Sambut Pembangunan Generasi Era Milenium, ITB Gelar Seminar Intelektual Perempuan

Oleh Bangkit Dana Setiawan

Editor Bangkit Dana Setiawan

BANDUNG, itb.ac.id - Pada Minggu(20/04/14) ITB menggelar Seminar Intelektual Perempuan bertempat di Gedung Aula Barat ITB. Seminar yang bertajuk "Paradigma Cemerlang Perempuan Inspiratif dalam Pembangunan Generasi Era Milenium" diadakan oleh unit kegiatan mahasiswa Harmoni Amal Titian Ilmu (HATI) ITB dan kerja sama dengan Badan Koordinasi Lembaga Dakwah Kampus (BKLDK) beberapa universitas bandung seperti, Universitas Padjajaran, Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Islam Negeri Bandung, dll. Peserta yang hadir pada acara ini kurang lebih 450 orang  yang berasal dari universitas yang ada di Bandung dan ada beberapa mahasiswa/i yang berasal dari Bogor dan Yogyakarta.

Sesi pertama merupakan pembukaan yang diisi oleh Nyoman Anjani (Teknik Mesin 2009) yang juga menjabat sebagai Presiden KM ITB 2013/2014 dan Elvayandri Muchtar selaku Dosen Elektro ITB dan Pembina HATI ITB. Kemudian dilanjutkan dengan sesi inti acara yang diisi oleh Fika Komara (Aktivitas Muslimah Media Center Asia Tenggara), Siti Nafiidah (Penulis Revisi Politik Perempuan) dan Indira S. Rahmawati (Dosen UIN Sunan Gunung Djati Bandung).

Fika Komara bercerita mengenai profil perempuan dalam era kosmopolitan. Kosmopolitan memiliki arti sifat yang menunjukkan pengetahuan yang luas. Hal itu berarti perempuan dalam kosmpolitan seharusnya didefinisikan sebagai perempuan dengan pengetahuan yang luas sehingga perempuan memang layak untuk menjadi kalangan profesional dan memiliki posisi strategis dalam suatu tataran organisasi. Tetapi dewasa ini definisi perempuan dalam era kosmpolitan menjadi bergeser. "Sekarang definisi perempuan dalam era kosmopolitan adalah perempuan-perempuan borjuis yang akrab dengan pakaian yang minimalis. Seharusnya definisi perempuan dalam era kosmopolitan tidak seperti itu," jelas Fika.

Materi selanjutnya berisi tentang menjadi perempuan inspiratif arsitek generasi terbaik  yang disampaikan oleh Siti Nafidah. "Sekarang ini perempuan kian mengalami disfungsi dan disorientasi, tereksploitasi, cuma jadi 'mesin' bahkan komoditas ekonomi yang melanggengkan penjajahan barat," jelas Siti. Maka dari itu perempuan yang akan melahirkan generasi penerus bangsa harus menjadi perempuan yang inspiratif. Profil generasi terbaik adalah memiliki keimanan yang tinggi dan ideologis, tahu akan visi-misi dan standar hidup, serta harus memilik karakter pemimpin.

Perbedaan gender masih acap kali terjadi di kehidupan sehari-hari. Akibatnya  perempuan masih belum sadar akan potensi dan perannya masing-masing. Sebagian besar perempuan masih terkungkung dalam definisi lama, bahwa tidak semua hal dapat dilakukan oleh perempuan. "Semoga dengan adanya acara ini, peserta yang hadir dapat sadar bahwa mereka mempunyai potensi dan peran masing-masing untuk menjadi inisiator perubahan di kampus maupun di negaranya," tutup Siti (Teknik Geodesi dan Geomatika 2011) selaku ketua acara seminar intelektual perempuan.