9th Hitachi Young Leaders Initiative: ITB Kirim Dua Delegasi

Oleh asni jatiningasih

Editor asni jatiningasih

JAKARTA, itb.ac.id- Senin (7/7) sampai dengan Jumat (11/7)mendatang, berlangsung program “9th Hitachi Young Leaders Initiative (HYLI)”. HYLI adalah program hubungan masyarakat yang diselenggarakan oleh Hitachi di Asia sejak tahun 1996. Program ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengembangkan kemampuan para pemimpin masa depan Asia dengan cara menyatukan mereka dalam sebuah forum diskusi yang membahas isu–isu regional serta membangun kontak dengan para pemimpin regional terkemuka yang berasal dari sektor swasta, publik, serta akademik. Program kali ini (ke-9) mengangkat topik “Memperkuat Kerjasama Asia dalam Integrasi Ekonomi dan Manajemen Energi”. Forum dihadiri peserta HYLI ke-9, yaitu 28 mahasiswa terbaik (berjiwa kepemimpinan, berprestasi akademik, aktif berorganisasi) dari tujuh negara di Asia: Indonesia, Jepang, Malaysia, Filipin, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Dari empat mahasiswa Indonesia terpilih, dua diantaranya itu mahasiswa ITB yaitu Astrid Dita (Farmasi 2005) dan Zikril Hakim (Teknik Industri 2004). Peserta akan mengikuti rangkaian program selama lima hari berupa forum, lokakarya, konferensi pers, dan kerja komunitas. Selasa (8/7), Four Seasons Hotel, forum membahas topik manajemen energi dengan keynote speaker Prof.Ir.Purnomo Yusgiantoro Msc, MA, Ph.D , Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral RI. Turut hadir pula pembicara panel diantarnya Lee Yuen Hee, CEO Agensi Lingkungan Nasional Singapura; Dato’ Ir.Pian Sukro, Kepala Komisi Energi Malaysia; Dr.Shigeru Azuhata, Manajer Umum Strategi Lingkungan, Hitachi Jepang. Dalam pidato pembukaannya Purnomo mengungkapkan bahwa kebutuhan energi dunia akan terus meningkat seiring dengan kenaikkan populasi. Oleh karena itu, dibutuhkan suplay energi yang lebih besar dari yang telah ada saat ini. Kriteria energi di masa depan diantaranya jumlahnya melimpah, harganya terjangkau, dan bersih. Saat ini minyak masih menjadi konsumsi terbesar dunia, salah satunya untuk kebutuhan listrik. Harga minyak dunia yang terus meningkat tidak akan menimbulkan kepanikan seperti sekarang jika dilakukan usaha diversifikasi (energi alternatif), konservasi (efisiensi energi), dan menetapkan kebijakan harga energi yang sesuai dengan mekanisme pasar. Indonesia sendiri telah memiliki program terkait ketiga aspek tersebut (diversifikasi, konservasi, kebijakan). Target diversifikasi energi di tahun 2025 diantaranya minyak (20%), gas (30%), batu bara (33%), dan sisanya biofuel, panas bumi, nuklir, mikro hydro, sel surya, angin. Konservasi dilakukan diantaranya dengan penghematan penggunaan listrik. Kebijakan energi meliputi kenaikan harga minyak domestik dan kerjasama antarnegara. Kerjasama bilateral Indonesia diantaranya dengan Korea (pengembangan bioethanol), dengan Jepag (pengembangan sel surya di daerah rural), dan dengan Cina (pengembangan mikro hydro sebagai pembangkit listrik). Selanjutnya pada sesi diskusi panel masing-masing pembicara panel menjelaskan mengenai manajemen energi di negaranya. Ketiga negara sepakat untuk terus meningkatkan program energy yang berkelanjutan (Sustainable Energy Management).