Alumni Beswan Bidik Misi ITB Rintis IA-BM

Oleh Cintya Nursyifa

Editor Cintya Nursyifa

BANDUNG, itb.ac.id - Dimulai sejak 2010, tampaknya program Beasiswa Bidik Misi yang diadakan oleh Direktorat Jenderal (Dirjen) Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) ini telah menghasilkan alumni-alumni yang siap membangun negeri. Prof. Intan Ahmad mengharapkan mahasiswa penerima dan alumni tersebut sadar akan tanggung jawabnya atas Indonesia. "Kemajuan suatu bangsa tidak hanya dipicu oleh melimpahnya sumber daya alam, tetapi yang paling penting adalah kapital intelektual," tuturnya ketika mengisi kegiatan Bidik Misi Day 2015 (06/11/15). Pergerakan nyata ditunjukkan oleh alumni Bidik Misi ITB yaitu melalui pendirian Ikatan Alumni Bidik Misi (IA-BM) pertama di Indonesia dengan menggagas pemberian beasiswa dan pengabdian masyarakat. Kegiatan-kegiatan tersebut sangat mendukung terwujudnya tujuan pemberian beasiswa Bidik Misi itu sendiri. 

Beberapa inisiator yang berperan aktif adalah Roby (Teknik Mesin 2011), Andi (Aeronotika dan Astronotika 2011), Ayip (Rekayasa Hayati 2011), dan Yayang (Sains dan Teknologi Farmasi 2010). Peran beswan Bidik Misi ITB sendiri ternyata dapat dikatakan berjenjang dan terintegrasi. Para penerima yang belum lulus dapat berkontribusi melalui berbagai kegiatan yang diadakan oleh FBM (Forum Bidik Misi) ITB termasuk Sinau (kegiatan pengabdian masyarakat). Kemudian setelah menjadi alumni, para beswan diharapkan dapat ikut berkontribusi dalam melanjutkan program pemberian beasiswa tersebut. Sinergi regenerasi yang berkesinambungan, sangat ampuh untuk menstimulasi agar hal-hal positif tetap tumbuh.

Sebagai pemuda yang beridealisme tinggi, tentu terlukis harapan untuk merealisasikan program yang bermanfaat selain berkumpul, terlebih setelah mendapatkan fasilitas yang sangat mendukung perkuliahan setidaknya dapat mengingatkan untuk 'balas budi' melalui suatu gerakan mendukung pendidikan di Indonesia. Alasan pergerakkan ke arah pendidikan sendiri adalah, "Karena investasi paling besar adalah intelektualitas sumberdaya manusia jadi meskipun sekarang belum bisa menyelesaikan permasalahan bangsa yang kompleks secara komprehensif insya Allah di masa depan dengan SDM (Sumber Daya Manusia) berkualitas bisa sedikit demi sedikit memberikan solusi," ungkap Ayip.


Berbagi Tak Perlu Menanti Penghasilan Tinggi

Menjadi lulusan beswan Bidik Misi sekaligus pendiri IA-BM yang pertama tentulah otomatis menjadi model untuk ditiru. Tak hanya program semata yang diharapkan dapat ditiru, namun terdapat nilai yang patut diteladani. Nilai tentang bagaimana rela dalam berbagi meskipun dalam keterbatasan, berbagilah yang berarti, tidak usah menyumbang banyak-banyak untuk menjadi berarti dan tidak perlu menunggu kaya atau berpenghasilan tinggi untuk berbagi. Tersirat sebuah arti, bahwa nilai kecil akan tumbuh membesar seiring adanya faktor pengali yaitu kebersamaan. Bahagia, begitulah yang dirasakan para alumni Bidik Misi, setidaknya bisa membahagiakan setiap orang. Menurut Ayip (Alumni Bidik Misi 2011), "Mungkin ada ide yang lebih brilian bertebaran di mana-mana, namun jika tidak direalisasikan secara konkrit akan sia-sia. Tapi dengan ide sederhana asalkan istiqomah (berkelanjutan), insyaAllah justru akan berdampak sangat besar."

Program yang telah mantap dijalankan adalah pemberian beasiswa secara kontinu tiap bulan dan difokuskan bagi siswa/siswa kelas 3 SMA. Mengenai teknis pelaksanaannya, ternyata sudah mampu membiayai  5 siswa/siswi  kelas 3 SMA yaitu memfasilitasi dana keperluan sekolah dan biaya pendaftaran SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Selain sisi  finansial, pemberi beasiswa pun membangun kapasitas dan kapabilitas para penerima beasiswa IA-BM tersebut dengan  pembinaan tiap pekan baik akademik maupun non akademik. Semuanya  demi menyiapkan generasi yang lebih baik. Program ini pun diharapkan dapat berkelanjutan dan memberi dampak yang besar dan menjadi prototipe beasiswa IA-BM se-Indonesia. Ke depannya ada harapan untuk dapat membuka kesempatan kuliah, terbantunya finansial , meningkatnya motivasi, dan prestasi terutama bagi siswa uang kurang mampu.

Kendala jarak rasanya cukup menjadi tantangan dalam realisasi bakti para alumni ini. Belum lagi setelah lulus, para alumni memiliki kesibukan yang relatif lebih heterogen dibandingkan ketika masih menjadi mahasiswa. Namun dengan segala keterbatasan tersebut pergerakan ini terwujud pertama kali dengan diawali inisiasi ikatan alumni, selanjutnya dukungan momen yang tepat dan berbarengan dengan ide yang muncul terwujudlah segala mimpi dan harapan alumni Bidik Misi tersebut. Penerima IA-BM sangat senang dalam mengikuti seminar yang diadakan para alumni Bidik Misi. Para beswan tersebut mendapatkan feel dan insight, motivasi, materi perkenalan kampus. Dengan softskill yang terlatih itu pula diharapkan mindset dan paradigma akan berkembang menghasilkan antusiasme tinggi untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.


scan for download