Automatic Generation Control, Teknologi Baru pada PLTGU
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac,id – Transisi energi pada sektor industri menuju energi yang berkelanjutan dan terbarukan sudah mulai meningkat di berbagai negara, tak terkecuali Indonesia. Berbagai sumber dan teknologi untuk penciptaan energi terbarukan mulai banyak tercipta dan teraplikasikan mulai dari tenaga yang bersumber dari air, udara, sinar matahari, panas bumi, hingga gas uap.
Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) menjadi salah satu pembangkit energi terbarukan yang sedang dikembangkan dan diimplementasikan oleh Indonesia. Terlebih lagi, kini telah tercipta teknologi automatic generation control untuk PLTGU.
Melalui Knowledge Sharing Badan Kejuruan Teknik Fisika Persatuan Insinyur Indonesia pada Rabu (13/7/2022), Ahli Muda, Pemeliharaan Instrumentasi dan Kontrol, PT Indonesia Power, Rizky Andri Nurachman, S.T., yang juga merupakan alumni Teknik Fisika ITB memaparkan bahasan tentang “Implementasi Kontrol Generasi Otomatis untuk Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap”.
Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) adalah gabungan antara PLTG dengan PLTU, di mana panas dari gas buang dari PLTG digunakan untuk menghasilkan uap yang digunakan sebagai fluida kerja di PLTU. Salah satu PLTGU yang dimiliki Indonesia Power berlokasi di Semarang, Jawa Tengah.
Dalam penggunaan PLTGU, kini telah terdapat salah satu teknologi baru yaitu Automatic Generation Control (AGC). AGC berfungsi sebagai sistem yang mengatur output daya dari beberapa generator di pembangkit listrik yang berbeda dalam menanggapi perubahan beban. Karena jaringan listrik membutuhkan pembangkitan dan beban yang seimbang dari waktu ke waktu, penyesuaian yang sering pada output generator diperlukan. Keseimbangan dapat dinilai dengan mengukur frekuensi sistem.
“Dasar dari implementasi AGC pada PLTGU adalah Peraturan Menteri ESDM No.20 tahun 2020. Salah satu syarat dari pengimplementasian AGC pada PLTGU adalah daya dari PLTGU harus lebih dari 20 MW,” ungkap Andri.
“Pengimplementasian AGC pada PLTGU tentunya menciptakan berbagai dampak positif. Mulai dari meningkatnya akurasi respons pembangkit karena order yang dikirimkan oleh JCC berupa besaran MW. Selain itu, AGC juga lebih aman untuk pembangkit karena limit low/high operation pembangkit menjadi salah satu masukan logic pembangkit yang akan membuat AGC ter-suspended secara otomatis ketika terjadi dispatch diluar range tersebut,” papar Andri.
Selain memberikan manfaat dari sisi safety dan optimasi, AGC juga memberikan manfaat ekonomis terhadap produksi energi pada PLTGU. Dengan AGC, unit pembangkit memiliki biaya yang berbeda untuk menghasilkan satu unit energi listrik, dan menimbulkan biaya yang berbeda untuk kerugian dalam mentransmisikan energi ke beban. Algoritma pengiriman ekonomis akan berjalan setiap beberapa menit untuk memilih kombinasi titik setel daya unit pembangkit yang meminimalkan biaya keseluruhan, patuh secara otomatis pada batasan pembatasan transmisi atau keamanan sistem terhadap kegagalan.
Reporter: Yoel Enrico Meiliano (Teknik Pangan, 2020)