Alumni MBA ITB Berbagi Pengalaman Karier di Perusahaan dan Jadi Pengusaha

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id--Seberapa pentingkah menemukan passion dalam bekerja? Untuk menjawab ini, Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) ITB beserta Ikatan Alumni MBA ITB mengundang Deputy CEO Regional 1 (VP) PT Bank BJB Tbk, Nazaro Aulany Priyadi, dan Founder Big Stamp dan Kaos Gurita, Adrian Ariatin, MBA ITB pada acara alumni sharing session pada Sabtu, (6/11/2021). Kegiatan ini dilaksanakan untuk membahas passion dalam konteks karier dalam sudut pandang profesional maupun entrepreneurship.

Acara yang juga pelantikan pengurus Ikatan Alumni MBA ITB ini dibuka dengan pengantar dari Dekan SBM ITB, Prof. Dr. Ir. Utomo Sarjono Putro, M.Eng dan dilanjutkan oleh kata sambutan serta pembacaan SK pelantikan oleh Ketua Ikatan Alumni ITB, Gembong Primadjaja.

Menurut Prof. Utomo, SBM ITB memiliki program yang melibatkan alumni yang berhubungan dengan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yaitu terkait indikator kinerja utama (IKU) seperti lulusan mendapatkan pekerjaan yang layak, atau menjadi wirausaha. Mahasiswa mendapat pengalaman di luar kampus serta praktisi mengajar di dalam kampus, yang tentunya memerlukan keterlibatan alumni.

Setelah pemaparan rencana program kerja dari kepengurusan Ikatan Alumni MBA ITB periode 2021-2025 oleh Ketua Ikatan Alumni MBA ITB yang baru dilantik, Rangga Muslim, MBA., narasumber pertama dari sesi sharing ini, Nazaro Aulany Priyadi, memaparkan tiga hal yang menjadi landasan pengembangan karier berdasarkan passion, yaitu visi, spesialisasi, dan networking.

Menurut Nazaro, kita harus menentukan terlebih dahulu kemana kita akan membawa arah karier. Kemudian, bangun reputasi dengan spesialisasi melalui sertifikasi, training, dan lain-lain, untuk memperkuat branding dan membuat keunikan yang dapat diingat dari kita. Ini merupakan bagian dari siklus yang akan terjadi dalam perjalanan karier, di mana kita memulai sebagai generalist ketika di entry level, kemudian terspesialisasi, dan ujungnya kembali menjadi seorang generalist ketika masuk ke management position (C-level).

“Di entry level, banyak orang bingung akan memilih berkarier di mana, mau spesialisasi di bidang apa, dan lain-lain. Passion itu bisa dibentuk lewat macam-macam, dan bisa juga ter-influence. Karier itu ketika kita sudah lakukan, akan terbiasa, terspecialize, akan jadi passion kita. Jadi, yang paling benar itu mulai saja dahulu, nanti akan menemukan fine-tune-nya dimana, terbentuk dengan sendirinya,” ujar Nazaro.

Narasumber kedua yaitu Adrian Ariatin. Ia berbagi cerita tentang pengalamannya setelah lulus dari MBA. Adrian memaparkan tentang banyak hal yang didapatkannya dari MBA ITB, seperti pengalaman menjadi mentor yang mengenalkan pada perspektif-perspektif baru sehingga memacunya untuk belajar lagi.

MBA ITB, menurut Adrian, tidak hanya dapat membuat usaha menjadi lebih maju, tetapi juga membangun pola pikir, serta memberi kesempatan networking yang bisa bertahan seumur hidup. Terkait dengan passion dalam karier, Adrian berbagi pendapat dengan Nazaro.

“Menurut saya, jalan dulu, hajar dulu. Saya yakin, tidak ada satu kejadian yang kebetulan. Ketika seseorang masuk MBA, memilih MBA instead yang lain, itu sudah digerakan hatinya kesitu. Nanti jalannya pasti dikasih, tapi jangan hanya menunggu, cari. Kalau sudah memilih dan tidak cocok, pindah. Meskipun kita ‘salah pilih’ atau menyesal, itu tidak akan sia-sia. Pasti ada pelajarannya yang akan terpakai di hidup kita.”

Sumber: Rilis SBM ITB