Berkenalan Lebih Dekat dengan Virus Corona dan Wabahnya
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id – Virus corona merupakan salah satu “ancaman” saat ini karena telah mewabah hampir di seluruh dunia. Virus ini mengakibatkan gangguan saluran pernapasan pada manusia dan masih belum ditemukan vaksinnya. Untuk mengenal lebih detail dan selayang pandang terkait wabah virus corona, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB mengadakan serial webinar pertama yang dipaparkan oleh Dr. Dea Indriani Astuti dan Dr. Intan Taufik selaku dosen dari Kelompok Keahlian Bioteknologi Mikroba pada Senin (22/6/2020) lalu secara daring.
Virus merupakan materi genetik yang diselubungi oleh lapisan protein atau disebut kapsid dan hidup pada sel inang. Berdasarkan definisi tersebut, virus dikategorikan bukan termasuk makhluk hidup. Adapun ciri-ciri virus, yaitu: 1) Tidak dapat melakukan metabolisme sendiri, 2) Tidak dapat melakukan replikasi tanpa sel inang, 3) Tidak tumbuh, dan 4) Tidak merespons lingkungannya.
Pada webinar ini, Dea mengajak peserta untuk mengetahui lebih detail terkait virus dengan judul presentasi “Berkenalan dengan Virus”. Virus memiliki karakteristik di antaranya berukuran sangat kecil, bersifat parasit intraseluler obligat (menempel pada inang), memiliki materi genetik RNA atau DNA yang digunakan untuk replikasi dalam sel inang. “Materi genetik merupakan bagian terpenting virus, sehingga terdapat selubung untuk melindunginya atau disebut juga kapsid yang tersusun dari subunit protein,” ujarnya.
Awalnya virus diklasifikasikan berdasarkan sel inang yang diinfeksi, seperti bakteriofaga (virus yang menyerang bakteri), virus tanaman, dan virus hewan (dermatrofik, neurotrofik, viscerotrofik, dan pneumotrofik). Menurut Dea, seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, virus mengalami perubahan dasar dalam penggolongannya. Hal tersebut berdasarkan sistem taksonomi yang ditetapkan oleh International Committee on Taxonomy of Viruses (ICTV) pada 1966 yang menggolongkan virus menjadi: 1) Tipe dan struktur asam nukleat (materi genetik), 2) Mekanisme replikasi, 3) Rentang inang, dan 4) Karakteristik fisika atau kimia lainnya.
Untuk klasifikasi pertama, virus dibedakan menjadi virus RNA dan virus DNA yang masing-masing memiliki untaian tunggal (ss) dan untaian ganda (ds). “Coronavirus termasuk virus ss-RNA berselubung dan sekelompok dengan virus yang dapat berasosiasi bersama leukemia dan tumor lainnya,” imbuh Dosen SITH itu. Sedangkan untuk mekanisme replikasi virus dalam sel inang secara umum berlangsung melalui tahapan attachment (penempelan), penetration (genom virus masuk), biosynthesis (pembentukan bagian-bagian virus), assembly (pembentukan badan virus baru), dan release (pelepasan virus).
Infeksi virus pada hewan dapat mengakibatkan beberapa hal, yaitu pertama sel mengalami lisis atau pecah (sebagai bentuk pertahanan sel inang berupa sistem imun untuk menghindari virus), kedua Inkorporasi atau bergabungnya materi genetik virus dan sel inang sehingga mengganggu metabolisme sel inang, ketiga Persistent infection seperti pada HIV yang membuat badan virus baru dikeluarkan bertahap untuk dapat terus bereplikasi dalam sel inang, dan keempat, sel inang dapat berubah menjadi sel tumor karena pembelahan sel tak terkendali. “Replikasi virus dapat menginfeksi hewan yang notabene memiliki kemiripan metabolisme dengan manusia sehingga dapat mengganggu kesehatan kita,” pungkasnya.
Materi kedua disampaikan oleh Intan dengan judul presentasi “2020 Coronavirus Outbreak”. Presentasinya berfokus pada ulasan terkait wabah virus ini. Menurut American Society for Microbiology, novel coronavirus dapat mengakibatkan infeksi saluran pernapasan yang saat ini dilabeli SARS-CoV-2. Sedangkan penyakit yang ditimbulkan disebut COVID-19 dengan gejala mirip SARS dan MERS.
Gangguan pernapasan yang ditimbulkan virus corona dapat mengakibatkan batuk, demam, napas pendek, hingga pneumonia pada paru-paru dan muncul pada hari ke-2 hingga ke-14 pascainfeksi. Diidentifikasi virus corona pertama kali ditemukan di Wuhan, China, yang berasal dari hewan lalu ditularkan dari manusia ke manusia lainnya. “Saat ini tengah dikembangkan vaksin dengan tiga pendekatan berbeda, yaitu m-RNA, DNA, dan partikel. Mudah-mudahan akhir tahun ini sudah dapat dilakukan critical trial yang ketiga,” ujar anggota Tim Problem Solving Innovation Provinsi Jawa Barat tersebut.
Coronavirus merupakan kelompok virus besar (coronavirion) yang umum menginfeksi manusia dan menyebabkan pilek. Sebenarnya, transmisi virus dari hewan ke manusia lebih jarang terjadi daripada manusia ke manusia. Jika dilakukan perbandingan data terkait mortality rate, COVID-19 sebesar 5,2% hingga saat ini yang berarti lebih rendah daripada SARS (10%) dan MERS (34%). “Virus corona berasal dari kelelawar yang masuk (crossing-over) ke manusia atau disebut juga zoonotic,” imbuh Dosen SITH ITB itu.
Jika ditinjau dari aspek epidemiologinya, satu orang yang terjangkit COVID-19 dapat menulari rata-rata sebanyak 2,5 orang baru. Adapun gejala yang ditimbulkan setiap orang berbeda bergantung kekebalan tubuhnya, yaitu sehat tetapi hasil tes swab-nya positif bahkan ada yang mengalami Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS). Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor manusia dan virusnya.
Ia melanjutkan, SARS-CoV-2 menginfeksi manusia melalui jaringan epitel pada permukaan respirator yang biasa disebut Angiotensin-Converting Enzyme-II (ACE-2). Infeksi terjadi jika ACE-2 dan virus corona memiliki kecocokan pada S-proteinnya sehingga masuk dalam sel inang. Selain itu, partikel-partikel virus juga dapat mengalami penumpukan pada permukaan ACE-2 yang dapat menghambat fungsi kerjanya. “SARS-CoV-2 dapat dikeluarkan melalui droplet pernapasan utamanya pada saat batuk. Droplet tersebut kemudian terhirup oleh manusia lainnya dan transmisi human-to-human pun terjadi,” pungkasnya.
Reporter: Surya Putra Andrianto (Teknik Metalurgi, 2016)