Angkat Persoalan Interdisiplin, Mahasiswa ITB Raih Penghargaan Meritorious

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG.itb.ac.id – Tiga mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) kembali menorehkan prestasi di kancah internasional dalam perlombaan Mathematical Contest in Modeling (MCM). Mereka sukses memperoleh Meritorious Winner pada ajang yang berlangsung 24-28 Januari 2019 tersebut.


Tim yang beranggotakan tiga mahasiswa jurusan Matematika 2016 ini adalah Kamal Khairudin Sukandar, Kemal Aziez Rachmansyah, dan Nia Dewi Nofianti bersama Bu Nuning Nuraini sebagai advisor tim. Perlombaan tahunan yang rutin diikuti oleh prodi Matematika ITB sejak 2002 ini merupakan salah satu lomba bergengsi di dunia pemodelan matematika internasional yang diadakan oleh Consortium for Mathematics and Its Applications (COMAP). 

Tercatat, hingga 2019 prodi Matematika ITB berhasil memperoleh lima penghargaan meritorious. MCM sendiri berupa pemodelan matematika mengenai permasalahan di dunia nyata sehingga menantang peserta untuk mengklarifikasi, menganalisis, dan mengusulkan solusi atas permasalahan yang diajukan.

Perlombaan ini mengangkat enam persoalan yang dapat dipilih oleh peserta. Tiga persoalan pemodelan matematik, serta tiga lainnya persoalan pemodelan interdisiplin dengan total jumlah peserta 14.108 dari seluruh dunia. Di antara tim yang mewakili prodi Matematika ITB, satu di antaranya mendapatkan penghargaan meritorius, satu di antaranya mendapatkan honorable mention, dan tiga di antaranya mendapatkan successful participants. Menariknya, tim yang mendapatkan meritorious terdiri dari mahasiswa tingkat tiga yang justru belum pernah mengambil mata kuliah pemodelan. 

Dari enam persoalan yang diberikan oleh panitia, persoalan yang dipilih oleh Kamal, Kemal, dan Nia adalah persoalan interdisiplin. Dijelaskan Nia, salah satu anggota tim, bahwa peserta harus memberikan solusi mengenai rencana evakuasi darurat untuk Museum Louvre, Prancis. Persoalan ini menjadi menarik karena di antara ketiga peserta tim tidak ada yang pernah sebelumnya mengunjungi museum tersebut. Sehingga dalam merancang analisis, diperlukan kreativitas yang tinggi untuk membayangkan dan mengetahui baik itu kondisi bangunan di sana, ruangan-ruangan yang ada pada museum, lebar jalur serta pintu darurat yang disediakan, dan lainnya. 

Tentu, untuk mempertahankan prestasi tersebut dari tahun ke tahun tidak mudah. Ini sudah menjadi komitmen Pusat Pemodelan Matematika dan Simulasi (PPMS), sehingga semua tim ITB dipersiapkan matang-matang agar dapat mendapatkan hasil yang membanggakan. Ajang ini tentu menjadi penting bagi prodi Matematika ITB karena dapat menjadi salah satu alat ukur mahasiswa dalam pemodelan secara internasional. "Kesulitan yang kami hadapi, karena ini pertama kali ikut lomba pemodelan,” ujar Nia.

No pain, no gain. Begitu pula yang dirasakan oleh tim ITB. Karena ini pengalaman pertama bagi ketiganya dalam mengikuti perlombaan pemodelan sehingga dalam menyelesaikan masalah masih merasa banyak tools yang belum dipelajari, seperti halnya permasalahan dalam kerjasama tim. Perbedaan pendapat mengenai solusi yang paling tepat tidak bisa dihindari. Namun, Kamal, Kemal, dan Nia berhasil bekerjasama dengan baik.

Reporter: Salma Zahra (Astronomi 2016)