Arkansyah Farras Setiawan, Alumni Arsitektur ITB Raih First Place pada Kompetisi Internasional FuturArc Prize 2024
Oleh Mely Anggrini - Mahasiswa Meterologi 2022
Editor Anggun Nindita
BANDUNG, itb.ac.id – Salah satu alumni program studi Arsitektur Institut Teknologi Bandung (ITB), Arkansyah Farras Setiawan, berhasil meraih first place pada sayembara internasional FuturArc Prize 2024.
FuturArc adalah kompetisi internasional terkait green architecture dengan wilayah cakupan Asia Pasifik. Kompetisi ini diselenggarakan oleh sebuah magazine sejak tahun 2008 dan mengharuskan peserta mencari tanggapan dan solusi desain dari sebuah problem yang berkaitan dengan green architecture hingga climate change.
Pada tahun 2024, tema yang diusung untuk kompetisi ini adalah Architecture for Life After, yang meminta arsitektur merespons segala kondisi yang berada di fase akhir dari sebuah sistem. Kompetisi yang diselenggarakan pada tahun ini cukup unik dengan mengusung dua sub tema, yaitu hydro-meteorogical dan endings atau fase akhir.
Sebelum mengikuti kompetisi ini, Arkan sendiri telah memiliki banyak pengalaman dalam mengikuti kompetisi arsitektur lainnya. Salah satu kompetisi lain yang pernah ia geluti adalah Designing Resilience Indonesia yang diselenggarakan oleh National University of Singapore dan membahas mengenai resiliensi terhadap kebencanaan dalam skala kota.
“Saya kemarin akhirnya memilih topik untuk FuturArc sendiri adalah endings, instead of climate destruction, karena untuk climate destruction sudah pernah saya lakukan saat studi. Jadi saya mau mencoba untuk submit proposal yang berbeda dari sebelumnya,” ujarnya pada Jumat (14/6/2024)
Melalui Term of Reference (TOR) perlombaan, Arkan menjelaskan bahwa proposal yang diinginkan untuk sub tema endings secara spesifik adalah melakukan desain terhadap lahan pemakaman. Akan tetapi, terdapat klausul tambahan, di mana peserta diperbolehkan untuk tidak mendesain lahan pemakaman, namun peserta harus mencari isu yang terkait dengan endings dari berbagai macam hal. Isu yang dapat diangkat antara lain dari hubungan antar manusia, ekosistem, hingga flora dan fauna.
Arkan melakukan analisis dan mengembangkan suatu ide baru untuk menciptakan hal unik pada proposalnya. Ia menjelaskan bahwa salah satu endings yang lekat dengan manusia dan memiliki problematika yang lebih tinggi daripada kematian adalah sampah.
“Sampah ini meskipun bisa ‘disepelekan’, ternyata dia itu bisa berkontribusi buruk tidak hanya terhadap lingkungan, tetapi juga manusia. Bahkan kemarin ada berita yang menyebutkan bahwa TPA terbesar di Kota Tangerang, Banten, terbakar selama 7 (tujuh) hari nonstop. Itu adalah salah satu rekor tertinggi jika dibandingkan dengan kebakaran-kebakaran yang terjadi di beberapa tahun sebelumnya dan dapat menjadi bom waktu,” lanjut Arkan.
Arkan turut menyebut bahwa apabila kapasitas Tempat Pembuangan Akhir (TPA) semakin penuh dari tahun ke tahun, tentunya akan menjadi penyebab dari climate change, salah satunya climate boiling era pada saat ini. Hal inilah yang menjadi dasar dari topik proposal yang ia pilih.
Melalui keresahan tersebut, Arkan mengajukan beberapa strategi desain, pertama adalah fasilitas Waste Treatment Park yang dapat mengolah berbagai macam jenis sampah di dalam satu tempat dan terintegrasi. Harapan yang Arkan miliki ketika program ini berlangsung, kapasitas dari TPA Rawa Kucing dapat tertahan untuk sementara waktu.
Meski secara nyata akan terisi dengan hasil-hasil produksi dan manufaktur yang ada di Waste Treatment Park, tetapi material-material yang selebihnya dianggap sampah dapat memiliki value baru untuk dijual menjadi barang-barang yang lebih bermanfaat. Baik barang jadi maupun setengah jadi ke manufaktur-manufaktur lain di Kota Tangerang.
Tidak sampai di situ saja, Arkan memiliki pemikiran maju ke depan untuk mempertanyakan bahwa apakah fasilitas yang canggih, hebat, dan mutakhir dapat berjalan optimal dengan behavior masyarakat Indonesia? Mengingat kebiasaan masyarakar yang kerap membuang sampah sembarangan, membakar sampah, melakukan konsumsi berlebihan, hingga menggunakan single-use packaging?
“Akhirnya saya berpikir, kalau begitu kita perlu sesuatu yang menarik untuk masyarakat agar mereka mau ikut berkontribusi di dalam pengelolaan sampah kota. Hingga ditemukan salah satu strategi yang sekarang secara majority itu sedang menarik, yaitu gamifikasi,” ujar Arkan.
Arkan menjelaskan bahwa gamifikasi adalah salah satu strategi untuk menggunakan tools-tools pada sebuah game yang dituangkan dalam sebuah bidang maupun solusi desain yang tidak memiliki hubungan dengan game.
Gamifikasi memberikan suatu lonjakan baru bagi goals sebuah solusi desain. Oleh karena itu, Arkan menghasilkan projek bernama Ouroboros dengan menggunakan game sebagai platform yang lebih menarik dalam menjangkau masyarakat untuk turut melakukan pemilahan sampah, menyimpan sampah sebelum dibuang, hingga mengolah sampah kembali. Hal ini menghasilkan dampak baik, berupa jangka hidup dari sampah menjadi lebih lama.
“Jadi sebelum dia jatuh ke landfill atau TPA, sampah punya jangka hidup yang lebih panjang. Saya mencoba secara general untuk approach hal yang tidak biasa di arsitektur tapi bisa digunakan untuk kepentingan masyarakat,” kata Arkan.
Arkan mengaku bahwa waktu yang ia gunakan untuk menyelesaikan projek kompetisi ini adalah 5 bulan, bahkan ia memerlukan waktu lebih 1 bulan untuk memilih topik proyek yang telah ia hasilkan saat ini.
“Benar-benar harus menentukan matang-matang strategi apa yang bisa membuat proposal saya dilihat oleh dewan juri. Saya juga memastikan kualitas daripada proposalnya, bukan hanya secara konseptual bagus dan unik, tetapi secara visual benar-benar berbeda dari yang lain,” lanjut Arkan.
Selain menghasilkan karya yang unik, projek yang Arkan hasilkan pada perlombaan ini sangat berguna, karena akan dikembangkan kembali sebagai personal research. Arkan berencana mengembangkan beberapa hal pada project-nya, terutama bagian gamifikasi melalui kesibukan yang ia sedang geluti pada pelatihan Google x Unity (salah satu game engine), untuk bisa memastikan apakah tesis yang ia buat sebelumnya berhasil atau tidak.
Reporter : Mely Anggrini (Meteorologi, 2022)