Apakah La Nina akan Terjadi pada Tahun 2024?
Oleh Mely Anggrini - Meteorologi, 2022
Editor M. Naufal Hafizh
BANDUNG, itb.ac.id – Dosen Program Studi Meteorologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung (FITB ITB) yang juga pemerhati sistem iklim, Dr. Joko Wiratmo M.P., menyampaikan berbagai informasi mengenai La Nina dalam Webinar Obrolan Santai “Prakiraan Kelakuan La Nina 2024”, melalui Zoom, Senin (10/6/2024).
Dr. Joko Wiratmo berupaya agar informasi mengenai cuaca dan iklim di wilayah Indonesia dapat tersampaikan dengan lebih baik sehingga tidak terjadi kesimpangsiuran informasi dan berita hoaks yang muncul di tengah masyarakat. Oleh karena itu, kegiatan ini dibuka untuk umum dan dihadiri berbagai kalangan, mulai dari dosen, guru, mahasiswa, hingga lembaga swasta.
Dalam kegiatan ini pun hadir narasumber lain, yakni pemerhati masalah lingkungan dan atmosfer dari BRIN Indonesia, Prof. Dr. Ir. Eddy Hermawan, M.Sc., yang turut membahas masalah fenomena iklim La Nina.
Di antara banyaknya masalah iklim yang kerap terjadi, topik yang belakangan ini menjadi perbincangan adalah variabilitas iklim El Nino dan La Nina. Beberapa tahun belakangan, muncul istilah El Nino Modoki. Modoki berasal dari bahasa Jepang yang memiliki arti “serupa tetapi tidak sama”. Dalam memahami El Nino dan La Nina, perhatian harus tertuju pada kajian di Samudera Pasifik, khususnya di wilayah sekitar khatulistiwa.
Apakah La Nina pada tahun 2024 akan terjadi?
Pada perkembangan awal bulan Juni 2024, BMKG menyampaikan kemungkinan kekeringan yang akan terjadi di wilayah Indonesia dan menyatakan bahwa kondisi Samudra Pasifik saat ini dalam keadaan netral.
Ketika suhu permukaan laut berada pada rentang penyimpangan kurang dari -0.5 derajat Celsius, hal itu menunjukkan terjadinya fenomena La Nina. Pada rentang lebih dari 0.5 derajat Celsius, hal itu menunjukkan terjadinya fenomena El Nino. Akan tetapi, prediksi dari berbagai institusi di dunia menyatakan bahwa suhu permukaan laut saat ini berada pada rentang -0.5 °C sampai 0.5 °C yang memiliki arti kondisi netral.
Tujuh lembaga riset dunia dari Australia, Kanada, Eropa, Perancis, Inggris, Amerika Serikat, dan Jepang yang turut melakukan penelitian tentang ENSO, memberikan hasil bahwa pada bulan Juni hingga Juli 2024, suhu permukaan laut berada pada kondisi normal. Namun, pada bulan Agustus hingga Oktober 2024, satu hingga dua lembaga menunjukkan hasil riset kondisi iklim yang cenderung sedikit mengarah pada terjadinya fenomena iklim La Nina. Hal ini tidak dapat dijadikan pertimbangan pasti bahwa La Nina akan terjadi karena umumnya, prediksi dari lembaga lainnya tetap menunjukkan kondisi iklim normal.
“Memandang kondisi cuaca dan musim di Indonesia, jangan hanya terfokus pada La Nina saja. Harus ingat bahwa Indian Ocean Dipole (IOD) dapat meredam itu. Seberapapun besarnya kekuatan La Nina, kalau oleh IOD diredam, maka tidak akan memberikan impact yang besar,” ujar Prof. Eddy.
Dr. Joko Wiratmo menambahkan bahwa berdasarkan prediksi yang disampaikan dari model dunia internasional, peluang untuk terjadinya La Nina tetap ada pada bulan-bulan tertentu tergantung wilayah dan sumber lembaga riset yang ada.
“Terkait beberapa daerah di Indonesia seperti Jakarta hingga Banten, kalaupun ada kondisi kering di bulan Juni, Juli, Agustus (JJA), kondisi kering tidak akan parah dan peluang terjadinya hujan tidak akan berkurang atau bertambah signifikan. Untuk mengetahui lebih detail saudara bisa melihat dari prediksi yang dilakukan oleh BMKG karena mereka menggunakan data observasi yang lebih rinci dan merekalah yang mempunyai hak resmi untuk menyatakan kondisi wilayah Indonesia. Apa yang kami sampaikan merupakan gambaran umum serta analisis cuaca dan musim yang kemungkinan akan terjadi dari perspektif regional global,” ujar Dr. Joko.
Reporter: Mely Anggrini (Meteorologi, 2022)