Ajarkan Menjadi Pebisnis, LPIK ITB Adakan Seminar Technopreneurship

Oleh Ninik Susadi Putri

Editor Ninik Susadi Putri

BANDUNG, itb.ac.id -  "Perguruan tinggi bukan hanya melahirkan orang-orang ningrat tapi juga melahirkan agent of change," ucap Prof. Dr. Ir. Suhono H. Supangkat selaku ketua Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (LPIK) ITB pada Senin (23/06/2014) di Seminar Technopreneurship. Kegiatan yang diprakarsai oleh LPIK ITB dan Blackberry Innovation Center (BBIC) ITB serta didukung oleh Technoentrepreneur Club (TEC) ITB ini bertema "Start your journey as an entrepreneur". Bertempat di Aula Barat ITB, seminar ini menghadirkan pembicara-pembicara yang ahli dalam dunia entrepreneurship yaitu Wiliam E. Wijaya (Regional SEA Manager Fenox Venture Capital), Jeffrey Paine (Founding Partner of Golden Gate Ventures), Betti Alisjahbana (Founder of Quantum Business International), dan Dr. Budi Rahardjo (Dosen, entrepreneur, dan ahli dalam bidang informasi dan network security).

Sebagai agen perubahan, tentunya mahasiswa erat kaitannya dengan teknologi dan inovasi. Gabungan kegiatan kewirausahaan dan inovasi akan menghasilkan entrepreneurship. Kebanyakan mahasiswa dalam memulai sebuah bisnis terbentur dengan modal. Modal yang tidak cukup bukanlah menjadi alasan untuk tidak memulai suatu bisnis. "Its not about money but its about network and experience," tutur Wiliam sebagai pembicara pertama.

 

Wiliam juga menjelaskan bagaimana membangun awal yang baik agar bisnis bisa sukses bagi para mahasiswa. Diantaranya dengan mengikuti sekolah entrepreneurial, tergabung dalam entrepreneur club, menjadi asisten dosen atau mentor, mengikuti kompetisi bisnis, dan menjadi seorang problem solver. "Yang membedakan pebisnis biasa dengan entrepreneur adalah attitude, bagaimana kita memiliki value creation mindset," tambah Wiliam.

Terkadang banyak alasan yang kurang tepat untuk menjadi seorang entrepreneur. Menurut Jeffrey 4 alasan yang kurang tepat untuk menjadi entrepreneur adalah uang, kekuatan, kejenuhan, dan flex time. "The real reason is you want something to exist in the world," tutur Jeffrey. Sebenarnya kebanyakan mahasiswa adalah orang-orang yang jenius hanya saja masih belum memiliki keberanian. Mulailah berpikir futuristik jika ingin menjadi entrepreneur yang sukses karena dari 20 ide yang muncul akan ada 3 ide yang baik yang dapat dilakukan. "Start something supersmall and watch potential co-founders," tutup Jeffrey.