Alumni ITB Berbagi Pengalaman Sebagai Pengajar Muda

Oleh Amelia Rahma Faustina

Editor Amelia Rahma Faustina

BANDUNG, itb.ac.id - Roadshow Gerakan Indonesia Mengajar pada Selasa (29/11/11) menghadirkan Anies Baswedan sebagai inisiator gerakan tersebut dan juga para Pengajar Muda angkatan I yang baru saja kembali dari setahun bertugas mengajar di berbagai titik pedalaman Indonesia. Dari 51 orang Pengajar Muda angkatan I, diantaranya ada 15 pengajar yang merupakan alumni ITB. Pada siang itu, Aline (Biologi 2005) dan Adi (Teknik Elektro 2004) berkesempatan untuk berbagi pengalaman mereka mengajar pada hadirin yang berasal dari kalangan mahasiswa, guru, serta komunitas.

Pendidikan masih menjadi barang tersier yang tak semua masyarakat bisa nikmati, bahkan setelah 66 tahun negara ini merdeka. Ada 4,7 juta siswa yang masuk dalam jenjang awal pendidikan setiap tahunnya, namun hanya 600 ribu saja yang memiliki kesempatan lulus dari universitas. Gerakan Indonesia Mengajar yang sejak tahun 2010, mengajak para mahasiswa untuk turun langsung menyentuh pendidikan anak-anak di wilayah-wilayah terpencil di Indonesia yang kekurangan jumlah guru. "Pilihan kita hanya dua: lipat tangan atau turun tangan. Dan tentu saja, sebagai mahasiswa, harus memilih untuk turun tangan", ujar Anies Baswedan.

Berangkat Sebagai Pengajar Sekaligus Pembelajar

Banyak inspirasi yang Aline dan Adi bagi saat menceritakan pengalaman mereka ketika menjadi guru di Majene, Propinsi Sulawesi Barat dan Halmahera Selatan, Propinsi Maluku Utara. Tujuan mereka hadir di sekolah- sekolah tersebut adalah menjadi role model masyarakat. Para orang tua akan dapat melihat sosok Pengajar Muda sebagai gambaran anak-anak mereka di masa depan. Saat Aline dan Adi sampai di tempat mereka mengajar setahun yang lalu, masyarakat di sana memiliki persepsi yang sama mengenai anak-anak mereka: nakal dan bodoh.

Ketika  Adi masuk ke kelas untuk pertama kalinya, ada sebatang rotan diletakkan di atas meja guru yang berfungsi 'mendisiplinkan' anak-anak ketika nakal. Adi pun berhasil membuktikan pada masyarakat bahwa rotan tidak perlu berbicara saat mendidik, yang harus dilakukan adalah lebih banyak aksi dibanding hanya sekedar berbicara. Hasilnya, beberapa anak didik Adi berhasil meraih posisi juara di beberapa bidang pada perlombaan tingkat kabupaten untuk pertama kalinya.

Aline juga memiliki cerita ketika ia harus berhadapan dengan anak didiknya yang tidak mau datang ke sekolah. Ia melakukan pendekatan secara personal dan berhasil membujuk Samsul, nama anak tersebut, untuk kembali lagi ke sekolah. Aline juga bercerita bahwa dengan menjadi Pengajar Muda, ia dapat belajar mengenai kehidupan, ilmu komunikasi, kesabaran, dan hal-hal lainnya.

Pengajar Muda memang tidak hanya terlibat sebagai guru di tempatnya mengajar, namun juga terlibat dalam kehidupan masyarakat secara menyeluruh. Aline datang sebagai sosok wanita muda yang tidak memiliki kemampuan memasak, dan di Majene, ia ikut dalam kegiatan ibu-ibu memasak bersama dan belajar untuk melebur ke dalam masyarakat di tempat tersebut. Firman (Teknik Geofisika 2005), yang juga berkesempatan menjadi Pengajar Muda angkatan I, memiliki pengalaman menjadi 'dukun' yang dipercaya masyarakat dapat menyembuhkan segala penyakit.

Setahun Mengajar, Seumur Hidup Menginspirasi

Gerakan Indonesia Mengajar tidak semata-mata muncul tanpa adanya konteks. Dahulu, pada tahun 1950-an, pemerintah Indonesia mengadakan program Pengerahan Tenaga Mahasiswa (PTM) yang menyalurkan mahasiswa menjadi guru. Pada saat itu, bangku kuliah hanya bisa dinikmati oleh kalangan tertentu saja, karena tidak semua kalangan dapat memiliki kesempatan dan kompetensi untuk sampai pada tingkat tersebut. Ada delapan orang mahasiswa yang mengabdi sebagai pengajar selama dua tahun di berbagai pelosok Indonesia. Berkat program tersebut, sepuluh tahun kemudian, jumlah mahasiswa dari kelas menengah ke bawah meningkat secara signifikan. Bahkan, saat ini, Anies mengaku banyak bertemu dengan mantan murid-murid kedelapan mahasiswa tadi yang telah berhasil menjadi dokter, direktur, dan rektor.

Sayangnya, PTM kemudian dihapuskan dan berganti menjadi program Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang haya berlangsung beberapa bulan saja. Gerakan Indonesia Mengajar, terinspirasi dari PTM, menerukan perjuangan menumbuhkan harapan baru akan masa depan Bangsa Indonesia. Pengajar Muda membukakan jendela baru bagi anak-anak di pedalaman sekaligus membawa berita ke dunia luar agar masyarakat menjadi optimis melihat Indonesia. "Republik ini hadir tidak untuk meraih suatu cita-cita, melainkan untuk melunasi janji kemerdekaannya", ujar Anies. Janji kemerdekaan tersebut merujuk kepada hak setiap rakyat untuk dapat terlindungi, tersejahterakan, tercerdaskan, dan melaksanakan ketertiban dunia.