Alumni Teknik Fisika ITB Paparkan Sistem Persinyalan Kereta Api untuk Keselamatan

Oleh Adi Permana

Editor Vera Citra Utami

*Sumber: freepik.com

BANDUNG, itb.ac.id -- Sistem persinyalan adalah sarana untuk menjamin keselamatan perjalanan kereta api dari suatu stasiun menuju stasiun berikutnya. Centralized Railway Traffic Control System merupakan bagian dari sistem persinyalan kereta. Sistem CTC berfungsi sebagai sistem pengendali lalu lintas perjalanan kereta api secara terpusat.

“ Jadi Centralized Railway Traffic Control System adalah sebuah sistem untuk mengontrol sistem persinyalan dalam kereta api,” ujar alumni Teknik Fisika ITB, Agung Prasdianto, S.T. yang juga merupakan Interlocking Software Engineer dari PT LEN Railway System dalam acara webinar hasil penelitian tentang “Sistem Persinyalan Kereta Api dan Centralized Traffic Control System”, Rabu (23/6/2021). Webinar ini dipimpin dan dibuka oleh Ir. Edi Leksono, M.Eng., Ph.D.

Menurut Agung, sistem persinyalan adalah sarana untuk menjamin keselamatan perjalanan kereta api dari suatu stasiun menuju stasiun berikutnya. Setiap perangkat yang ada di sistem persinyalan, seperti sinyal wesel, pendeteksi keberadaan kereta api, meja pelayanan operator dan pesawat blok semuanya saling terkait dan saling mengunci satu sama lain yang diatur oleh sebuah sistem yang disebut dengan sistem interlocking.

“Kereta tidak bisa berhenti begitu saja karena diperlukan perlambatan dari jarak yang cukup jauh untuk keselamatan dan kenyamanan penumpang. Untuk mengamankan perjalanan kereta api tidak terjadi kecelakaan, dibutuhkan perangkat sinyal,” ujar Agung. Sinyal diperlukan untuk membagi ruang perjalanan kereta api ke dalam petak-petak yang disebut blok. Sinyal inilah yang menjamin agar tak terjadi kecelakaan.

Terdapat tiga jenis perangkat sinyal yang kerap digunakan dalam operasi perkeretaapian di Indonesia yaitu tuas mekanik, local control panel, dan visual display unit. Dalam mengoperasikan perangkat-perangkat tersebut, diperlukan orang yang menjadi operator.

Selain itu, juga dibahas tentang alat pendeteksi keberadaan kereta api. Ada dua alat yang digunakan, yaitu axle counter dan track circuit. Axle counter bekerja dengan alat bernama evaluator untuk menghitung roda yang lewat. Alat-alat sensor terkoneksi dalam sistem interlocking. Ada sistem interlocking mekanik dan juga sistem interlocking elektrik.

Dalam sistem interlocking elektrik terdapat berbagai komponen di dalamnya. Ada LCP/VDU sebagai operator pada sistem ini, lalu ada technician terminal pada maintenance, dan sistem CTC/CTS SilVue OI1000 untuk operation control center. “Technician terminal bisa dibilang black box-nya kereta yang merekam semua kerja sinyal dan bisa melihat kejadian yang sudah terjadi sebelumnya. Technician terminal juga dapat mencatat kapan saja alarm nyala dan kapan saja ada gangguan,” jelas Agung.

Sistem interlocking mengadopsi beberapa macam basis teknologi, yaitu mekanik, elektrik relay dan controller. SiLSafe4000 merupakan salah satu sistem interlocking karya anak bangsa buatan PT. Len yang sudah mengusung basis teknologi safety controller dan telah tersertifikasi SIL 4 CENELLEC.

SilSafe4000 dapat diintegrasikan dengan sistem CTC/CTS SilVue OI1000, yaitu sebuah sistem yang dapat mensupervisi ataupun mengontrol sistem interlocking banyak stasiun sekaligus di satu lokasi yang disebut Operation Control Center atau OCC.

Sistem CTC/CTS SiLVue OI1000 dapat meningkatkan efisiensi operator dalam memantau maupun mengoperasikan perjalanan kereta api sehingga dapat mengurangi kebutuhan pelayanan lokal oleh masing-masing operator di setiap stasiun terutama di masa pandemi seperti saat ini.

Reporter: Yoel Enrico Meiliano (TPB FTI 2020)