2 Mahasiswa ITB Juara 1 Lomba Debat Internasional Dobridge Worlds 2022
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id — Dua mahasiswa ITB, Leonardus Hans Sebastian Tahyudin dari program studi Teknik Metalurgi 2020 dan Muhammad Ibnu Fadlin Syah dari program studi Perencanaan Wilayah Dan Kota 2019, meraih juara 1 dalam lomba debat internasional Dobridge Worlds 2022 kategori English as Foreign Language (EFL). Lomba tersebut diselenggarakan oleh Doxbridge Debating pada Senin (3/1/2022) secara daring.
Doxbridge Worlds 2022 merupakan ajang debat yang diadakan oleh komunitas debat gabungan dari Durham, Oxford, dan Cambridge (Doxbridge Debating). Ajang tersebut dibuat untuk persiapan tim-tim debat seluruh dunia dalam menghadapi ajang debat paling bergengsi yakni World Universities Debating Championships (WUDC).
Salah satu kategori dari kompetisi Doxbridge Worlds 2022 adalah English as Foreign Language (EFL). Kategori ini diperuntukkan bagi para peserta dari negara yang tidak menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa resminya, seperti Brunei, Belgrade, Indonesia, dan lainnya. “Semua tim akan diprioritaskan untuk berkompetisi di Open Break dan apabila tidak lolos baru diklasifikasi masuk ke ESL dan EFL break. Kebetulan kemaren itu open break-nya ada di 32 Tim, ESL 8, dan EFL 4,” ujar Hans.
Dalam ajang debat internasional ini, Leonardus Hans dan Muhammad Ibnu Fadlin dituntut untuk memahami banyak topik umum khususnya isu-isu sosial terkini. Hal tersebut karena tema yang diangkat dalam setiap babak bervariasi, misalnya dari politik sampai relasi internasional seperti isu Timur Tengah dan Rusia. Tak hanya itu, demi menguasai panggung perdebatan, mereka juga harus memahami prinsip dasar maupun sistem hukum seperti Civil Law dan Common Law.
Menurut Hans, hal paling menantang yang harus dihadapi dalam kompetisi ini adalah ketika dihadapkan dengan ide unik peserta dari Barat. Karena selain peserta-peserta ini sering menggunakan struktur argumen yang unik, mereka juga kerap menggunakan dialektika yang sangat baik.
Dalam menghadapi tantangannya, Hans menggunakan dua cara. Cara pertama adalah dengan menekankan pola pikir bahwa tidak ada argumen yang tidak bisa disanggah, lalu cara kedua adalah banyak latihan mendengarkan dan melihat video-video debat orang lain dalam bahasa Inggris untuk membiasakan diri.
Sebelum berlomba, Hans kerap membaca banyak artikel dari berbagai situs web internasional untuk lebih memahami isu-isu yang ada di dunia. “Selain itu juga sering-sering baca berita opini kayak di Aeon,” ujar Leonardus Hans.
Saat ditanya mengenai strategi, Hans mengaku tidak memiliki strategi khusus. Ia lebih memilih menikmati setiap proses dalam lomba ini. Hal itu terjadi karena dia dan rekannya baru pertama kali menjadi satu tim dan tidak pernah berinteraksi dengan tim lawan sama sekali sebelumnya. “Jadi walau kita kalah di ronde sekian dapat posisi 4, kita bawa santai dan pandangan (tetap) optimistis aja coba lagi in next round,” tuturnya.
Reporter: Inas Annisa Aulia (Seni Rupa, 2020)