Berkarya dengan Ground Control Station, Mahasiswa ITB Juara 2 Nasional KRTI 2023

Oleh Anggun Nindita

Editor Anggun Nindita

BANDUNG, itb.ac.id — Tim Catra Danadyaksa dari unit kegiatan mahasiswa Aksantara Institut Teknologi Bandung (ITB), yang menggeluti penelitian dan pengembangan Unmanned Aerial Vehicle (UAV), menjadi juara 2 Kontes Robot Terbang Indonesia (KRTI) Nasional Tahun 2023 kategori Technology Development (Ground Control Station).

KRTI 2023 digelar oleh Balai Pengembangan Talenta Indonesia, Pusat Prestasi Nasional, Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Kontes ini dilaksanakan secara bauran. Daring untuk seleksi wilayah dan luring untuk pelaksanaan final. Penyelenggaraan final dilaksanakan di Pangkalan Udara TNI AU Pangeran M. Bun Yamin, Lampung (22-27/10/2023).

Ground Control Station (GCS) atau dikenal dengan stasiun pemantauan merupakan sistem kendali di darat yang menghubungkan antara manusia dengan wahana. GCS memiliki peranan vital untuk mengontrol kendaraan nirawak di udara dengan fasilitas yang dimilikinya.

“Pengembangan yang kami lakukan pada KRTI tahun ini meliputi sistem aplikasi GCS, tracker, dan antena. Aplikasinya digunakan sebagai pusat kontrol dan tracker untuk melacak drone. Bisa dibilang, tracker ini akan terus mengikuti pergerakan drone. Sementara antena difungsikan untuk memperlancar komunikasi, seperti memberi perintah atau mendapatkan data flight dari drone,” tutur ketua tim, Sigit Adriansyah.

Aplikasi GCS yang dikembangkan berbasis web application yang dirancang dapat memberikan misi auto dan menyediakan opsi mode flight auto, loiter, manual, dan precision landing. Selain itu, terdapat voice activation yang bisa memberikan perintah lewat suara untuk take-off, landing, maupun start. Data flight, seperti lintang, bujur, dan ketinggian dari permukaan tanah juga dapat diperoleh melalui voice activation.

   

Mahasiswa Teknik Mesin 2021 itu menambahkan, GCS tersebut dilengkapi docking station dengan teknologi wireless charging. Docking station adalah stasiun pendaratan bagi drone yang bisa mengisi daya tanpa menggunakan koneksi fisik atau kabel.

Kekuatan utama dari GCS ini terdapat pada antenanya. “Proses manufakturnya sederhana dan cepat, bahan bakunya juga umum dijumpai, yakni menggunakan plat alumunium yang dipotong menggunakan lasercut. Jadi, antena ini memiliki potensi besar untuk diproduksi secara masif,” ungkap salah seorang anggota tim, Rafa Nanda Akilah (Astronomi, 2021).

Tim Catra Danadyaksa merupakan 1 dari 7 tim yang dikirimkan Aksantara ITB pada KRTI 2023. Proses trial and error berlangsung selama 5 bulan untuk mematangkan konsep dan uji coba. Kemenangan ini tak luput dari peran Ahmad Izzuddin, S.T., M.T., dosen Teknik Telekomunikasi selaku pembimbing.

   

Sigit menceritakan kendala yang dihadapi saat perlombaan. “Kami diberikan waktu demonstrasi 20 menit, namun kami hanya memakan waktu 7 menit karena di sana tidak ada sinyal. Kami harus memutar otak selama 13 menit agar GCS bisa terhubung satu sama lain. Kondisi angin yang kencang pada saat itu juga berpengaruh terhadap performa drone saat terbang,” ujarnya.

“Tim ini mempunyai cakupan keunikan inovasi yang luas untuk dijelajahi dan dikembangkan. Kekompakan harus terus dibangun dengan sering berkumpul dan bekerja bersama. Kepedulian dan inisiatif sesama anggota menjadi kunci keberhasilan tim. Saat ini kami menggunakan drone tipe quadcopter, semoga tahun depan bisa mencoba tipe fixed-wing dan aplikasi GCS yang dirancang dapat mengakomodasi wahana dengan tipe quadcopter maupun fixed-wing,” katanya saat diwawancara (15/10/2023).

Reporter: Maharani Rachmawati Purnomo (Oseanografi, 2020)

Editor: M. Naufal Hafizh