Mengkaji Program Kang Pisman dan Urban Farming di Masa AKB
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id–Kelompok Keilmuan Sains dan Bioteknologi Tumbuhan, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB mengadakan Webinar Lecture Series #1 pada Jumat (3/7/2020) dengan tema Program Kang Pisman dan Urban Farming dalam Membantu Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) di Kota Bandung. Seperti diketahui, saat ini Jawa Barat tengah melaksanakan AKB setelah PSBB beberapa waktu lalu.
Webinar tersebut menghadirkan dua pembicara yaitu Ir. Gin Gin Ginanjar, M.Eng., sebagai Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kota Bandung dan Gun Gun Saptari Hidayat, S.T. sebagai Pjs. Dirut PD Kebersihan Kota Bandung.
Namun sebelumnya, acara tersebut dibuka terlebih dahulu oleh Wali Kota Bandung Oded M. Danial dan dilanjutkan sambutan oleh Dekan SITH-ITB, Dr. Endah Sulistyawati. “ITB berada di Bandung, sudah sepantasnya kita mendukung program-program pemerintah dan ke depannya ITB dapat lebih banyak membantu Pemkot Bandung,” jelas Dr. Endah.
Ir. Gin Gin Ginanjar, M.Eng. memulai pembahasan webinar tersebut mengenai urban farming. Kota Bandung menurutnya merupakan kota konsumen, sehingga sangat sedikit lahan pertanian yang tersedia. Sementara itu, sawah seluas kurang lebih 400 hektar dimiliki oleh perseorangan sehingga pemerintah tidak memiliki kekuasaan terhadap hal tersebut. “Pemerintah Bandung juga memiliki 22 hektar sawah abadi yang dikelola langsung oleh pemerintah Bandung, namun masih belum bisa diharapkan untuk ketahanan pangan,” jelasnya.
Ia melanjutkan, ketersediaan pangan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu produksi domestik, stok, dan proses keluar masuk pangan. Karena Bandung bukan daerah produsen, maka hampir 96?han pangan masuk dari luar daerah Bandung. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya kerawanan pangan. Oleh sebab itu, untuk mencegah hal tersebut, pemerintah dan warga harus membangun suatu ketahanan pangan dengan mengembangkan perkebunan perkotaan (urban farming).
“Urban farming yang sekarang dikembangkan masih terbatas pada jenis sayuran dan diharapkan dapat menghasilkan produk pangan yang bernilai gizi, bisa menjadi solusi permasalahan stunting, dan dapat mengendalikan inflasi,” kata Ir. Gin Gin Ginanjar.
Pemateri kedua Gun Gun Saptari Hidayat, S.T. menyampaikan mengenai perubahan pola pikir dari pengolahan sampah secara sentralisasi menjadi desentralisasi dengan program Kang Pisman (Kurangi, Pisahkan, Manfaatkan).
Sampah dipisahkan menjadi tiga golongan yaitu organik (sisa makanan/tumbuhan), anorganik, dan residu (sampah lainnya). Beberapa metode yang digunakan dalam program Kang Pisman tersebut yakni metode lubang (resapan biopori), metode pipa (Loseda: Lodong Sesa Dapur), metode komposter, wasima (wadah sisa makanan), biodigester, dan lain-lain.
Pemisahan sampah dilakukan selain untuk mengurangi sampah yang terbuang di TPS juga menghindari bau busuk akibat pencampuran sampah organik dengan tipe sampah lainnya. Dengan pemisahan ini diharapkan hanya sampah residu saja yang dibuang ke TPS.
“Sampah ini merupakan tanggung jawab kita semua, tidak mungkin semuanya dikembalikan ke pemerintah, terlebih anggaran terbatas dikarenakan COVID-19. Perlu kalaborasi antara pemerintah dan juga masyarakat dalam menghadapi hal tersebut,” tandasnya.
*Webinar Program Kang Pisman dan Urban Farming dalam Membantu Adaptasi Kebiasaan Baru di Kota Bandung dapat disaksikan ulang melalui kanal YouTube SITH ITB Official atau tautan berikut: https://www.youtube.com/watch?v=wPkFQtBHt4w
Reporter: Ahyar (Teknik Metalurgi, 2018)