Belajar Pola Pikir Organik dalam Kuliah Tamu Prodi Rekayasa Hayati x FAM Organic

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id—Pertumbuhan populasi global yang kian pesat diperkirakan akan mencapai jumlah 10 miliar orang di tahun 2050. Menurut Soeparwas Soeleman, pendiri FAM Organic, isu pangan akan menjadi tantangan utama yang tidak dapat teratasi apabila teknologi produktivitas pertanian belum tersedia.

Melalui kuliah tamu BE4106 Kapita Selekta Bioindustri, ia menjelaskan bahwa bisnis pertanian organik yang digelutinya saat ini berfokus pada visi “healthy people and happy environment for happy living”. Dalam pengembangannya, Soeparwas menguraikan bahwa FAM Organic terinspirasi oleh ekosistem alami yang dibentuk atas komponen abiotik dan biotik.

“Kedua komponen tersebut dihubungkan oleh siklus energi dan nutrisi yang membentuk keanekaragaman hayati. Apabila tidak ada perubahan-perubahan eksternal dan internal, keseimbangan ekosistem tidak akan terganggu,” ucapnya untuk memulai sesi pemaparan pada Senin (19/9/2022). Konsep FAMOGROW yang diciptakan oleh FAM Organic berpusat pada paradigma pertanian organik dengan pola pikir organik, bukan kimia. Oleh karena itu, yang menjadi fokus adalah kesehatan tanah, pengaplikasian kompos untuk tanah, dan pembentukan ekosistem yang produktif.

*Suasana perkuliahan. Foto: Sekar

Soeparwas mengungkapkan fakta bahwa sebenarnya, kompos hanya terdiri atas 5% nutrisi, sedangkan sisanya disebut bahan organik stabil yang baik bagi perkembangan mikroba. “Mikroba akan menjadi mata rantai awal di siklus penguraian dan hal ini tidak bisa kita temukan jika memakai pupuk kimiawi,” katanya. Selain itu, penggunaan pestisida yang organik juga bersifat slow impact.

Ekosistem yang produktif pada dasarnya berfokus pada 5 poin, yaitu kompos untuk tanah, rotasi tanah, rotasi tanaman, kompanion tanaman, serta biodiversifikasi. Lahan yang digarap Fam Organic ditanami beberapa jenis tanaman yang bersifat sebagai repelen hama, atraktan, pohon berkayu, dan tanaman liar untuk menjaga keteraturan ekosistem. Alhasil, sayuran tidak perlu disemprotkan pestisida atau pupuk cair sehingga rasa aslinya pun terjaga dari materi eksternal.

Selain itu, Soeparwas juga mengorganisasikan pembudidayaan tanaman menggunakan aplikasi FAMOGROW sebagai upaya monitoring. Pada pemaparannya, ia menampilkan tabel-tabel rapi yang mencatat waktu-waktu tanam, panen, serta kebutuhan lainnya menggunakan sistem address. “Cara ini mempermudah pekerjaan kami karena petak-petak sayur terletak cukup berpencar dan beragam,” ucapnya.

Prinsip lainnya yang turut junjung tinggi oleh FAM Organic adalah etika dan kompetensi untuk menghasilkan produk-produk premium yang alami, sehat, serta ramah lingkungan. Terlebih, sifat jujur menjadi poros utama dalam menjalankan bisnis pertanian organik karena menyasar segmentasi pasar yang ingin meningkatkan kualitas hidupnya. Dalam kesempatan ini, ia memperkenalkan diversifikasi komoditas yang dijualnya, yaitu produk fresh, peralatan berkebun, makanan, dan jasa.

“Harapannya, FAM Organic juga bisa membawa Indonesia menuju masyarakat dan lingkungan yang lebih sehat,” pungkasnya menutup kuliah tamu.

Reporter: Sekar Dianwidi Bisowarno (Rekayasa Hayati, 2019)

Foto: Sumber Freepik