Biodiversity and Beyond: Selangkah Lebih Dekat dengan Bioproduk dan Biorefinery

Oleh Adi Permana

Editor Vera Citra Utami


BANDUNG, itb.ac.id—Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) Institut Teknologi Bandung (ITB) menggelar ekshibisi virtual selama dua hari dengan topik dan pemateri yang beragam. Prof. Dr. Pingkan Aditiawati, Dr. Elham Surya, dan Dr. M. Yusuf Abduh, misalnya, menjadi pembicara hari pertama Virtual Exhibition “Biodiversity and Beyond” pada Kamis (1/7/2021).

Prof. Dr. Pingkan Aditiawati, dosen Kelompok Keilmuan Bioteknologi Mikroba, menjadi pembicara pertama. Dia memaparkan masalah fermentasi terstandarisasi. Fermentasi terstandarisasi, katanya, tidak hanya dapat meningkatkan usia ketahanan suatu produk berbasis tumbuhan, tetapi juga dapat meningkatkan kualitas rasa, tekstur, aroma dan nutrisi dari produk.

Selain peningkatan kualitas dan keamanan produk pangan, fermentasi juga dapat mereduksi komponen antinutrisi, memberikan efek kesehatan bagi manusia, dan tentunya meningkatkan daya tahan dari produk itu sendiri.

Dr. Elham Sumarga, pembicara kedua, kemudian mendapat giliran memaparkan materinya tentang “Hydrological and Economic Effects of Oil Palm Cultivation in Indonesia Peatlands”. Dia mengilustrasikan, ekosistem gambut seluas 15 juta hektar di Indonesia mengalami degradasi mencapai 15 persen. “Kelapa sawit merupakan tumbuhan budidaya penghasil minyak yang angka produktivitasnya saat ini masih memiliki angka tertinggi,” kata Dr. Elham.

Dr. Elham juga melakukan kajian terhadap aspek ekonomis dan hidrologis dari penggunaan lahan gambut sebagai kebun kelapa sawit. Dia menemukan, ketika lahan gambut dikeringkan, ketinggian tanah turun secara signifikan karena akar kelapa sawit membusuk jika tumbuh dalam lahan yang tanahnya tergenang.

“Dalam aspek ekonomi sendiri, kapasitas gambut untuk menopang produksi kelapa sawit pun akan menurun jika terkena banjir akibat penurunan tanah,” kata Dr. Elham lagi. Dia memprediksi, asset values akan menurun sebesar Rp8,2 triliun karena terkena dampak yang sama pada 100 tahun yang akan datang.

Sementara itu, pembicara ketiga, Dr. M. Yusuf Abduh selaku dosen Kelompok Keilmuan Agroteknologi dan Teknologi Bioproduk SITH, memaparkan tentang konsep valorisasi dan biorefinery. Menurutnya, konsep itu belum begitu dikenal di Indonesia.

Biorefinery sendiri merupakan suatu proses sistem produksi yang bisa mengubah suatu sumber daya menjadi berbagai bioproduk bernilai tinggi. Dr. Yusuf mengatakan, ada tiga kata kunci dalam konsep biorefinery, yaitu lama pengoptimalan bahan baku, minimalisasi limbah, dan maksimalisasi manfaat untuk pembangunan yang berkelanjutan.
“Tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga dapat memvalorisasi atau meningkatkan nilai tambah dari sumber daya yang ada agar bisa menghasilkan berbagai bioproduk dengan nilai tambah yang tinggi,” ujar Dr. Yusuf.

Dr. Yusuf juga sempat menyinggung empat buku berjudul Dari ITB untuk Indonesia yang membahas suatu sumber daya alam, terutama tumbuhan, dapat dimanfaatkan keseluruhannya dengan konsep valorisasi dan biorefinery. Buku terbaru yang terbit tahun lalu berjudul Biorefinery Lalat Tentara Hitam juga membahas hal serupa.

Reporter: Athira Syifa dan Najma Shafiya (Teknologi Pascapanen, 2020)