Luar Biasa, Mahasiswa ITB Sabet Juara 1 Kontes Internasional di IFAC 2018
Oleh Fivien Nur Savitri, ST, MT
Editor Fivien Nur Savitri, ST, MT
Bandung, itb.ac.id - Hampir setiap peralatan yang kita gunakan saat ini memiliki sistem kendali. Pernahkan kita membayangkan bagaimana menjalankan kendaraan bermotor tanpa pengendali atau pengontrol mesin? Tentu membutuhkan keahlian khusus, seperti halnya kusir yang memiliki keahlian mengendalikan laju kereta kuda.
Di zaman modern, kendali tidak lagi dilakukan secara manual. Sistem kendali menggabungkan ilmu pengetahuan, matematika dan teknik di berbagai bidang, yang saat ini berkembang semakin pesat setelah memasuki era industri ke-4. Dukungan teknologi komputer, kecerdasan buatan, dan teknologi nirjarak internet of things, menjadikannya semakin nyata teknologi berkendara tanpa campur tangan manusia sebagai pengemudi.
Kontes IFAC, Menjaring Ilmuwan-Ilmuwan Muda Seluruh Dunia
Menjaring ilmuwan-ilmuwan muda perorangan, kelompok-kelompok riset di perguruan tinggi dan korporasi di seluruh dunia, IFAC (The International Federation of Automatic Control) mewadahi pertemuan para ilmuwan di seluruh dunia untuk memperkenalkan ide-idenya dan berbagi masalah uji teknis di sistem kendali otomatis. “Meski telah banyak pengembangan saintifik yang dilakukan pada dekade 1950-an, hasil teknis yang dibagikan secara global masih relatif sedikit, terutama antar negara,” ujar Stephen Kahne dikutip dari laman The International Federation of Automatic Control (IFAC) yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Humas ITB.
IFAC, merupakan organisasi internasional kendali otomatik tertua yang dibentuk pada tahun 1957. Pada mulanya, organisasi ini bertujuan menjembatani antar area teknis riset dengan pengembangan sistem kendali wahana transportasi, seperti halnya pesawat tempur dalam bidang tembakan, pemboman secara presisi, dan analisis trayektori yang distimulasi dari kebutuhan perang di zaman itu.
Tiap tahun, IFAC menggelar konferensi internasional dan diikuti oleh banyak delegasi dari berbagai negara di dunia. Frank Allgower, Presiden IFAC periode 2017 - 2020 menyampaikan kembali tujuan organisasi tersebut. “Tujuan utama IFAC untuk melayani semua yang terkait teori dan penerapan kendali otomatis, dan rekayasa sistem dimanapun berada,” ujarnya dikutip dari laman IFAC. Organisasi ini mempromosikan sains dan teknologi sistem, dan kendali otomatis dalam berbagai sistem, mulai dari teknik, biologi, sosial, hingga sistem ekonomi, dengan tetap mempertahankan tingkat teknis tertinggi keunggulan sainsnya.
Mahasiswa ITB Sabet Juara Satu Contest Tuning PID IFAC 2018
Rasa bahagia dan bangga menyelimuti civitas akademika ITB. Bobby Anditio, Mahasiswa Teknik Fisika ITB (Institut Teknologi Bandung) berhasil menyabet Juara 1 pada "PID Tuning Contest on The 3rd IFAC Conference on Advances in Proportional Integral-Derivative (PID) Control" yang diadakan di Ghent, Belgia pada tanggal 9 - 11 Mei 2018.
Sebenarnya keberangkatan Boby ke Belgia bukan dalam rangka mengikuti kompetisi. “Awalnya saya, Angela dan Prof Yul Yunazwin mengikuti konferensi di Belgia untuk mempresentasikan publikasi ilmiah kami yang berjudul ‘PSO Based PID Controller for Quadrotor with Virtual Sensor’ ,“ ungkap Boby. Paper yang dipresentasikan oleh Angela Dian Andrini itu merupakan satu-satunya paper dari Indonesia dari sekitar 165 paper dari 35 negara yang diterima di 3rd IFAC Conference on Advances in PID Control
“Lalu kebetulan diadakan kompetisi untuk melakukan simulasi tuning PID dari sebuah plant yang nyata. Saya mencoba mengikuti kompetisi tersebut, hitung-hitung menerapkan pelajaran yang telah kami terima di Teknik Fisika ITB,” ujar Boby. Pada waktu kompetisi dirinya mengaku hanya diperbolehkan untuk melakukan trial and error selama 5 menit. “Tingkat kesulitannya tinggi karena sifatnya non linier. Berkat ilmu yang telah diajarkan kepada kami di perkuliahan, kami dapat melakukan tuning pengontrol PID dengan baik dan mendapatkan hasil dengan error yang paling kecil dibandingan dengan peserta lainnya,” ujar Boby bahagia.
Kompetisi tentang Penalaan Pengontrol PID ini diikuti oleh 70 peserta dari berbagai negara di dunia. Peringkat kedua dicapai oleh Merigo Luca, dari Brescia University, Italia. Sedangkan peringkat ketiga diraih oleh Oscar Briones, Conceptions University, Chile.
PID merupakan algoritma pengendali standar yang biasa digunakan industri untuk berbagai macam keperluan seperti proses kendali, robotik, wahana transportasi seperti halnya pesawat terbang dan lain-lain. Terdiri dari tiga komponen yaitu Proportional, Integral, dan Derivatif, sistem yang dikompetisikan ini merupakan simulasi dari keadaan realnya.
Boby diketahui memenangkan kompetisi tuning PID karena menghasilkan error terendah, 745, sedangkan Luca dan Briones, berturut-turut menghasilkan error sebesar 886 dan 949. “Semakin kecil errornya, berarti semakin baik proses tuningnya. Plant skor hasil tuning yang sudah dipatenkan oleh penyelenggara sebesar 660,” ungkap Boby ke reporter humas ITB.