Alumni Teknik Geologi ITB Paparkan Tentang Sawit sebagai Komoditas Energi Terbarukan
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
Sumber: freepik.com
BANDUNG, itb.ac.id – Ketua Umum Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) yang juga alumni Teknik Geologi ITB, Dr. Surya Darma menjelaskan tentang Sawit Sebagai Komoditas Energi Terbarukan serta upaya untuk mempersiapkan pengganti energi fosil menjadi hal yang diperlukan badan khusus. Paparan ini disampaikan Dr. Surya pada acara Inspirasi Untuk Bangsa: 63 Tahun ITB pada Rabu (2/2/2022).
Dr. Surya memulai penjelasannya dengan memaparkan tentang pengalamannya di bidang energi sebelum bergerak di ranah sawit. Sebelumnya, Dr. Surya pernah menjadi Staf Ahli Direktur Utama PT Pertamina. Di Pertamina, ia banyak bergerak di bidang geothermal atau panas bumi. Bahkan, ia pernah menjadi Ketua Umum Asosiasi Panas Bumi Indonesia. Dr. Surya juga memaparkan berbagai jenis sumber energi terbarukan selain sawit, seperti panas bumi, biomassa, dan surya.
Dr. Surya juga menjelaskan mengapa ia memberikan perhatian besar untuk mengembangkan sawit sebagai sumber energi terbarukan. “Sawit mendapat banyak perhatian untuk dikembangkan karena hanya sawit yang bisa menjadi komoditas untuk energi terbarukan,” jelas Dr. Surya.
Meskipun hanya sawit yang bisa menjadi komoditas, masih ada banyak lagi jenis sumber energi terbarukan, dan Indonesia harus sangat bersyukur karena memiliki berbagai jenis sumber energi terbarukan yang beragam. Karena itu kebijakan terhadap sawit harus dilakukan komprehensif. Misalnya, dana sawit yang dikelola BPDPKS juga harus dikembalikan untuk mendorong energi yang terbarukan.
Dr. Surya juga memaparkan terkait langkah yang sudah dilakukan pemerintah terhadap pengembangan renewable energy dan green energy. “Sejauh ini target pemerintah masih tergolong umum. Masih tertulis seperti gagasan transisi energi dan target 23 persen energi terbarukan pada tahun 2025,” ujar Dr. Surya. Namun, jika kita melihat kepada negara lain, tentu saja hal ini belum cukup. Perlu dilakukan peningkatan target dan tentunya realisasi.
Bukan hanya itu, secara akademis pengganti tenaga batu bara dan fossil fuel harus satu tipe dengan dua tenaga tersebut, terutama tentang ketersediaannya secara waktu. “Batu bara dan bensin dapat bekerja selama 24 jam, maka dari itu energi terbarukan yang diproyeksikan untuk menjadi pengganti kedua sumber tersebut haruslah dapat didapat setiap saat,” pungkas Dr. Surya.
Dr. Surya juga menjawab pertanyaan tentang apakah tenaga nuklir dapat dimanfaatkan. “Energi nuklir memiliki berbagai kontra dalam berbagai sisi. Untuk sisi ketersediaan, ketersediaan serta potensi energi nuklir tidak banyak di Indonesia. Di sisi lain, berbagai negara lain di dunia ini juga sudah mengambil langkah untuk memberhentikan penggunaan tenaga nuklir,” terang Dr. Surya.
Reporter : Yoel Enrico Meiliano (Teknik Pangan. 2020)