Berdayakan Perajin Sandal Cibaduyut, Tim ITB Juara STKS Sociopreneurship Competition 2018

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana

*Foto: Akbar Selamat


BANDUNG, itb.ac.id -- Tim mahasiswa Institut Teknologi Bandung meraih juara 1 dan juara 3 dalam ajang STKS Sociopreneurship Competition yang diselenggarakan Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung, pada 17 November 2018. Lomba tersebut digelar dalam rangka memperingati Dies Natalis STKS ke-54 dengan tema yang diangkat yakni "Kontribusi Sociopreneur Muda untuk Kesejahteraan Bangsa."


Pada ajang tersebut ITB mengirimkan dua tim. Juara 1 diraih oleh tim yang terdiri dari Akbar Selamat (Manajemen 2020), Gabriella Hartono (Matematika 2016), dan Azka Zakiyyatuddin (Fisika 2015) yang membuat sebuah model bisnis bernama Padi Kapas singkatan dari Pasar Digital untuk Masyarakat Pra Sejahtera dengan memberdayakan perajin sandal Cibaduyut. Sedangkan Juara Tiga diraih oleh Tim yang terdiri dari Kiko Mei Kristi (Manajemen 2020), Gopala Arcana (Manajemen 2020) dan Novi (Kewirausahaan 2020) mereka menarik perhatian juri dengan model bisnis wisata untuk daerah 3T berbasiskan aplikasi. 

Proses tim sampai menjadi juara tidaklah mudah. Mereka pertama harus pengirimkan business model canvas dan pembuatan video yang diunggah ke Youtube. Kemudian 10 tim dinyatakan lolos ke babak final yang terdiri atas dua tim dari Institut Teknologi Bandung, dua tim dari Institut Pertanian Bogor, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Institut Teknologi Sepuluh November, Sekolah Tinggi Hukum Bandung, Universitas Padjadjaran, Telkom University, dan tuan rumah yaitu STKS Bandung.

Pada babak final, kesepuluh tim ini mempresentasikan bisnis model canvas yang telah mereka rancang di hadapan dewan juri. Tak lupa setiap tim juga menyampaikan tentang dampak sosial dari model bisnis yang mereka lakukan. Karena salah satu fokus utama dalam kompetisi ini adalah kontribusi mereka dalam menyejahterakan masyarakat melalui bisnis yang dibangun.

Gabriella Hartono dan kawan-kawannya berhasil menggaet perhatian para juri berkat model bisnis mereka yang berjudul Padi Kapas Project, di mana mereka memberdayakan perajin sandal Cibaduyut agar dapat memasarkan produknya ke pasar digital. Terbukti, hal ini berhasil meningkatkan pemasukan yang diterima Nandang, seorang perajin sandal Cibaduyut, yang mereka berdayakan hingga mencapai 500%.

Nandang mempunyai keterbatasan dalam finansial, ide, dan akses terhadap pasar. Maka tim tersebut hadir untuk memfasilitasi itu semua. Tim mendapatkan investasi dari Paragon Indonesian Leaders untuk menyelesaikan permasalahan soal finansial. Kemudian perajin tersebut diberi informasi dan insight tentang produk sandal yang sedang laku di pasaran anak muda saat ini. Juga masuk ke pasar digital sebagai bentuk pemasaran produk barunya, karena anak muda banyaknya berbelanja secara daring.

"Kami sangat berharap, apa yang kami lakukan ini dapat benar benar membantu Pak Nandang dan keluarganya dalam memproduksi sandal dari Cibaduyut, kemudian memasarkannya di pasar digital seperti instagram," ucap Gabriella yang lebih akrab disapa Lala.

Sedangkan Kiko Mei Kristi dan timnya berhasil memanfaatkan potensi alam Indonesia melalui destinasi wisata berbasiskan aplikasi agar lebih dikenal dunia sembari meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah 3T: Terluar, Terdepan, dan Tertinggal.

"Semoga model bisnis yang kami bertiga desain ini dapat kami eksekusi di masa mendatang dan menjadi manfaat bagi masyarakat di daerah 3T," ucap Kiko ketika ditanya harapannya setelah mengikuti kompetisi ini.

Reporter: Moch. Akbar Selamat