Angkat Dampak Perubahan Variabilitas Iklim terhadap Laut Natuna, Mahasiswa ITB Juara 1 ICOFIMS 2022
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id — Mahasiswa Institut Teknologi Bandung dari program studi Oseanografi, Muhammad Firman Nuruddin (2018), juara 1 International Conference For Fisheries and Marine Sustainability (ICOFIMS) 2022 yang dilaksanakan secara daring. Ia menang pada kategori Best “Biodiversity, Conservation, Climate Adaptation” paper.
International Conference for Fisheries and Marine Sustainability (ICOFIMS) adalah konferensi tahunan yang diselenggarakan oleh Unpad untuk berbagi ilmu pengetahuan serta hasil riset mengenai Ilmu Kelautan dan Keberlanjutan (Marine Science and Sustainability) yang diselenggarakan Selasa (18/1/2022) lalu. Pada tahun 2022 ini, ICOFIMS mengangkat topik dunia Ilmu Kelautan Pasca Pandemi dan Tantangan Menghadapi Perubahan Iklim Global.
Pada konferensi ini, para peneliti dari berbagai kalangan, dosen, peneliti dari berbagai instansi, serta mahasiswa diberi kesempatan untung saling berbagi hasil penelitian mereka. Melalui pengalaman magang pada Pusat Pengelolaan Sumber Daya Maritim Unpad, Muhammad Firman mencoba membawa hasil risetnya untuk diajukan dalam konferensi ini.
Dalam proses meneliti untuk karya ilmiah ini, Firman dibantu kawan-kawannya dari program studi oseanografi yaitu Nafisa Ardian Fikrani (2019), Parikesit (2020) dan Tania (2020). Selain itu, tim peneliti karya ilmiah tersebut dibimbing oleh Dr. Ir. Sunarto M.Si dari Unpad.
Dalam karya ilmiahnya, Firman membahas dampak perubahan variabilitas iklim terhadap Laut Natuna. “Jadi di natuna itukan ke depannya mau dikembangkan smart independent island, nah harapannya bisa ditopang oleh hasil laut dan juga menggunakan renewable energy dan juga berbagai hal yang sustainable, tapi sayangnya kalau dari segi oseanografi–terutama yang berkaitan dengan dinamika ekosistem laut–itu belum banyak kajian yang dilakukan di laut natuna.”
Pada proyek magang yang diajukan sebagai hasil riset pada konferensi ICOFIMS adalah meneliti daerah Natuna. Hal itu dilakukan dengan meninjau kondisi fitoplankton dan zooplankton di sana, bagaimana perubahan tersebut dipengaruhi oleh variabilitas iklim Indian Ocean Dipole (IOD) dan El Nino Southen Oscillation (ENSO).
Firman mengatakan bahwa fokus penelitian fitoplankton dan zooplankton tersebut dikarenakan dua organisme itu merupakan hal dasar namun krusial khususnya di lautan. Fitoplankton berperan dalam memproduksi oksigen dan berbagai produktivitas primer lainnya dari matahari.
“Semacam kalau di darat fitoplankton berperan sebagai tumbuhan. Selain itu fitoplankton ini akan dikonsumsi oleh zooplankton (microzooplankton & macrozooplankton). Kalau dari si produsen dan konsumen tingkat satunya berpengaruh oleh perubahan iklim, misal iklim makin panas, suhu laut makin panas akibat El Nino, nah kedepan fitoplankton dan zoo plankton ini bisa menurun,” ujar mahasiswa Oseanografi tersebut.
Menurut Firman, karya ilmiah yang ia susun bersama timnya dan Dr. Sunarto ini dapat dijadikan acuan bagaimana jika manusia tidak segera melakukan sesuatu untuk mengurangi dampak perubahan iklim, maka dampaknya akan sangat signifikan bagi kelangsungan hidup manusia. “Kita sudah membuktikan secara kuantitatif melalui riset ini bahwa mahluk hidup seperti fitoplankton dan zooplankton saja sudah terdampak sebegitu parah, dan apakah kita akan menunggu makin parah lagi untuk berbuat sesuatu, jadi sebenarnya riset kami ini bertujuan memberi knowledge atau memeberi pengetahuan kuantitatif kalau dampaknya itu real,” ujar Muhammad Firman.
Reporter: Inas Annisa Aulia (Seni Rupa, 2020)