Alat Kecantikan Microluxe Gagasan Mahasiswa ITB dan UI Raih Juara 1 Ajang Business Case Competition dari Emina

Oleh Anggun Nindita

Editor Anggun Nindita

BANDUNG, itb.ac.id – Tim Upside Down yang terdiri atas dua mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) Celine Caroline (Sains dan Teknologi Farmasi, 20) dan Naqisya Arifani (Matematika, 20), serta Jessica Safira dari Universitas Indonesia kembali menorehkan prestasi membanggakan. Mereka menjadi juara 1 tingkat nasional Business Case Competition Emina Auteentic Biz 2023 yang bergulir sejak Maret 2023 dan mencapai puncaknya pada 10 September 2023. Inovasi yang dibawakan tim tersebut adalah Microluxe, sebuah beauty device yang terintegrasi dengan Microluxe App.

Microluxe adalah alat yang menjaga kulit tidak rusak meski menggunakan produk kecantikan. Kulit rusak umumnya terjadi karena microbiome yang berperan penting dalam melindungi kesehatan kulit terkontaminasi bahan kimia dari kosmetik, khususnya foundation. Cara kerjanya, cartridge dalam Microluxe diisi dengan foundation dan produk microbiome. Kemudian, campuran bahan tersebut diterapkan pada aplikator airbrush yang mengubah ukuran produk campuran tersebut menjadi nanopartikel sehingga menghasilkan coverage foundation yang sempurna. Dengan demikian, tidak muncul kemerahan maupun jerawat di wajah karena kulit tetap mendapatkan microbiome meski menggunakan foundation.

Namun untuk saat ini, Microluxe masih berbentuk prototype 3D printing dan aplikasinya masih berbentuk desain Figma.

   

Tim Upside Down bukan kali ini saja menjadi juara dalam kompetisi. Mereka sempat menjadi juara kedua di kompetisi Paragon Hackathon 2022.

Di sisi lain, Celine berbagi pengalaman mengikuti ajang tersebut. Dia mengatakan bahwa tema kompetisi dibebaskan. Tim tersebut lalu bertukar pikiran untuk memilih topik dan inovasi produk. Setelah mendapatkan ide, mereka melakukan studi literatur dan berkonsultasi dengan dosen bioteknologi untuk mendapat masukan. Selanjutnya, mereka mencari responden survei untuk kebutuhan data market analysis.

Dalam setiap kompetisi, dia dan rekan-rekannya mengaku tidak mudah menyerah. Banyak hal yang perlu diupayakan sehingga tercipta karya yang solutif.

“Jangan gampang menyerah. Kalau merasa stuck itu wajar banget, tapi harus tetap semangat untuk melanjutkannya. Pengalaman terbesar itu didapatkan dari hands on, itu yang membuat kami getol ikut berbagai perlombaan. Diperlukan juga feedback dari orang-orang yang sudah berpengalaman untuk mematangkan ide yang diusung, kita jadi tahu hal-hal yang masih kurang dan perlu diperbaiki,” ujarnya.

Reporter: Maharani Rachmawati Purnomo (Oseanografi, 2020)

Editor: M. Naufal Hafizh