AMI 2015: Bantu Wujudkan Mimpi Anak Indonesia tuk Mengenyam Pendidikan Tinggi

Oleh Nida Nurul Huda

Editor Nida Nurul Huda

BANDUNG, itb.ac.id-Sebagai dukungan penuh akan program pemerintah Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri 2015 (SNMPTN 2015), Keluarga Mahasiswa ITB (KM ITB) kembali menyelenggarakan acara Aku Masuk ITB 2015 (AMI 2015) dengan periode September 2014 - Mei 2015. Seperti acara tahun sebelumnya, AMI 2015 melibatkan lebih dari 1800 mahasiwa ITB yang mendatangi lebih dari 2000 siswa sekolah menengah atas di 34 provinsi  Indonesia.
AMI 2015 merupakan acara tahun ke tahun yang diselenggarakan oleh KM ITB bekerjasama dengan Rektorat dan Lembaga Kemahasiswaan ITB. Acara ini merupakan tahun k- 5 bagi AMI. AMI tahun ini bertemakan 'Sejuta Asa, Seluas Samudera, Satu Indonesia' yang berarti setiap anak Indonesia memiliki angan yang harus digapai walaupun angan-angan itu sangat jauh, seluas samudera, angan-angan tersebut digapai tak lain untuk mewujudkan kesatuan Indonesia. Tujuan AMI sendiri memiliki dua poin utama dalam keberjalanan acaranya, yaitu menanamkan pentingnya melanjutkan pendidikan tinggi dan menghilangkan segala prasangka terkait keeksklusifan kampus ITB.

Tim Diseminasi Khusus, Pejuang AMI untuk Daerah

Sama seperti rangkaian acara sebelumnya, AMI masih memiliki berbagai program unggulan dalam mengibarkan motivasi anak-anak Indonesia. Program-program tersebut antara lain Media AMI, Paras Indonesia, ITB Goes To School dan Diseminasi Khusus, Diseminasi Media, ITB Day, Jarkomania, dan Catatan Diseminasi Satu Indonesia. Program-program tersebut dilakukan dengan cara langsung ataupun via sosial media dan jaringan komunikasi lainnya.

Salah satu program yang menarik dan baru di AMI 2015 adalah Diseminasi Khusus. Diseminasi khusus adalah tim yang dibentuk untuk membawakan motivasi dan  informasi ke propinsi yang belum bisa dijangkau oleh mahasiswa ITB. Motivasi yang dibawah adalah motivasi pentingnya pendidikan tinggi. Informasi yang dibawah tentang kesempatan melanjutkan studi ke pendidikan tinggi, di ITB khususnya. Terdapat 9 provinsi yang didatangi oleh AMI dengan berbagai tim, Tim Bintang Borneo untuk Kalimantan Tengah dan Kalimantan Utara, Tim Beta Ganesha untuk Maluku dan Maluku Utara, perwakilan putra daerah untuk Papua, Papua Barat, dan NTB, lalu untuk Sulawesi Barat dan Gorontalo langsung ditangani oleh ketua AMI 2015 yaitu Munawir Bintang Pratama (Teknik Kelautan 2012), yang juga merupakan putra daerah untuk provinsi Sulawesi Selatan.

Berbagai kisah tertuang dalam tim diseminasi khusus, pernak-pernik pengalaman mengiri perjalanan yang punya kesan dan pesan tersendiri. Berbagai hambatan harus dilalui tim ini seperti tidak tahu kondisi di lapangan, akomodasi, sampai bahasa daerah. "Target kami untuk tim ini 10 sekolah per provinsi. Banyak cerita baik kondisi yang lebih tepatnya mengharukan. Contoh, ada salah satu SMA di Palangkaraya yang siswa kelas tiganya hanya berjumlah 12 orang, padahal sekolah ini termasuk sekolah unggulan," cerita Munawir. Kedatangan tim ini juga disambut baik oleh masyarakat sekitar. Sesampai di Ambon, apa yang dibawa oleh Tim Beta Ganesha diliput oleh media massa daerah dan nasional.

Datang dan Kembali ke Daerah

Kenyataan bahwa tidak semua anak Indonesia bisa atau ingin melanjutkan pendidikan tinggi ternyata masih perlu ditingkatkan, khususnya daerah-daerah di luar Pulau Jawa. Menurut Munawir, dari hasil kunjungan Diseminasi Khusus yaitu masih banyak anak SMA/MA/SMK yang belum melanjutkan studi karena kurangnya info mengenai perguruan tinggi, pandangan bahwa kuliah bukan kebutuhan primer dan mahal bahkan terkesan membuang-buang uang  juga sering dijadikan alasan untuk tidak melanjutkan studi, dan juga distribusi informasi terkait perguruan tinggi yang dipahami oleh tenaga pendidik di daerah juga belum merata.

Poin penting yang ingin dibawa oleh AMI 2015 sebetulnya adalah bagaimana menjual mimpi pada anak-anak Indonesia, bahwa melanjutkan pendidikan tinggi itu penting, dimanapun universitasnya tidak harus di ITB. Dengan terselenggaranya AMI,  adanya harapan bahwa putra daerah yang telah berkuliah, setelah lulus dapat kembali dan membangun daerahnya.  "Pendidikan tinggi bukanlah hal yang elit, tapi pendidikan tinggi adalah investasi masa depan seseorang untuk negara. Investasi tersebut dapat dimulai dari pembangunan daerah oleh putra daerahnya masing-masing. Disinilah peran AMI, menjual mimpi anak Indonesia," tutup Munawir.