di Indonesia (PTTI) di Aula Barat, ITB Kampus Ganesha, Rabu (3/7/2024). Pada acara tersebut, ITB menunjukkan peran strategisnya dalam pengembangan teknologi energi terbarukan. Dalam orasi ilmiah yang disampaikan oleh Prof. Dr. Ir. I Gusti Bagus Ngurah Makertihartha, IPU., Guru Besar bidang Teknologi Proses Produksi Bahan Bakar Nabati, ITB menggarisbawahi pencapaian dan rencana masa depan dalam produksi bahan bakar nabati di Indonesia.

Mengawali orasi ilmiahnya mengenai pengembangan bahan bakar nabati di Indonesia, Prof. Makertihartha menyoroti bagaimana ketergantungan energi dari sumber daya berbasis fosil masih sangat tinggi. Saat ini, minyak bumi, batu bara, dan gas alam masih menjadi sumber utama energi dunia. Namun, ketergantungan pada sumber daya yang tidak dapat diperbarui ini menuntut adanya alternatif yang lebih berkelanjutan. Menurut British Petroleum (2022), energi terbarukan baru menyumbang 10% dari total energi dunia hingga tahun 2020 dan diproyeksikan akan mencapai 50% pada tahun 2050.

Baca Juga: Orasi Ilmiah Prof. Makertihartha: Minyak dan Lemak Nabati Penyokong Kedaulatan Energi Nasional

Selanjutnya, beliau memaparkan bahwa Indonesia, sebagai produsen minyak nabati terbesar di dunia, memiliki potensi besar dalam mengembangkan bahan bakar nabati. Pada tahun 2023, Indonesia memproduksi 51,3 juta ton minyak sawit per tahun dan 4,41 juta ton minyak inti sawit per tahun. Oleh karena itu, mengolah sumber daya alam minyak dan lemak nabati menjadi bahan bakar nabati adalah langkah logis untuk mengurangi impor minyak mentah dan bahan bakar fosil.

   

ITB sendiri terlibat dalam dua Proyek Strategis Nasional (PSN) terkait pengembangan teknologi proses produksi bahan bakar nabati. PSN pertama adalah "Pengembangan Teknologi Bahan Bakar Hijau" yang mencakup pembangunan Green Diesel Biorefinery dan Pabrik Katalis Merah Putih. PSN kedua adalah "Pengembangan Teknologi Produksi Bensin Sawit dengan Katalis Merah Putih yang Terintegrasi dengan Kebun Rakyat".

Baca Juga: ITB, Pertamina, dan Pupuk Kujang Tandatangani Akta Pendirian Perusahaan PT Katalis Sinergi Indonesia

Saat ini, Indonesia masih sangat bergantung pada impor katalis untuk industri kimia dan petrokimia. Untuk mengatasi ketergantungan ini, ITB bersama mitra industri, termasuk Pertamina, mengembangkan katalis lokal. Pada tahun 2020, ITB bersama Pertamina dan PT Pupuk Kujang mendirikan PT Katalis Sinergi Indonesia (PT KSI) yang mulai beroperasi pada tahun 2023 dengan kapasitas produksi 800 ton katalis per tahun.

Laboratorium Teknik Reaksi Kimia dan Katalisis (TRKK) ITB dan Pusat Rekayasa Katalisis (PRK) ITB telah mengembangkan berbagai teknologi untuk konversi minyak dan lemak nabati menjadi bahan bakar nabati. Teknologi ini meliputi:

1. Produksi biodiesel melalui proses transesterifikasi minyak sawit;

2. Produksi diesel biohidrokarbon dan avtur biohidrokarbon melalui proses hidrodeoksigenasi dan hidrodekarboksilasi minyak sawit dan minyak inti sawit;

3. Produksi campuran bahan bakar biohidrokarbon melalui proses hidrolisis, saponifikasi, dan dekarboksilasi minyak dan lemak nabati;

4. Proses perengkahan minyak sawit untuk menghasilkan bensin sawit.

Baca Juga: Katalis Merah Putih (1): Membangun Negeri Melalui Dedikasi Riset dan Inovasi untuk Kedaulatan Energi

Pada tahun 2015, ITB bekerja sama dengan Pertamina melakukan uji kinerja skala komersial produksi diesel biohidrokarbon di unit pengolahan hidro untuk diesel (DHDT) RU 2 Dumai. Pada tahun 2020, ITB dan Pertamina berhasil memproduksi 100% diesel biohidrokarbon (D100) dari RBDPO di unit komersial DHDT RU 2 Dumai.

Prof. Dr. Ir. I Gusti Bagus Ngurah Makertihartha mengatakan, "Keberhasilan ini menunjukkan bahwa Indonesia mampu mengolah sumber daya alamnya sendiri menjadi bahan bakar nabati berkualitas tinggi yang siap digunakan dalam skala industri."

ITB juga telah mengembangkan produksi bioavtur dari minyak inti sawit. Pada tahun 2023, dilakukan uji terbang komersial pertama menggunakan Boeing 737-800 dengan rute Jakarta-Surakarta. Keberhasilan ini merupakan langkah awal dalam meningkatkan kontribusi bioavtur untuk sektor transportasi udara. Uji terbang ini membuktikan bahwa bioavtur produksi dalam negeri memiliki kualitas yang setara dengan avtur konvensional.

Baca Juga: Rektor ITB beserta Tim Ikuti Ceremonial Flight Pesawat Komersial Berbahan Bakar SAF

“Capaian ini merupakan tahap awal dalam upaya meningkatkan kontribusi bioavtur pada subsektor transportasi udara dalam rangka meningkatkan ketahanan dan kemandirian energi nasional,” ujarnya.

Pengembangan teknologi produksi bahan bakar nabati ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan Indonesia pada bahan bakar fosil, meningkatkan ketahanan dan kemandirian energi nasional, serta menjadikan Indonesia sebagai pusat pengembangan teknologi produksi bahan bakar nabati dunia.

“Jika seluruh pemangku kepentingan mau dengan serius mendorong pengembangan sektor biofuel bersama-sama sektor energi baru dan terbarukan lainnya, kedaulatan energi nasional adalah sebuah keniscayaan,” ujar Prof. Makertihartha.

Reporter: Muhamad Ramdhani Husaini Fikri (Teknik Kimia, 2020)