Berkunjung ke ITB, Menlu Malaysia Bahas Peran Sains dan Teknologi untuk Perdamaian di ASEAN
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id—Kementerian Luar Negeri Malaysia mengadakan diskusi dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) di Aula Timur ITB, Kamis (11/11/2021). Pertemuan tersebut membahas tentang “Science and Technology for Peaceful Coexistence in ASEAN”.
Hadir sebagai narasumber yaitu Menteri Luar Negeri Malaysia, YB Dato' Saifuddin Abdullah dengan Rektor ITB Prof. Reini Wirahadikusumah, Ph.D., dan dipandu oleh Sekretaris Institut Prof. Dr.-Ing. Ir. Widjaja Martokusumo. Kegiatan juga dihadiri pimpinan ITB lainnya, di antaranya Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Prof. Dr. Ir. Jaka Sembiring M.Eng., Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi, Prof. Ir. I. Gede Wenten, Ph.D., dan Dekan-dekan dari Fakultas/Sekolah ITB bersama delegasi Malaysia.
Mengawali diskusi, Prof. Reini Wirahadikusumah, Ph.D., mengenalkan visi-misi dan karakter ITB sebagai kampus “Budaya Ilmiah Unggul” di berbagai bidang di antaranya pengajaran dan pembelajaran, riset, serta inovasi. Rektor juga menjelaskan bagaimana ITB tengah mengembangkan ekosistem inovasi baik itu yang virtual pada laman https://lpik.itb.ac.id ataupun melalui ITB Innovation Park yang dibangun di kawasan Ganesha dan di kawasan Gedebage.
Dijelaskan pula bahwa ITB menerapkan konsep Sandboxing untuk proses hilirisasi dari penelitian dasar hingga menjadi produk melalui kerja sama dengan pemerintah dan industri. Pada sesi ini dipaparkan pula cita-cita ITB untuk menjadi Defense-Hub dan Aerospace Defense Research Hub di Bandung yang dalam perwujudannya memerlukan dukungan berupa fasilitas yang memadai. Rektor juga memaparkan kontribusi ITB dalam mitigasi COVID-19 dan pemulihan ekonomi nasional di Indonesia.
Terkait dengan topik diskusi, Rektor menyampaikan bahwa Indonesia dan negara ASEAN lainnya terutama Malaysia memiliki banyak kesamaan terutama pada segi sejarah dan budaya. “Dengan banyaknya kesamaan tersebut, Indonesia dan Malaysia diharapkan dapat bekerja sama untuk mempromosikan dan menguatkan posisi kita untuk membentuk masa depan yang baik untuk kedua pihak,” ujarnya.
Dengan kondisi geografis yang menguntungkan, baik Indonesia maupun Malaysia harus dapat memperkenalkan Intercultural Understanding terutama kepada generasi muda untuk dapat bekerja sama di bidang sains dan teknologi untuk memecahkan masalah-masalah regional seperti energi, pangan, sustainability, dan water security.
Terkait hal ini, Rektor berharap dengan adanya kesepahaman, kesamaan, dan kedekatan antara Indonesia, Malaysia, dan negara-negara ASEAN yang lain dapat menciptakan ruang dialog antara scientist, researcher, dan policy makers serta melakukan lebih banyak kolaborasi antarnegara terutama dalam sains dan teknologi sehingga kita dapat melakukan riset dan menciptakan inovasi yang relevan dengan masalah-masalah yang kita alami.
Tiga Pilar Perdamaian di ASEAN
Menteri Luar Negeri Malaysia YB Dato’ Saifuddin Abdullah mengatakan, ada tiga pilar penting yang mendukung kedamaian dan keharmonisan di ASEAN yaitu political security, economy, dan socio-cultural problem. Sayangnya, para petinggi negara dan pembuat keputusan kerap kali abai dengan pilar yang ketiga terkait permasalahan sosial-budaya dan hanya berfokus pada pilar yang lain.
Oleh karena itu, Indonesia dan Malaysia harus lebih merapatkan hubungan sosial-budaya. Dato’ menambahkan, keberadaan sains dan teknologi dapat membantu kita hidup dengan damai dan harmonis yang telah terbukti di masa pandemi COVID-19 ini sehingga dengan fokus kepada pengembangan sains dan teknologi kita dapat memperkuat hubungan kedua negara.
Pada pertemuan ini juga terdapat sesi diskusi antara Menteri Luar Negeri Malaysia dengan jajaran Dekan dan petinggi ITB sebagai pemberi pertanyaan yang menghasilkan kesimpulan bahwa diperlukan adanya koordinasi yang lebih baik antara Indonesia dan Malaysia, serta diperlukan diskusi lebih lanjut terkait dengan penanganan persoalan seperti peningkatan kolaborasi antara ITB dengan universitas-universitas di Malaysia melalui pertukaran pelajar dan kesempatan lainnya, masalah kabut asap antara Malaysia, Indonesia, dan Singapura, masalah penelitian Rainforest di Kalimantan, masalah perkebunan kelapa sawit, serta masalah-masalah lainnya agar Indonesia, Malaysia, maupun negara ASEAN yang lain dapat menghasilkan solusi.
Reporter: Fajris Zahrotun Nihayah (Fisika, 2020)