APMF-AMI-ITB SBM Luncheon Talk

Oleh

Editor

BANDUNG, itb.ac.id - Pada Sabtu (4/11), Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) ITB menjadi tuan rumah untuk acara jamuan yang diselenggarakan bersama oleh Asia Pasific Marketing Federation (APMF), Asosiasi Marketing Indonesia (AMI), dan SBM ITB. Bertempat di ruang Auditorium SBM, pada acara jamuan ini selain diresmikannya Hermawan Kartajaya Corner (HK Corner), juga diberikan kuliah tamu kepada para undangan. Pada kesempatan ini Dekan Nanyang Business School, Hooi Den Huan, juga hadir untuk berbagi sedikit tentang studi banding yang ia lakukan beberapa waktu lalu ke sekolah bisnis ternama, Harvard Business School. HK Corner adalah sebuah perpustakaan mini berisi satu set buku-buku mengenai marketing yang ditulis oleh Hermawan Kartajaya, CEO Markplus, Inc. Setelah peresmian HK Corner yang disumbangkannya, Hermawan Kartajaya kemudian membawakan kuliah tamu yang mengupas sebuah studi kasus tentang kisah hidup Jai Jaikumar, seorang profesor di Harvard Business School yang telah meninggal dunia. Sebelum mengajar di Harvard, Jai pernah mengalami kecelakaan fatal yang hampir merenggut nyawanya saat ia mendaki pegunungan Himalaya. Dari kasus yang telah diberikan, Hermawan Kertajaya memberikan kesimpulan kepada para undangan, bahwa dalam praktik marketing, ada 3 hal yang selalu saling bertautan, yakni ”knowledge”, ”skill”, dan ”attitude’. ”Untuk memiliki pengetahuan saja tidaklah cukup. Dalam praktiknya, seringkali keadaan menjadi sulit untuk dihadapi. Saat itulah dibutuhkan kemampuan nyata untuk dapat mengatasi permasalahan yang ada,” ungkapnya. Sedangkan Hooi Den Huan sendiri memaparkan kelebihan-kelebihan Harvard Business School yang beliau temui ketika melakukan kunjungan ke sana. ”Di Harvard, jumlah mahasiswa yang ada adalah sekitar 1000 mahasiswa, sedangkan jumlah profesor yang mengajar mereka adalah 234 orang. Jadi rasionya adalah 1 berbanding 5. Dengan demikian, para pengajar ini benar-benar dapat memfokusnya waktunya untuk mengajar. Mengenai materi ajaran sendiri, mereka menanganinya dengan sangat serius. Para profesor yang akan mengajar terlebih dahulu akan berdiskusi mengenai materi yang akan diberikan kepada para mahasiswa,” kisahnya. Hooi Den Huan mengungkapkan bahwa bagi Nanyang, Harvard Business School sendiri adalah panutan. ”Tetapi tentu saja tidak semua hal kami jiplak dari Harvard. Kami harus mengadaptasikannya.” SBM ITB sendiri tidak serta merta menjiplak sekolah-sekolah bisnis ternama di dunia. Dalam wawancara terdahulu dengan Wakil Dekan SBM, beliau menyatakan bahwa SBM mengkombinasikan karakter beberapa sekolah bisnis. Di antaranya Nanyang dan Harvard Business School.