Adiwidya Pascasarjana 2015: Dorong Mahasiswa untuk Mengakselerasi Ekonomi Bangsa

Oleh Cintya Nursyifa

Editor Cintya Nursyifa

JATINANGOR, itb.ac.id - Aula Barat ITB nampaknya sudah ramai oleh para peserta kegiatan Adiwidya Pascasarjana 2015 yang bertema "Peran Cendekiawan dalam Harmonisasi Teknologi dan Budaya sebagai Akselerator Ekonomi Bangsa". Seminar dan talkshow tersebut menghadirkan tokoh nasional seperti Tri Mumpuni (Pakar Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro), Dr. Warsito Purwo Taruno (penemu perangkat Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT) ), Ir. Ibnu Susilo (penemu mobil Finkomodo), Prof. Ir. I Gede Wenten, Ph. D (Ahli Teknologi Filter Membran di Indonesia), Prof. Dr. Paulina Pannen, M.L.S (Staf Ahli Pendidikan Kementrian Riset dan Teknologi dan Pendidikan Tinggi), dan Agung Usadi (Direktur Pemasaran dan Jasa Teknik Industri Nuklir Indonesia (INUKI) atau dulu disebut BATANTEK). Kegiatan yang diadakan oleh Keluarga Mahasiswa Islam (KAMIL) Pascasarjana ITB ini digelar selama dua hari, yaitu pada Minggu-Senin (22-23/11-15). Pada akhir sesi dipresentasikan pula sosialisasi mengenai Beasiswa LPDP.

 

Menuai kebermanfaatan bagi bangsa rasanya selalu muncul dalam diri mahasiswa ITB tanpa batas jenjang. Dalih untuk menggali dan mengembangkan sisi profesionalisme bukan semata menyelesaikan tesis saja, rasanya menjadi asa yang kuat dalam menyelenggarakan kegiatan tahunan ini. Berbagai inspirasi tertuang dalam suara-suara para pembicara menyemangati untuk berkarya dengan teknologi. "Sebuah produk bisa tiba-tiba ada begitu saja, teknologi itu seperti budaya, bila muncul tiba-tiba tentu saja ada budaya yang ditiru sebelumnya," papar Ir. Ibnu. Ir. Ibnu sendiri memiliki tujuan besar, yaitu membangun budaya teknologi Indonesia melalui pembuatan industri otomotif nasional secara mandiri yang diwujudkan Ir. Ibnu melalui Finkomodo.

Pada kesempatan yang sebelumnya KAMILyang merupakan satu-satunya unit pacasarjana ITB, menyelenggarakan kegiatan ini dalam satu hari saja, namun demi hasil yang lebih baik para panitia memberikan fasilitas waktu yang lebih luar dan pembicara yang lebih beragam. Selain itu panitia mengundang berbagai himpunan mahasiswa jenjang pascasarjana. Luaran kegiatan ini adalah menjadi wadah untuk para peserta agar dapat berkarya dan berkontribusi bagi negeri, bukan semata-mata untuk negara luar, tapi peran nyata yang dapat diaplikasikan di dalam negeri. Hal ini sesuai dengan pernyataan Paulina mengenai sinkronisasi tujuan peribadi dalam bidang akademik dengan tujuan negara. Semua hasil riset khususnya pascasarjana, hendaknya dapat mendukung tujuan nasional, tidak asas "dijual". sehingga tidak menghasilkan angka pengangguran yang tinggi. Namun tidak semua hasil riset maupun teknologi di luar negeri dapat diterapkan di Indonesia. Namun dengan menjadi anak bangsa, tentulah ada harapan besar yang diletakkan d pundak-pundak para pemuda."Mengembangkan teknologi di negera maju bagaikan menggarami air laut. Jika saya dapat mengembangkan teknologi di Indonesia untuk menginspirasi dunia, coba bayangkan berapa banyak anak Indonesia yang termotivasi untuk berkarya," ungkap Dr. Warsito.