BIOENGINEERING SUMMIT 2015: Reaktor Informasi dalam Menjawab Tantangan di Era Biologi Mendatang
Oleh Cintya Nursyifa
Editor Cintya Nursyifa
JATINANGOR, itb.ac.id - Belum genap 5 tahun mewarnai hingar bingar kegiatan akademik di ITB, Program Studi (Prodi) Rekayasa Hayati (Biological Engineeering) sebagai kelimuan baru kian memberi suntikan kesegaran dalam edukasi keteknikan di ITB. Himpunan Mahasiswa Rekayasa Hayati (HMRH) ITB telah berhasil menggelar rangkaian kegiatan BIOENGINEERING SUMMIT 2015 dengan mengusung tema "Bioengineering and Green Industrial Environment to Face The Biology Era". Kegiatan yang dilaksanakan dengan memanfaatkan fasilitas multikampus ITB ini digelar dalam dua hari, Jumat-Sabtu (20-21/11/15) dengan menggunakan ruang Lantai 1 dan Auditorium Visual Lantai 4 Perpustakaan Pusat ITB, juga Multipurpose Room ITB Korea Cyber Security R&D (Research and Development) Center di Jatinangor. Terwujudnya kegiatan ini adalah bentuk realisasi dalam memperkenalkan keilmuan dan aplikasi ilmu Rekayasa Hayati (Bioengineering) kepada masyarakat, pelajar, dan pelaku industri melalui serangkaian acara interaktif dan edukatif. Adapun kegiatan pertemuan akbar para Biology Enthusiast ini diisi dengan seminar seminar bertema "Emerging The Bio Based Industrial Era" dengan tagline "BE Conscious, BE a Part of Green Era dan beberapa kompetisi seperti Paper Competition tingkat perguruan tinggi, Essay dan kontes poster tingkat SMA sederajat.
Prestasi tentu patut diapresisasi, panitia kali ini memberikan apresiasi dalam bentuk hadiah bagi para juara. Adapun hasil keputusan juri, Juara I dan II kategori Paper Competition diraih oleh perwakilan ITB yang diketuai oleh Samuel Zefanya (Teknik Kimia 2012) dan Tuah Fredy Yap (Rekayasa Hayati 2013) sedangkan Juara III diraih oleh tim dari Universitas Indonesia. Untuk lomba Essay dan poster kategori SMA, Juara I dan II dimenangkan oleh SMA Trinitas Bandung dan Juara III dimenangkan oleh SMA Santo Aloysius 2 Bandung. Berbagai karya menarik dan bermanfaat dihasilkan dari kompetisi ini. Selain itu pameran tugas akhir sarjana Rekayasa Hayati, sebagai bentuk karya mahasiswa juga turut ditampilkan dalam Bioengineering Expo.
Inisiasi Era Industri Berbasis Hayati
Di tengah-tengah dinamisnya modernisasi yang seakan-akan mengancam berbagai aspek kehidupan, ITB menginisiasi sebuah solusi berkelanjutan melalui keilmuan baru dan terbarukan, salah satunya dengan melahirkan keilmuan Rekayasa Hayati. Rekayasa Hayati merupakan sebuah Prodi dengan multidisiplin ilmu yang menerapkan prinsip dan pendekatan engineering (keteknikan) pada sistem biologis. Sebuah prinsip engineering yang fundamental seperti hukum kekekalan energi, tentu dapat diterapkan dalam sebuah sistem hayati. Hal tersebut menjadi hal yang sangat urgent di era industri yang mulai kehilangan arah dalam mewujudkan sistem yang berkelanjutan. Baik bioproduk, biomassa, maupun bioenergi diharapkan menjadi sumber daya yang utama bukan lagi alternatif seperti belakangan ini.
Hal-hal tersebut tersirat dalam seminar yang mengundang pemateri yang kompeten di bidangnya. Pada sesi pertama, Jaya Wahono (Chief Executive Officer Clean Power Indonesia), Ir. Satria Gentur Pinandita (Manager Production PT. Ajinex International), dan Ir. Tisnaldi (Direktur Bioenergi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI) menyajikan materi dengan topik "Perkembangan Industri Berbasis Agen Hayati di Indonesia". Selanjutnya Rizky Hanan, S.T (Rekayasa Hayati 2010), Dr. Robert Manurung, M.Eng (Dosen SITH ITB), dan Dr. Ing. Muhammad Abdul Kholiq, M.Sci (Kepala Laboratorium Proses Balai Teknologi Lingkungan BPPT) menyampaikan materi mengenai "Persiapan Indonesia dan Lulusan Bioengineering dalam Menghadapi Perkembangan Industri Berbasis Agen Hayati Skala Global". Sebagai tambahan pengetahuan yang bermanfaat panitia memfasilitasi sebuah demonstrasi pembuatan biodiesel oleh Eko Andrijanto, LRSC, Ph.D. Rangkaian acara tersebut dilaksanakan dengan meriah di kampus ITB Jatinangor.
HMRH sebagai Pionir Pengembangan Keprofesian bagi Mahasiswa Bioengineering di Indonesia
Industri berbasis agen hayati tentu memerlukan para tenaga profesional yang tak semata dididik hanya di ruang-ruang kuliah, atau ditempa dengan setumpukan lembar-lembar tulisan teoritis. Faktanya, pengembangan softskill seringkali terhimpit akibat kegiatan akademik yang padat. ITB sebagai satu-satunya perguruan tinggi yang membuka program studi Rekayasa Hayati di Indonesia tentunya sangat diharapkan dapat menyediakan suatu wadah yang dapat memfasilitasi kelahiran informasi dan pengembangan bioengineering bagi sumber daya manusia di Indonesia. Sinergi dengan peran ITB tersebut, HMRH mengeksekusinya dalam sebuah karya dalam bentuk kegiatan keprofesian. Melalui kegiatan ini pula HMRH membeberkan berbagai potensi aplikasi ilmu bioengineering kepada industri di Indonesia melalui rangkaian pameran karya dan keprofesian mahasiswa.