Apakah Media Cetak Telah Menuju Senjakala?
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id – Teknologi digital yang kini berkembang dengan sangat pesat, dapat menjadi pisau bermata dua untuk kehidupan manusia, tak terkecuali dunia media dan jurnalistik. Di satu sisi, teknologi digital dapat memberikan manfaat untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan jurnalis. Melalui era teknologi digital ini juga industri media cetak dipaksa lebih efisien dan inovatif.
Namun, disisi lain, era teknologi digital ini juga dapat mengancam eksistensi media cetak jika pelaku industri media cetak dan jurnalis tidak mampu beradaptasi sehingga dilibas oleh kemajuan teknologi digital. Tidak sedikit media cetak yang gulung tikar. Apakah ini pertanda media cetak sedang berjalan menuju pemberhentian terakhir alias memasuki masa senja?
“Satu yang pasti, tidak ada kata mati untuk jurnalisme. Media cetak dan jurnalis sedang berjuang melawan takdirnya. Tidak ada yang tidak mungkin sepanjang bersemai kreativitas dan inovasi,” kata Direktur Pemberitaan Media Indonesia, Gaudensius Suhardi menjelaskan kepada mahasiswa pada Studium Generale ITB Rabu (6/4/2022). Ia menyampaikan topik terkait kondisi media cetak saat ini, baik tantangan yang dihadapi hingga perjuangan yang telah dilalui pelaku industri media cetak.
Dijelaskan Suhardi, fungsi dari pers telah diatur pada Pasal 3 Undang Undang No. 40 tahun 1999 tentang pers yang berbunyi, pers nasional mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial. Di samping fungsi-fungsi tersebut, pers nasional dapat berfungsi sebagai lembaga ekonomi. “Pers bukanlah bisnis biasa. Pers tidak dapat terpisahkan dari ekonomi dan politik, sekalipun sangat tergantung dengan teknologi yang terus menerus berubah,” ucapnya.
Ia juga menjelaskan bahwa jurnalisme memiliki makna beralihnya dari 5W + 1H menuju mencari makna berita dan menyajikan makna berita. Dunia Jurnalistik juga memiliki rambu-rambu yang berupa kode etik jurnalistik dan pedoman perilaku wartawan yang disusun perusahaan masing-masing. Pelaku jurnalisme juga harus memahami dimensi moral, etik, dan kemanusiaan.
Tantangan besar yang kini dihadapi oleh pers adalah pencarian makna. “Pencarian makna berita serta penyajian makna berita adalah hal yang kini semakin menjadi pekerjaan rumah dan tantangan bagi media untuk menyajikan berbagai informasi,” papar Suhardi. Seorang jurnalis juga harus bisa berpikir besar dan juga mencintai detail.
“Sederhananya, tugas dari seorang jurnalis adalah mencari fakta, lalu dipilihlah dan diinterpretasi, dilaporkan, lalu disampaikan kepada khalayak umum,” terang Gaudensius. Secara rinci, kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, serta data dan grafik dengan menggunakan media cetak dan media elektronik. Garis besarnya, jurnalisme berfungsi untuk mengolah fakta menjadi informasi.
Dari masa ke masa, bisnis pers selalu menghadapi tantangan akan persaingan yang sangat ketat. Mulai dari persaingan antarmedia, persaingan ketat antara bisnis dan redaksi, hingga persaingan memperoleh pembaca serta iklan. “Salah satu hal yang sangat penting untuk terus ditegakkan pada bisnis pers adalah pagar api. Pagar api membatasi kepentingan redaksi dengan bisnis. Hal ini sangat penting karena merawat jurnalisme adalah upaya membangun kepercayaan,” tegasnya.
Persaingan dan tantangan yang dihadapi industri media cetak kian bertambah ketika era teknologi digital datang. Sebagai contoh, lembaga riset Nielsen memaparkan bahwa persentase iklan yang dimuat di media cetak hanya sebesar 5.5%, kalah jauh dengan media cetak dan televisi. Hal ini menjadi salah satu bukti bahwa kemajuan teknologi digital telah melahirkan media baru yaitu media online dan media sosial. “Jika media cetak tidak mampu beradaptasi, media cetak akan berjalan menuju pemberhentian terakhir,” pungkas Gaudensius.
Untuk menghadapi era yang penuh tantangan dan persaingan untuk media cetak, Media Indonesia telah banyak berpengalaman dan beradaptasi dalam mengarungi era teknologi digital ini untuk bertahan dan maju. Media Indonesia melebarkan sayapnya dengan menyediakan berbagai bentuk media seperti media online, kanal digital, dan e-paper. Upaya lain yang juga dilakukan oleh Media Indonesia adalah membangun skoci bisnis yang masih relevan seperti media hubungan masyarakat, publishing, dan sekolah jurnalistik. “Tidak ada yang tidak mungkin sepanjang kita konsisten untuk beradaptasi,” pungkas Gaudensius.
Reporter : Yoel Enrico Meiliano (Teknik Pangan, 2020)